family

Akhir Minggu yang Pilu

20:56:00

Kemarin aku menyaksikan tubuh kecil, tak lebih dari separuh badanku, dibaringkan di keranda. Saudari kembarnya membuang muka sambil terus bergelayut pada Ibunya yang berusaha tersenyum pada tiap tamu. Neneknya meraih tanganku cepat, memotong kalimat bela sungkawa yang belum utuh: 
"Samean ngerti arek e kan Mbak Vinka? Samean eling kan? 
(Kamu tahu bagaimana anak itu kan? Kamu ingat dia kan?"

Apa yang lebih membikin lidah kelu, selain semua itu?

Siang ini aku melihat anak yang menangis mencari ayahnya. Ibunya sedang di-gips, patah di dekat pergelangan tangan. Neneknya, menggendong sambil berkata padaku, 
"Ngene iki lho Ka, wis eling arek e 
(Begini ini lho Vinka, ia sudah mulai ingat."
Ingat bahwa ia tak akan pernah bisa memeluk ayahnya lagi. Ayah yg ia cintai. Ayah yang harus pergi, bahkan sebelum mengetahui bahwa ia akan menjadi bapak dari 2 anak.

Apa lagi  yang membuat ingin segera pikun, 
selain rentetan memori yang tak sanggup disimpan?

Selamat jalan Revo, keponakan yg ganteng, mas Romli, kakak yang belum sempat saya kenal lebih dalam. Sampai jumpa lagi.

family

Meng-Indonesia-kan Putra Kita..

10:54:00

Hari Minggu kemarin Bopo dan Ibu datang berkunjung. Hangat. Ramai dengan cerita-cerita tanpa henti dari keduanya. Kedua orang tuaku itu memang seperti merapel setumpuk cerita setiap bertemu, seperti berniat membayar hutang puluhan percakapan sebelum makan malam yg wajarnya dilewati bersama.

Mereka hanya tinggal sebentar, karena saya juga harus berbagi ilmu merajut di sore hari. Tepat setelah mobil bopo - ibu berlalu, saya & suami ngaso sebentar di kamar depan. Suami memetik gitar sesukanya, sementara saya termenung. Otak mengajak jalan-jalan ke bayangan masa depan.

Suami (Sm) : Ada apa?
Saya (Sy) : Gakpapa.
Sm : Mikir apa?
Sy : Mikir masa depan.
Sm : Opo'o?
Sy : Pye ya nanti? Permasalahan & jalan ini kan pasti bergeser. Gimana ya caranya kita nanti mengajarkan anak kita untuk tahu cara berjuang, bekerja keras. Dulu kan permasalahan saat masanya Bopo - Ibu mungkin tentang pangan, kebutuhan pokok. Betapa sering makan buah mentah, agar perut tidak kelaparan. Kalau masa kita kan sudah bergeser Yang, untuk makan 3 kali sehari sudah bisa, tapi akses pendidikan misalnya, masih banyak yang tidak terjangkau. Nah, pye anak kita nanti? Dengan keadaan yang sulit orang jadi tahu kerja keras. Dengan sejak kecil  terlatih jualan, kulakan di pasar turi, aku yakin bisa hidup di Indonesia sesusah apa keadaannya. Asal ga dibom atom sih. Mengko kalo...
Sm : Jreng! *mendadak nggenjreng gitar*
Vinka plis tolong cari tahu
Biaya masuk sekolah
Kalo sakit dokter dan obat berapa
Cukupkah kita tuk merawat ... putra di negeri ini


Vinka coba jangan selalu ikuti
Beli boneka Toy Story dan makan di McD

Ajari main congklak atau makan di lesehan
Akankah kita membuka pikirannya
di negeri ini


Kuatkan kita Indonesiakan Putra, di negeri sendiri..



Saya pun tersenyum. Itu lirik Indonesiakan Una-nya Slank. Yah, ternyata itu (mungkin) adalah kegelisahan banyak orang tua sejak lama. Semoga saja diberi kemampuan dan kepercayaan untuk peran luar biasa itu...

=)