daily

Tantangan Menjalani Gaya Hidup Zero Waste di UK

17:06:00


Selama dua tahun terakhir, saya belajar untuk mempraktekkan #rumahnolsampah. Mengurangi penggunaan plastik, menggunakan tumbler, mengkompos sampah organik saya, membeli barang "bekas" dan bukan barang baru, dll. Ada satu tantangan untuk praktek #zerowaste di sini yang rasanya ringan sekali dilakukan di Indonesia: belanja harian atau groceries. Kalau di Indonesia, pasar itu dekat & banyak, sama penjualnya pun mudah, tinggal mau "ngeyel" atau tidak untuk menghindari plastik sekali pakai. Apalagi kalau sudah punya penjual langganan, malah lebih gampang lagi untuk bertransaksi tanpa plastik/menggunakan plastik yang saya bawa sendiri. Area sebesar desa Bluru Kidul, Sidoarjo tempat saya tinggal dulu saja punya 2 pasar. Sedangkan di Leeds, pasar "tradisional" itu cuma ada di pusat kota. Terus kalau warga sini mau belanja harian di mana? Supermarket. Di mana-mana ada kalau ini. Barang yang dibutuhkan memang semuanya ada sih di supermarket. Tapi ya namanya supermarket, kemasannya plastik & kebanyakan kemasan bahan makanan sehari-hari itu tidak dapat di-recycle. Cuma beberapa barang saja yang bisa dibeli tanpa kemasan.


Minggu lalu saya baru menemukan terobosan ini dari Morrison, salah satu supermarket chain yang paling dekat dengan tempat tinggal saya. Too Good to Waste box. Isinya macam-macam bahan makanan yang bisa diolah meski lewat dari tanggal anjuran penggunaan. Iya, jadi di UK itu di tiap-tiap kemasan bahan makanan ada tanggal anjuran penggunaan atau "use by dd/mm/yyyy". Tapi faktanya, banyak bahan yang meski sudah lewat tanggal itu masih bagus & layak konsumsi. Dalam kotak ini ada macam-macam bahan makanan yang acak isinya, hanya dipastikan berat totalnya minimal 1kg. Harga box ini 1 pound atau 18ribu rupiah. Kalau dibandingkan harga normal, sudah pasti ini murah banget. Dan yang paling penting, tidak membuang serta menyia-nyiakan makanan. 


Semoga semakin banyak terobosan yang dilakukan supermarket UK, untuk mengatasi konsumsi plastik yang masif & sulit dihindari ini.

daily

Decluttering You

23:19:00

Sometimes I feel my life is seasonal, and as every "real" season, it has particular theme. My nowadays season theme is decluttering. If you followed me in my personal Instagram account you'll see my post about learning zero waste, and I happily practicing what could I do. One of the goal is declutter my home, sift the real need and skip the others. 

As daily physical life, I think we also need to declutter our social life. The toxic people, the negative blabbers, the pessimistic buddies. I don't think all of them needed in my life. "Misery looks for company" is real. Sometimes some people just really annoyed if a person choose to be happy and they want to drag him/er down to be stay at unhappiness. 

At past, I'll be angry or my vision blurred to their intention. But now I'll choose to skip skip and never let them to hassle in my own life. It's simple and not wasting energy. Let use the energy to essential things and keep moving on. 

daily

#RamadanMenulis : A Challenge to Grow

12:27:00

It's been 20 days since the beginning of Ramadan, I followed a challenge from IG account @muslimahsinau to write a post each day in Ramadan with a predefined theme. Many times I was late but thankfully I still manage my commitment to write everyday. The themes varied from Islam to general interest. After such a long time not committed into writing, this challenge helps me to revisited my writing ability. It shows the tenacity conquer all, hehe. It's only 20 days, with the average time between 30 minutes to 1 hour, but I've felt growing so much. Now I have the step by step skeleton to approach any theme. I have to push my own laziness and reluctance, but doing it daily made it as habit, and doing it as a habit made it easier. Something's missing if I haven't write & pour my ideas. 

Today's theme is "How do you define beauty?". Because I've transformed a lot lately into more positive light, self acceptance, self love, it made my definition of beauty also shifted. Here I write my definition. Follow my IG @vinkamaharani if you're interested into daily dose of positive thoughts. =)

How Do You Define Beauty?⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
.⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Beauty is honesty. Beauty is choosing the truth path no matter what. It knows that mask will never conceal & the righteousness is the only thing to reveal⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
.⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Beauty is kindness & empathy. It understood how to see the bright side even in the dark. It's ready to spread love as happy as Skylark.⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
.⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Beauty is acceptance. It embraces what's less and quadruple the strength. Beauty is at ease within yourself & at peace with anything else. Beauty's fuel are passion and run it by compassion.⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
.

Beauty is you.⠀

daily

I'm Back!

22:13:00

Wow, it's so dusty here! Hehe. Usually I'll say regret for not posting in a span of time, but I won't do that now because I'm happy! I'm happy because I know that I wasn't posting anything while focusing on my goals. I put more efforts than usual and all the feedback are amazing. I planned on my knitting project, did selfish knitting, made knitting related video and even the latest video have good response (100+ views in less than a week, I've already so proud, hahaha). And the best thing is I feel so energized to wake up everyday, feeling grateful because God gives me another day, another chance to make my goals closer and closer to become true. 

