Apa yang kalian lakukan dalam penerbangan selama 14 jam?
Tidur, makan, tidur lagi. Ada untungnya juga Hayu tidak tidur sama sekali di
perjalanan sebelumnya, karena dalam penerbangan dari Hongkong ke London 75%
dilewatinya dengan tidur. Ia beberapa kali terbangun sambil setengah ngelindur,
tapi masih terhitung mudah diatasi. Penerbangan dengan British Airways ini yang
mengesankan adalah special meal saya & Hayu diperhatikan. Untuk moslem meal,
saya mendapatkan masakan dengan cita rasa Timur Tengah. Yang pertama nasi
basmati & kambing, yang kedua couscous & ayam. Untuk Hayu kami order
child meal saat memesan tiket. Makanan pertama tidak termakan karena ia tidur
lelap, yang kedua adalah omelet, sosis, kentang dan sayuran. Yang menarik
adalah di penerbangan pak Rendy, meski sudah saya request di pemesanan tiket
(via situs agensi tiket), tetapi moslem meal itu tidak diberikan dan makanan
yang diterima sama seperti penumpang lain. Untuk saya dan Hayu, saya mengatur
juga via app masing-masing maskapai penerbangan (app British Airways &
Cathay Pacific). Bisa jadi catatan untuk teman-teman yang akan terbang, menginstall
app sesuai maskapai penerbangan kalian menurut saya cukup membantu. Termasuk
untuk informasi terbaru & paling update untuk penerbangan kalian. Contohnya
ketika HKIA sedang kacau kemarin (karena demo & hal lain, cek post sebelum
ini), di papan informasi hingga setengah jam sebelum boarding gate dibuka,
masih belum muncul ada di gate berapa. Tetapi di aplikasi sudah tercantum sejak
4jam sebelumnya.
Heathrow pagi itu mendung. Hati saya berderap. Wow, ini
adalah benua yang sepenuhnya lain. Turun dari pesawat aksen tebal khas Inggris
menyambut. UK Border, tulisan besar ini terpampang besar. Antrean cukup panjang
mengular. Di luar dugaan, Hayu mengeluh haus. Dan tidak biasanya, ia mengeluh
sampai hampir menangis. Dengan susah payah & berulang-ulang saya
menjelaskan bagaimana keadaan kami yang harus mengantre dulu dan baru bisa
mencari atau membeli air minum. Hal ini makan waktu & kesabaran. Butuh
waktu mengantre sekitar 20 menit hingga sampai giliran kami. Syukurlah
pertanyaan yang diberikan kepada kami terjawab dengan lancar. Hal yang saya
khawatirkan bahwa kedatangan kami yang tepat di tanggal expired visa kami
ternyata tidak dipermasalahkan. Petugas imigrasi berpesan agar kami membawa
paspor & BRP (Biometric Residence Permit) kami jika akan bepergian dari dan
ke Inggris, karena itulah izin untuk kami tetap tinggal di Britania Raya ini.
Pemeriksaan surat-surat lancar, selanjutnya adalah
pemeriksaan barang bawaan kami. Alhamdulillah cukup cepat, bahkan saya tidak
perlu melewati beberapa bagian seperti dimana pak Rendy sampai mencopot sepatu
untuk diperiksa. All clear, kami pun akhirnya memasuki bagian komersial bandara
Heathrow yang sibuk dan gemerlap. Sesuai yang dijanjikan kepada Hayu, hal
pertama yang kami lakukan adalah beli minum. Air mineral, cemilan
kacang-kacangan campur & lip balm untuk saya. Oh iya, lip balm ini
istimewa. Ini adalah kado untuk saya sendiri, sekadar memento* bahwa saya
bertambah umur di hari itu. Hey, saya 30 tahun!
Di Heathrow kami tak menunggu lama. Berkenalan juga dengan
Sacha, teman perjalanan yang ternyata menaiki pesawat yang sama sejak di
Hongkong, dan juga menuju Leeds. Ia adalah penduduk Hongkong yang datang ke
Leeds dengan tujuan untuk melamar tunangannya. Bagaimana ya kabarnya sekarang,
semoga lamarannya diterima. Tak sampai sejam kami menunggu di boarding gate,
kemudian dipersilakan untuk masuk pesawat. Tepat sejam kemudian kami sudah
sampai di bandara Leeds Bradford. Yang menarik, ketika mendarat saya sempat
melihat kawanan domba berlarian. Domba, wool, pemintalan, benang rajut, wah
pikiran saya meloncat-loncat senang. Itulah hal-hal yang ingin saya pelajari
ketika di Leeds. Semoga Allah memudahkan.
Turun dari pesawat, kami harus menunggu bagasi. Dua puluh
menit dan bagasi telah lengkap di tangan kami. Keluar dari bangunan bandara,
hujan rintik-rintik. Suhu dingin pun mulai terasa. Nafas saya menjadi kabut
tipis ketika berbicara. Dari pengalaman pak Rendy ia memilih menggunakan Uber
untuk sampai di flat tempat tinggal kami. Tapi jika saya melakukan hal yang sama,
saya harus mengganti simcard terlebih dahulu, install app dan baru dapat
menaiki Uber. Karena kondisi badan yang sudah capek dan dingin, saya memutuskan
untuk menggunakan taxi bandara saja. Di luar dugaan ternyata lebih murah. Tujuh
belas pound terbayar dan kami pun meluncur.
Jalan yang kami lewati berbukit-bukit. Di kemudian hari saya
baru mengetahui bahwa memang area Leeds adalah area perbukitan & dataran
tinggi. Rumah-rumah yang ada di perjalanan itu sepenuhnya berbeda. Hm, negara
orang, daratan yang asing, tempat yang akan kami tinggali 3 tahun ke depan.
Sepuluh menit perjalanan dan Hayu mulai mengeluh ngantuk. Saya bertanya kepada
pengemudi taxi, berapa lama lagi jarak yang harus ditempuh. Lima sampai delapan
menit saja. Saya meminta Hayu untuk tidak tidur dulu, karena jarak sudah dekat
dan Bapak sudah menunggu. Hal ini ampuh membuat Hayu menahan kantuk. Tak lama
taxi berhenti di depan bangunan 4 lantai yang berderet-deret. Kami tak dapat
melihat nomor rumah kami yang berada di lantai atas. Bagasi pun dikeluarkan,
lalu ketika saya memandang sekali lagi ke bangunan berpintu abu-abu di atas,
nampak wajah familiar melambaikan tangan ke arah kami. “Bapak!” Hayu berseru
keras. Perjalanan panjang ini telah usai. Kami telah sampai di rumah yang baru.
Tapi petualangan kami baru akan dimulai. Bismillahirrohmanirrohim.
No comments:
Post a Comment