
Maka di situ saya belajar untuk berhenti. Belajar untuk menutup mulut, menghela nafas, duduk dan memeluk Hayu. Belajar bahwa saya-lah yang sudah sempurna perkembangan otak dan jiwanya, sehingga saya berkewajiban untuk memutus rantai siklus yang tidak benar ini. Belajar bahwa saya sudah mampu menalar dan punya kerangka logika, maka saya wajib meredakan dulu kejadian ini, lalu mengajarinya lagi dan lagi, hingga ia mengerti. Belajar untuk mengendalikan ego, dan menanamkan pada benak saya sendiri "bukan yang paling keras, atau suara siapa yang terakhir berucap-lah yang benar; karena kebenaran tak ada sangkut pautnya dengan lantang-ngotot-tidaknya suara atau urutan bicara".
No comments:
Post a Comment