I feel more positive lately and I'll try to keep it up. Living to the dream is definitely the best way to live. How's your life dear fellas, anyway?

P.S.: Be my fellow in knitting journey in my Instagram @braavosknit. Kisses!

daily

I Envy Your Youth

20:27:00

Hari ini Hayu dibelikan topi anyaman oleh Oma-nya. Tentu senang bukan kepalang. Tapi topi anyaman ini membawa saya pergi kepada satu ingatan. Di suatu sore saat saya masih bekerja untuk Project Tobong di galeri iCan. Terdapat seorang ibu WNA berkulit putih yang sudah  berumur sedang melihat-lihat foto yang sedang dipajang. Beliau terlihat mencolok karena mengenakan topi anyaman berdaun lebar berwarna hijau stabilo. Secara spontan saya memuji topinya. Dari mengobrol saya mengetahui beliau berumur lebih dari 60 tahun dan sedang dalam perjalanan mengelilingi dunia. Beliau menyebutkan berapa negara yang telah ia singgahi.

Saya (S): Wow, I envy you!
Ibu (I): What for?
S: For your trip around the world, of course. I don’t think I have money to do that.
I: I envy your youth.

Hari Selasa lalu saya menjenguk keponakan yang baru lahir, Mili, sekaligus menjemput Ibuk saya untuk pulang ke Mojosari. Kami mengobrol panjang lebar, termasuk ketika saya menyebutkan apa saja tujuan jangka pendek saya saat ini. Ibuk juga bercerita bagaimana beliau berusaha hidup lebih sehat, kelas yoganya telah meningkat dan jadi cukup sulit untuk diikuti. Yang menarik Ibuk menyinggung cerita saya di atas. “Sekarang aku juga berusaha menyemangati diri, dari ceritamu tentang ibu bule yang sudah berumur tapi masih jalan-jalan keliling dunia itu lho Von. Ayo Wid, pasti bisa,” ujar Ibuk.  


Menakjubkan bagaimana sepotong cerita dan ingatan dapat menyebarkan semangat. Sampai detik ini kami masih merasakan kehilangan Bopo dan masih berusaha untuk menjadi lebih baik serta tidak berlarut dalam kesedihan. Bopo, dan cerita ibu bertopi anyaman itu pun memantik semangat yang berlipat bagi saya: bahwa usia muda memang kita dapatkan sewajarnya, tapi bagaimana memanfaatkan tiap detik yang ada, itu lain perkara.

bisnis

50 years old Lady Owner

22:00:00

Today, after Hayu’s school, we went to do button hunting. I searched button for finishing my baby cardigan project. Several shop closed so we went quite far, until we found an old shop covered by dusts with a lady owner. She was interested to my project, asking about how much the yarn costs, where did I learn knitting, etc. She complained how difficult the technique of knitting, how difficult the yarn business nowadays and another complaints on selling yarn. It is really contradictory to my belief to the blooming of yarn & craft business now.

As the gesture showed, I presume she owned the place by herself, which means she is ridiculously rich because the place is huge, 6 times of my house size. The location itself really strategic and it means many opportunities to meet the potential buyer. But then I realized that the world is changing. I feel optimistic to sell yarn and continuously knit because I know the market is there, I know where to market my product and another strategic marketing things. I know all of it because of internet, books and community. It's all about knowledge and technology. If we are not betting into technologies, we will definitely left behind. If we are not learn or adjust to the new technology, we left out. 

And it reminds me to the video of Gary Vee. This is also, perhaps, a kind of letter to my 50 years old self. Just continue to learn, no matter how old you are. No regret in this one life. 

daily

Story Teller

23:10:00

Let me tell you a truth, while mastering a new skill, some skill could be faded. Just like language, when you're not talking in the language you'll forget. Pour example, ma francaise. And my copywriting, too. Let's write again then, because starting (and keep doing) is everything. 

daily

Happy Weekend

22:01:00

Akhir minggu ini menyenangkan & berkesan bagi saya. “baiti jannati” & love makes a house as a home jadi tema khusus dua hari ini, meski tanpa harus disepakati sebelumnya.

Sabtu pagi dimulai dengan ritual yang terlambat karena bangun kesiangan. Hayu telah terbangun pada dini hari sebelum shubuh, membuat jam biologis pun turut bergeser. Dulu, sebelum ada Hayu, kesiangan di weekend berarti lanjut bersantai-santai. Asal tidak ada tanggungan agenda, brunch pun sah-sah saja dan tidak masalah. Lain halnya sekarang, ada rasa bersalah jika tidak bersegera memulai aktivitas sehari-hari. Ditambah pula rasa takut, takut hal ini yang diingat & diteladani ia di kemudian hari.

Suami mengungkapkan keinginannya untuk memulai hobi baru, aquascape. Ide itu berawal dari air mancur kolam yang pompanya berkali-kali ngadat. Sudah beli beberapa kali, ujung-ujungnya rusak lagi. Untuk menyelamatkan ikan penghuni kolam, suami membeli aquarium kecil untuk menampung. Apa daya, ternyata ikan mas ini tidak cocok hidup dalam aquarium. Airnya akan selalu keruh, meskipun sudah diberi filter, karena memang bukan habitat untuk ikan mas. Rencananya, ikan mas akan dikembalikan ke kolam, diberi filter saja (bukan pompa air mancur seperti selama ini) dan aquarium akan dimanfaatkan untuk aquascape.  Saya kemudian menyetujui ide tersebut, dengan syarat harus mencoba memerbaiki kolam terlebih dahulu. Sayang sekali jika kolam tersebut tidak dimaksimalkan dengan air mancur, harus dirunut bersama-sama dari awal apa betul masalahnya di pompa. Bisa saja saklar, stop kontak, atau yang lain.

Suami pun setuju dan langsung memulai mengutak-utik saklar kolam. Hayu pun tak mau ketinggalan turut andil. Ia ngotot untuk berada di dekat bapak. Ujung-ujungnya malah asyik bermain tanah sampai serupa penyamaran tentara perang Vietnam. =D

Asyik ndeprok
Entah mengapa, saya tidak merasa marah sama sekali dan malah senang ketika Hayu bermain & berkotor-kotor ria. Bisa jadi saya tenang karena ini weekend & bapaknya ada di rumah, sehingga tidak khawatir apabila butuh bantuan. Bisa jadi juga karena saya senang melihat bagaimana Hayu berani dan nyaman sekali dengan alam.

Setelah membeli alat dan bahan, sepulang dari kondangan suami pun melanjutkan aktivitas reparasi. Dugaan kami benar, pangkal permasalahan ada di saklar. Alhamdulillah. Rencana belanja untuk aquascape pun disusun. Eits, tapi bukan kami bertiga yang akan berbelanja. Tetapi Suami & Hayu saja. Ya, ini kencan pertama mereka, keluar rumah tanpa saya untuk pertama kali. Suami sudah sering dan terbiasa untuk bersama Hayu saja di rumah, tapi untuk keluar rumah lain cerita.

Sebenarnya agenda kencan mereka ini disesuaikan dengan agenda belajar jahit saya. Sejak Hayu lahir, saya ingin sekali mengikuti kelas menjahit. Sayangnya, jadwal kelas sulit sekali untuk disesuaikan dengan agenda kami. Sehingga ketika minggu kemarin saya meminta suami untuk meluangkan waktu 2 jam di akhir pekan untuk meng-handle Hayu, dan saya akan belajar otodidak. Suami setuju dan begitulah awal mula kencan mereka tercipta.

Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Meski kikuk karena harus menggendong Hayu dan mengemudikan motor (Hayu masih takut duduk di car seat, hiks), suami sukses shopping & nge-date. Saya pun ber-progress dari memotong kaos tak terpakai untuk baju Hayu, hingga menjahit sebagian pola tersebut. Dan, berkat kerja keras suami, aquascape-nya sudah berhasil tersusun… Yeayy!


Saya senang karena kami bisa memberi ruang belajar & bertumbuh untuk diri kami masing-masing. Saya juga senang karena Hayu terlibat dalam setiap aktivitas, dan ia juga sangat antusias untuk “melibatkan diri”. Semoga jika Hayu melihat & merasakan kedua orang tuanya selalu bersemangat belajar, ia pun begitu. 

=)

daily

Kamu Ngantuk Ya?

01:59:00

Beberapa hari terakhir, Hayu tidur lebih malam dibanding biasanya. Tidur siang juga cenderung freestyle, sulit diprediksi. Tantangan terbesarnya adalah ketika memasuki masa-masa Hayu menolak ngantuk. Dimana ia sebenarnya sudah mengantuk tetapi menolak untuk diletakkan di tempat tidur, enggan untuk berdiam diri.
Hal ini saya sampaikan ke suami dan memantik percakapan yang menarik.

Suami (S): Sebenarnya kenapa sih anak kecil selalu rewel saat ngantuk atau sebelum tidur?
Vinka (V) : Ya karena ia belum bisa mengungkapkan dan memahami bahwa tubuh atau fisiknya sudah capek dan butuh istirahat, padahal ia masih ingin bermain, atau mengejar bola, atau berlari. Pertentangan ini belum bisa diungkapkan oleh mereka.
S: Atau jangan-jangan itu hanya ilusi orangtua saja untuk menentukan penyebab anak kecil "rewel". Oke lah kalau untuk anak seumur Hayu (13 bulan). Tapi banyak sekali anak yang lebih besar juga dengan mudah disebut "kamu itu ngantuk" ketika mereka rewel. Apa itu cuma orangtua yang menyederhanakan (perkara rewel=ngantuk)?
V: Mmm, mungkin itu sederhana bagi orangtua, tapi tidur kan bukan perkara sederhana bagi anak. Ia harus sadar & menguasai betul atas apa yang terjadi di tubuhnya dan memilih apa yang dia lakukan. Apa ya? Menguasai ego. Dia kan harus menekan keinginan untuk bermain, untuk berlari-lari untuk akhirnya memilih untuk tidur karena paham bahwa tubuhnya sudah capek. Seperti di Song Triplets (cara kami menyebut program The Return of Superman), anak tertua dari kembar tiga itu, itu satu-satunya yang bisa (memilih) tidur sendiri. Itu dianggap sebagai tindakan yang dewasa sekali ngelihat umurnya yang segitu.

Pembicaraan pun berlanjut dengan topik perkembangan Hayu. Tapi perkara "ngantuk" ini masih nyantol di kepala saya. Menjadi dewasa dalam konteks umur anak-anak, remaja atau orang tua pun sebenarnya tidak bergeser banyak dari apa yang terjadi saat balita. Hanya objek & subjek yang lebih luas. Apa kita bisa memahami situasi, tubuh, pertanda, petanda yang terjadi di hidup kita & menyikapi dengan benar. Ketika sudah mencapai akil baligh, ada konsekuensi yang ditambahkan dalam wacana hidup kita. Ia juga membawa serta sobat karibnya; tanggung jawab. Mari jumlahkan faktor-faktor tersebut dan kedewasaan pun lebih mudah dipahami. 

Maka menjadi dewasa adalah memahami bahwa saya ngantuk, maka saya butuh tidur, dan itu berarti saya akan sholat-cuci muka-berdoa-memejamkan mata, bukan menatapi & menggeser layar smartphone lalu memantengi media sosial terus-terusan. Bukan pula stalking postingan blog mantannya si pacar atau cek Whatsapp gebetan sedang online nggak. 


Iya, postingan ini selesai juga karena saya sudah ngantuk.
;D

daily

Percakapan Kami

10:50:00

Istri    : Aku ga saged kentut. =(
Suami : Opo'o? Masuk angin ta?
Istri    : Ga ngerti. Kudu mencri sisan ketok e.
Suami : Enek mules e?
Istri    : Sithik, tapi dereng kudu (pup). Saiki ya, pertanyaan e "Wis pup dereng?" Lek biyen lak         SMS "Km lg apa?" "Udh maem blm?" Hahaha.
Suami : Saiki kode-ne bedho. "Buk, rubudku ga enak." Hahaha.


=P

daily

The Fitness of Discipline

21:41:00

Yang saya maksud pada judul di atas adalah "kebugaran" dari kedisiplinan diri sendiri. Ia adalah tahap lanjutan setelah kita lulus melatih disiplin, dapat konsisten & tekun untuk selalu disiplin serta bertanggung jawab atas tindak disiplin tersebut. Yang dimaksud "kebugaran" ya selayaknya bugar pada tubuh: apakah kedisiplinan itu membuat lebih "sehat", apakah punya ketahanan sekaligus meningkatkan performa atau malah jadi kaku-kaku lalu menghilangkan fleksibilitas?

Saya orang yang pemalas, bahasa gawulnya procrastinating. Setelah menikah dan tidak bekerja kantoran, mendisiplinkan diri adalah tantangan pertama dalam berkarya. Tapi waktu yang tersedia masih sangat berlebih jika dibandingkan sesudah Hayu lahir. Perbandingan waktu:energi:niat harus diiris tipis-tipis agar bisa tertata dan terselip rapi dalam 24 jam. Apalagi setelah membaca artikel tentang relasi procrastinating dan kesehatan mental, maka jawabannya cuma satu: kadar disiplin perlu dibenahi. Dilema yang umum adalah niatnya sudah menggunung (pengen menulis, merajut, masak, bikin bekal, ngepel rumah, menonton variety show, bikin kue) tapi Hayu ingin terus belajar berdiri dengan berpegangan pada ibuk, sedangkan lutut baru saja keseleo. Dilema-dilema yang berderet harus disikapi dengan tegas & trengginas. 

Biasanya yang disarankan untuk kelebihan muatan kegiatan adalah sistem prioritas dan eliminasi berdasarkan tingkat urgensi yang paling lemah. Tapi untuk beberapa alasan, sistem ini tidak lagi cocok untuk saya. Membersihkan popok memang perlu disegerakan, tetapi jika dilakukan tiap malam, maka punggung saya akan nyeri. Menyempatkan menyicil mengupas bawang putih atau merah sebelum tidur tentu sangat membantu saya untuk menyingkat waktu memasak di keesokan hari, tapi hal itu menghilangkan waktu saya untuk merajut. Merajut tidak urgen, tetapi jika saya terlalu sering melewatkan rajutan saya, maka kecepatan & kemampuan merajut pun turun drastis. Grothal-grathul lagi, kembali ke awal. 

Di sini pun saya menyadari bahwa harus membuat klasifikasi yang berbeda: ada hal-hal yang tidak urgen, tetapi harus diberi ruang waktu; ada hal yang urgen, tapi bisa dikurangi kuantitasnya; dan beberapa klasifikasi lain. Teknik Pomodoro yang biasa saya terapkan pun harus disingkirkan karena tak lagi relevan. That's fine, the only thing that is constant is change, seperti kata Heraclitus. 

Saat upaya untuk membagi waktu ini dimulai, saya menemukan foto di feed Instagram saya dengan tajuk menarik: "Make time. Start small. Don't stop." Foto ini diunggah oleh seorang kawan sekaligus seniman berjari lincah, mbak Icha Dechapoe. Jangan hitung keahlian dan kemampuannya, nanti jiper, hehe. Lukisannya selalu indah & memiliki tingkat imajinasi yang menakjubkan. Belum lagi komposisi-komposisi otentik karyanya yang dimainkan lewat tuts piano dan juga desain-desain web yang ciamso. Ciamik soro!

Tajuk itu seakan jadi mantra: 
tidak masalah untuk menjadi kecil, 
asal terus berusaha dan tak berhenti. 

Disiplin, braay!
=)
ikuti karya & feed menarik mbak icha di IG: @dechapoe

cooking

[Resep] Acar Ikan Kembung

08:30:00

Setelah ada Hayu, urusan masak memasak jadi sedikit tricky. Harus pintar-pintar membagi dan mempersingkat waktu. Setelah beberapa lama hanya berkisar di tumis-sop-sayur asem-bening dan lauk goreng-cemplung, akhirnya saya mulai bosan juga. Mau browse resep-resep kekinian di grup masak rasanya terlampau lama. Sumber valid lain jika sudah mentok begini adalah bincang ibu-ibu, baik di tukang sayur ataupun pasar. Percayalah, saran-sarannya mantap!*meski kadang ajaib juga*

Di tukang sayur sedang bawa ikan kembung, saya tertarik mencoba. Banyak yang semangat menyarankan bumbu acar, gulai, bali, etc. Karena tetangga sebelah pohon belimbing wuluh terlihat sedang lebat (pas mau belanja, kelihatan menggoda), saya jadi kepengen yang asam-asam. Jadi deh pilih bumbu acar, lengkap dengan belimbing wuluh hasil minta tetangga. Hehe. 

Resep berikut saya dapat dari Sajiansedap.com. Dengan beberapa penyesuaian sedikit, hasilnya maknyus! Selamat mencoba..


Resep asli dari Sajian Sedap
Bahan:
5 ekor ikan kembung, dikerat-kerat
1 siung bawang putih, dihaluskan
1 sendok teh air jeruk nipis
1/2 sendok teh garam
minyak goreng untuk menggoreng

Bahan Acar:
5 butir bawang merah, dipotong 4 bagian
2 buah cabai merah besar, diiris serong
10 butir cabai rawit merah utuh (saya cuma masukkan 5)
1 cm jahe, dimemarkan
2 lembar daun jeruk, dibuang tulang daunnya, disobek-sobek
1/2 sendok teh garam
3/4 sendok teh gula pasir
1 sendok teh air jeruk nipis (saya ganti belimbing wuluh 3 buah ukuran sedang)
1 batang daun bawang, dipotong 1/2 cm
250 ml air
2 sendok makan minyak goreng untuk menumis

Bumbu Halus:
2 siung bawang putih
2 butir bawang merah
1/4 sendok teh merica bubuk
1 butir kemiri, disangrai
1 cm kunyit, dibakar

Cara membuat:
Lumuri ikan dengan bawang putih, air jeruk nipis, dan garam. Diamkan 10 menit.
Goreng dalam minyak yang sudah dipanaskan di atas api sedang sampai matang.
Acar: panaskan minyak. Tumis bumbu halus, bawang merah, cabai merah, cabai rawit merah, jahe, dan daun jeruk sampai harum.
Tambahkan air, garam, dan gula pasir. Masak sampai mendidih.
Masukkan ikan, air jeruk nipis, dan daun bawang. Aduk rata. Angkat.


buku

Melantur & World Book Day

15:51:00


Siang ini saya akhirnya berhasil nangkring di c2o setelah (suami sih yang membonceng) berjuang di jalanan menghadapi keruwetan kampanye beberapa partai. Tujuan saya ke c2o adalah mengulik beberapa buku yang sudah jadi incaran karena direkomendasi kawan, lalu mencatat hal yang penting & menyusun agar jadi tulisan yang ciamik. Apa daya, saya terkena nikmat nasi padang sebungkus dengan proporsi nasi & bumbu gulai yang pemurah sekali. Di sinilah saya mulai menulis melantur dan menyerah pada buku-buku tadi. =P

Tapi mau tidak mau saya buka juga salah satunya. Barbara Hatley. Javanese Performances on an Indonesian Stage: Contesting Culture, Embracing Change. Alamak, abot nemen rasane. Mata saya mulai kabur karena membaca deretan nama universitas yang biasanya saya temui di ranking top dunia. Aduh. Buku tentang Indonesia kok malah seperti ngece karena kalimat-kalimatnya nggayuh lintang. Tinggi & tak terjangkau.

Saya buka sembari  jengkel, sampai di halaman yang ada tulisan “PERSONAL EXPERIENCE, 1970-90”. Harusnya kalau pengalaman pribadi kan ya tidak terlalu sulit to membacanya. Penulis menceritakan bagaimana ia mulai tertarik dengan Ketoprak, bagaimana ia mulai tertarik dan terikat pada ketoprak.  Sampai pada cerita bagaimana ia mulai tinggal di Yogyakarta untuk memulai penelitiannya. Ia menceritakan bagaimana melewatkan satu malam dengan menghadiri 3 pertunjukan. Hatley menggambarkan dengan detil tempat ia makan malam dengan gado-gado di depan kantor Telkom, dekat Mandala Krida. Berjalan ke Bentara Budaya dimana Jemek (Sapardi) berpantomim malam itu, dilanjutkan perjalanan dengan becak ke arah selatan, di sekitar Keraton, menghadiri jamuan malam dengan pertunjukan tari. Yang terakhir ia menikmati wayang dengan ki Anom sebagai dalangnya. Juga tak jauh dari stadion.

Penjelasan Hatley yang detil membuat memori akan Yogya terputar kembali. Menarik bagaimana  tulisan ini mendadak menjadi intim bagi saya. Bagaimana pengalaman yang ditularkan sebuah buku dapat membuat shared experience terbentuk, termediasi. Semakin membuka lembar demi lembar, saya bertambah penasaran untuk mengajak Hatley duduk bersama di sini, menceritakan besarnya kemungkinan bahwa kami menemui orang-orang yang sama, dengan jarak 12 tahun lewat. Karena ketoprak Tobong yang saya temui di Kalasan juga berasal dari binaan satuan militer di Malang, persis seperti yang diteliti Hatley.

Jika dibilang dunia tak lebih luas dari daun kelor, ya terkadang memang terasa seperti itu. Rantai yang menghubungkan antar manusia sering terasa absurd. Contoh yang tidak jauh-jauh, dari project Ketoprak Tobong misalnya, besar kemungkinan kaket buyut –atau moyang?- saya dan Risang Yuwono, saling mengenal: karena kakek buyut kami sama-sama prajurit Pangeran Diponegoro yang berpisah setelah beliau ditahan Belanda dan babat alas di Kediri untuk melanjutkan keturunan. Menarik ya?

Andai tidak ada sejarah yang dicatat, andai tak ada tulisan yang mendeskripsikan dengan baik, andai tak ada buku yang menularkan pengalaman, maka peradaban manusia pun jauh berbeda. Di bulan April ini, tepatnya di tanggal 23 diperingati World Book Day. Saya jadi ingin menghormati buku dengan menulis perihal buku di kehidupan sehari-hari. Dimulai dengan postingan ini. Hehe.

Yuk, berbagi pengalaman dengan buku! 
=)

daily

Saya Suka Membawa Bekal!

21:20:00


Saya suka sekali dengan bekal/bontotan/bento/lunchbox. Mengapa? Hmm. Untuk perihal ini saya harus menuliskan sebuah cerita agar alasannya terjabarkan dengan baik.


Mari sejenak kita sisihkan fakta bahwa bekal adalah trik ngirit yang paling efektif (sampai kapan pun). Ini juga bisa jadi sebuah alasan, tapi tidak untuk saya. Tanpa berusaha dramatis, saya ingin mengutip lagu “Glitter in The Air” yang dinyanyikan Pink:
“Have you ever touched so gently, you had to cry (?)”
Saya pernah, dan itu karena bekal.


Tidak lebih dari 2 tahun yang lalu, saya berkunjung ke perpustakaan c2o. Saya memang sering berkunjung ke situ, selain karena bekerja sama titip jual kaos juga karena suasana yang menyenangkan. Saat itu saya sedang bekerja di restoran, dan kesempatan mengunjungi c2o menjadi langka. Hari itu saya beruntung untuk datang di siang bolong, saat mbak Yuli membuka kotak bekalnya.

Mbak Yuli adalah pustakawan yang bekerja di c2o. Ia pribadi yang ramah, mau belajar dan seringkali naïf. Kami selalu bergelak tawa ketika bertemu. Setiap hari, ia membawa bekal untuk makan siang & malam, kecuali ketika malas memasak.

Siang itu, ia membawa kotak bekal yang besar. Terlihat dari sisi kotak yang semi transparan, bongkahan nasi yang berlebih untuk porsi satu orang. Ketika saya spontan menanyakan mengapa, ia menjawab bahwa telah berjanji pada Tinta untuk membawakannya makan siang. Ia juga secara spontan mengajak saya untuk ikut bergabung menikmati bekal tersebut.

Saya awalnya menolak, karena jujur, saya merasa kasihan kepada mbak Yuli. Saya tahu betul tentang pendapatan & apa saja yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan rumah tangganya. Saya berpikir, sudahlah, jangan nyusahin orang susah. Tetapi kemudian, Tinta juga memaksa. Baiklah, monggo dimulai dulu, saya menyusul, ujar saya.

Ketika mendekati mereka, saya baru melihat apa menu di dalam bekal tersebut. Lodeh rebung. Dan nasi. Saya sempat mencari-cari lauk lainnya, yang ternyata tidak ada. Tidak dengan kerupuk atau makanan sampingan apa pun. Saya tidak bisa mundur untuk berkata tidak mau makan, maka saya pun menyuapkan nasi dengan kuah dan rebung secukupnya. Dan saya terdiam sejenak, mengunyah pelan-pelan dan saya sangat terkejut bagaimana mungkin masakan sederhana ini bisa terasa SANGAT ENAK. Lodeh rebung terenak yang pernah saya rasakan. Andai bisa menggambarkan secara komikal pasti saya saat itu mulut saya menganga keheranan dan ada sinar dari langit yang menerangi kerongkongan saya.

Tetapi semua itu tidak terjadi, yang ada hanyalah mata yang mendadak berkaca-kaca. Saya berpura-pura mendesis karena pedas agar tidak terlihat aneh. Di saat yang sama mbak Yuli meminta maaf dengan riang karena hanya bisa memasakkan sayur tanpa lauk, karena tidak membeli lauk saat di pasar. Saya menolak permintaan maafnya, ini sudah lebih dari cukup.

Banyak orang bilang ketika kita makan bersama-sama, rasanya lebih nikmat. Saya tidak tahu apakah rasa nikmat atas lodeh rebung mbak Yuli tersebab proses makan bersama. Saya hanya tahu bahwa pikiran saya terbelah-belah menjadi banyak bagian karenanya. Sebagian besar memikirkan betapa malunya saya, karena telah arogan dengan berpikiran bahwa mbak Yuli adalah orang susah. Saya-lah yang susah. Saya beruntung untuk bisa makan 3 kali dengan memilih apa yang saya ingin makan, tetapi tidak mencoba untuk berbuat lebih atas hal tersebut. Saya malu dengan pemikiran saya saat itu, “I worked then I deserved”. Karena telah bekerja keras siang malam maka saya juga boleh menggunakannya sesuka hati. Saya teringat tumpukan piring warna-warni di depan saya saat menghabiskan waktu di sushi bar, loyang besar pizza & mangkuk pasta, gelas-gelas plastik minuman dengan butir mutiara ubi, stik kentang goreng yang kerap saya tinggal.

Bagian yang lain mengingat bagaimana nenek saya pernah berkata usai memberi makanan pada orang asing, beliau tak pernah menolak orang yang meminta makan dengan harapan agar anak cucunya tidak akan kelaparan di mana pun berada. Dan sebagian terakhir bertanya-tanya, apakah kenikmatan bekal ini berasal dari masakan yang dimasak dengan tulus, dengan niatan kasih sayang dan bukan niat bekerja para tukang masak & koki di restoran(?). Atau karena kelapangan hati mbak Yuli sebagai pemberi(?).

Tidak semua pertanyaan saya terjawab atau memiliki solusi pada akhirnya. Yang saya tahu, sejak saat itu saya sangat menikmati saat makan siang bersama waiter/waitress di tempat makan karyawan, berjongkok makan nasi bungkus di gang sempit antara gedung dan punggung mall, menyeruput santai es teh yang gelasnya beraroma sabun colek warna biru itu. Dan tentu, saya semakin sering membawa bekal dengan jumlah cukup banyak, agar bisa berbagi.

Foto di atas diambil minggu lalu, ketika saya berkunjung di c2o dan makan siang bersama dengan mbak Yuli, putrinya Silvi dan mas Andriew. Bekal yang saya & Mbak Yuli bawa dibagi untuk kami berempat. Rasanya nikmat & sangat menyenangkan. =)

Salam sayang untuk semua pembawa bekal di dunia!

cheri

Terbayar Lunas

21:13:00

Kadang, yang dibutuhkan di penghujung hari yang menyebalkan & melelahkan adalah senyumnya saat tertidur di pelukan. Terima kasih telah berlelah-lelah mencari nafkah, menempuh jarak yang jauh & tetap memberi tatapan yang sama sejak bertahun tahun yang lalu.

Bonne nuit,
Ta cherie.

daily

QoTD: Give Up Never Seems This Easy

12:20:00

"It's not pretty and it's not easy, 
but you can't give up on her."
- Caroline Forbes, TVD.

This sentence said when Caroline told Stefan to hold on his faith to Elena. And now, I want to use the quote to myself, for keep holding on to the piece below: 
my first big knitting project. 
=3


cooking

Tahu Krispi x Batagor

22:06:00

Wah, sudah lama tidak menulis tentang masak-memasak. Sedikit tercuri perhatian oleh rajut-merajut & perjalanan panjang di tiap minggunya. Hehe. Tapi, jangan khawatir, saya kembali di jalan yang benar dengan menepati janji saya sendiri sekarang. "Memasak 2 resep baru tiap minggunya". =D


Kemarin saya mencoba mempraktekkan resep dari tabloid KOKI Edisi 00248, Maret 2013. Dari edisi ini sepertinya akan banyak yang saya bagi, karena banyak resep menarik bin mudah di dalamnya. Nah, yang akan saya tuliskan di bawah ini hasil adalah 2 resep: Batagor dan Tahu Krispi. Kedua resep ini muncul dalam segmen Tren Kuliner, berjudul "Jajanan dalam Cup". Saya sendiri mencobanya dengan memodifikasi Tahu Krispi ditambah dengan Saus Kacang dari Batagor, karena menyesuaikan situasi yang sedang tidak punya suplai ikan. Hehehe. Agar ada asupan karbohidrat dan protein tambahan, saya menyajikannya dengan kentang & telur rebus, potongan mentimun dan kerupuk bawang. Komplit! Rasanya jadi seperti persilangan tahu tek+siomay+batagor. Crossover tastes, as expected results

Blasteran Tahu Krispi x Batagor. Yumm!
Di bawah ini saya bagikan resepnya, masing-masing utuh kok, barangkali ada yang ingin mencoba satu resep saja. Selamat mencoba!


Batagor

Bahan
200gr filet ikan tengiri; 5 buah tahu, potong bentuk segitiga; 50gr Tepung Tapioka; 1 butir telur ayam, kocok lepas; 1 batang bawang perai, iris tipis; 1/2 sdt garam; 1/2 sdt merica bubuk; 1 sdt kaldu ayam bubuk; 500ml minyak goreng

Bahan Saus Kacang
150gr kacang tanah, goreng dan haluskan; 4 buah cabai merah; 2 siung bawang putih; 1 sdm gula pasir; 1 sdm air jeruk nipis; 185ml air; garam secukupnya; kecap manis secukupnya. 

Cara Membuat
Batagor: 1. Keruk salah satu sisi tahu dengan menggunakan sendok kecil. Lakukan yang sama hingga habis
2. Campur ikan, telur, bawang perai, garam, merica bubuk dan kaldu ayam bubuk. Aduk rata. 
3. Tambahkan tepung tapioka sedikit demi sedikit hingga tercampur rata. 
4. Masukkan adonan ikan ke dalam bagian tahu yang telah dikeruk. Panaskan panci pengukus, kukus hingga matang. Angkat. Panaskan minyak, goreng tahu hingga berwarna kuning kecokelatan. Angkat dan tiriskan. Sisihkan.
Saus Kacang: 1. Haluskan cabai merah dan bawang putih. Campur bumbu halus, kacang tanah halus, gula pasir, garam dan air. Aduk rata, masak hingga mendidih. Tambahkan air jeruk nipis. Aduk rata, angkat. 
2. Potong-potong tahu, masukkan dalam cup. Siram dengan saus kacang dan coretkan kecap manis di atasnya. Sajikan. 

Catatan
Untuk saus kacang, kalau bikin sesuai resep ini, hasilnya jadi sangat-sangat kental. Tambahkan air sedikit-sedikit sampai pada kekentalan yang kalian sukai setelah langkah menambahkan air jeruk nipis. Juga pastikan kematangan kacang pada saat menggoreng, hal ini juga memengaruhi warna saus. 

                      
Tahu Krispi

Bahan
3 buah tahu, potong dadu 2x2cm; 1 siung bawang putih, haluskan; 1 butir telur ayam, kocok lepas; 100gr tepung terigu protein sedang (segitiga biru, gunung bromo), 2 sdm tepung maizena, 3 sdm tepung beras, 1/4 sdt soda kue; 150ml air; garam secukupnya; 500ml minyak goreng; saus sambal dan saus tomat secukupnya. 

Cara membuat
1. Campur air, bawang putih halus dan garam. Aduk rata.
2. Tuang ke dalam mangkuk berisi tahu, rendam selama beberapa menit. Tiriskan. 
3. Campur terigu, tepung maizena, tepung beras, soda kue dan garam, aduk rata. Celupkan tahu dalam telur kocok, gulingkan di atas campuran tepung. Ratakan. 
4. Panaskan minyak, goreng tahu hingga matang dan berwarna kuning kecokelatan. Angkat dan tiriskan. Letakkan dalam cup, sajikan bersama saus sambal dan saus tomat. 

Catatan
Campuran tepung (di langkah no 3) ini ternyata juga enak untuk menggoreng bahan lainnya. Tempe misalnya, sebelumnya saya rendam dengan air-bawang putih-ketumbar-garam, kemudian digulingkan dalam campuran tepung ini hasilnya ciamik. Bisa jadi alternatif pengganti tepung bumbu instan. 

daily

Knit Stories #2: Behind The Knit Gift

22:40:00


Finally! I finished my 2nd knitting in 3 weeks. A quite long duration for a simple scarfl, but I'm still proud of it. I made it specially for Poet, my best friend who had her birthday at April 28th. I know it's late, but it's better late than never, 'aight? =P

I, somehow, feel grateful for doing this project because it accompanied me on many journey and occasions. From the station to the train, to the hospital when I passed my time with my mother, to the boring silence and so on. I found that knitting soon to be my 2nd loyal-silence-friend. The first is books, anyway. You could check the process in photos below. 

After the scarf's done, it left some yarns so I made 2 ribbons and sew them to hairpins. I really thought they are beautiful. *self-proclaiming. Haha* The process took my patience, time but increased my technique in knitting too. I learnt purl stitch and stockinette stitch here.

And yes, here is the link for the pattern. Try 'em! =)

 
At Lempuyangan station, it's still so short!
Already at home (Jogja), and the skein still looks so full...

Sitting in Sancaka train, went to Mojokerto to see my mom. 
The scarf's done, look at the skein! And the hairpin's there too. Happy! =D

daily

Knit Stories #1 : First Batch!

22:43:00

Finally! I've just finished my first knitting project. Huwooooow. The first step is always the hardest, isn't it? I actually thought the second step is the hardest, tho. Anyway, I got introduced to knitting by the event #JogjaEklektik when I learnt yubiami, finger-knitting. Mbak Ajeng, the owner of Poyeng, a lovely little workshop in Jogja where you could learn almost everything about knitting, was the one who gave the lesson of yubiami. Later, I came to Poyeng for lend a tapestry needle, because I want to sew my yubiami results. I was in awe with the variants of the yarns, needles and another knitting tidbits. I dare myself with buying a set of double points bamboo needles and a roll of soft acrylic yarns, by the Poyeng fellow assistance. She said that I could try to learn make a pair of baby shoes for the first challenge. I visited mbak Ajeng's blog, then get the pattern here. And now, I proudly present my first booties. Yeay!


daily

Titik.

10:48:00

Bau tanah yang disapa gerimis pagi
Ada pilu yang lebur,
Juga ada harap yang sepi.
Ada asa yang semerbak di lipatan ketiak petani
Juga ada semangat yang luntur.

Aku mau berhenti.