friends

Bapak Ibu Peri

21:51:00

Selama delapan tahun merantau, jauh dari orang tua dalam keseharian membuat saya kesepian dan sedih di saat-saat tertentu. Terutama saat sakit. Beruntung, dalam kurun waktu tersebut saya dipertemukan dengan kawan-kawan yang baik, ditambah orangtua mereka yang sangat baik hati. Saya menyebut orangtua spesial itu dengan Bapak Ibu Peri.

Bapak Ibu Peri ini punya kesamaan: pemurah & penyayang. Pertanyaan yang paling sering mereka tanyakan: Vinka sudah makan? Hari ini sudah makan apa? Dan saya tahu mereka tidak sedang berbasa-basi ketika bertanya seperti itu, karena seringkali setelahnya saya sudah duduk bersama, bersantap & berbincang dengan mereka. Sebagai remaja yang hobi wira-wiri berkegiatan ini itu, perut saya ini bottomless, enggak ada kenyangnya. Tawaran makan siang atau lauk untuk dibawa pulang tentu bagai kejutan surgawi, dikirim oleh peri. Nikmat tiada tara untuk anak kosan.

Tak hanya murah hati, Bapak-Ibu Peri kesemuanya adalah pendengar yang baik. Mereka menghargai cerita saya bahkan sering pula meminta pendapat, masukan dari saya. They're all ears. Saya yang jauh dari ibu-bopo ini haus akan tempat untuk bercerita. Jatah pulsa yang terbatas sering jadi batasan untuk bercerita ini itu, cerita remeh yang penting ditumpahkan saat itu juga dan tak bisa menunggu saat pulang di akhir pekan. Bapak-Ibu Peri pun mengisi ruang kosong ini. Ruang yang di kemudian hari saya pahami betul, betapa pentingnya untuk diisi. Mereka ini yang membuat saya yakin bahwa tanah rantau tak sekejam dari yang terlihat. Masih banyak kebaikan & kehangatan yang tidak dibuat-buat. 

Awal bulan ini, saya patah hati. Satu ibu peri saya dipanggil olehNya. Tante Eva namanya. Ia adalah Ibu Peri yang paling sering mendadak menelepon saya. Sekedar tanya sudah makan, atau tanya bagaimana kuliah. Hal yang beberapa kali beliau ungkapkan dulu adalah ingin sekali bikin syukuran untuk merayakan hari lahir saya & anaknya, Sheila, yang kebetulan lahir di hari yang sama. Meski tak pernah terwujud, hati saya sudah terasa hangat karena ada sosok ibu yang peduli untuk merayakan hari ulang tahun saya. Dimana hal tersebut bukan tradisi yang akrab bagi saya. 

Saya teramat kecewa & sedih karena kurang keras, mengharuskan diri saya sendiri untuk menjenguk tante Eva saat beliau sakit. Apalagi sebenarnya beliau di Sidoarjo, tempat saya tinggal sekarang. Penyesalan yang sangat besar, hingga saya memikirkan apa yang bisa saya lakukan untuk menebusnya. 

Satu hal yang saya pelajari dari Tante Eva, kehangatan & perhatiannya sungguh berkesan bagi saya. Saya adalah seorang ibu sekarang, dan saya harus belajar bagaimana memeluk teman-teman anak saya nantinya, menerima & menghargai bagaimana seutuhnya mereka. Agar tak perlu mereka mencari perhatian di tempat yang tak pantas atau tidak tepat. Agar dunia ini hangat & penuh kasih. 

Selamat jalan, Ibu Peri. Engkau tak pernah pergi, hanya pulang ke rumah terindah di surgaNya. 

love

Convo #3 : An Equal Partner

21:18:00

Gambar dari sini
B: I finally found out why John still doing things like that.
C: Why?
B: Because his wife couldn't match to John.
C: Which part?
B: Intelligence, perhaps? Like she's not the one he would talk to on several subject. She's just not understood. 
C: If it is the problem, then it's definitely husband's duty to teach the wife, to expand her horizon, bring up to the level she's needed and not grumbling into his friend. 

If there is one thing I should declare to be grateful after marriage, everyday and every time, it's how I really thankful to have a partner that I can talk to, in every aspect of life, in every subject that I could think of. From religion to sex, from philosophy to complete rubbish. 

Thank you, Ciku. =*

birthday

Yaminah

11:47:00

*ditulis Maret, 2015

Dalam beberapa variety show dan serial Korea yang saya tonton, ada tradisi unik saat seseorang berulang tahun. Bukan hanya ia yang berhak mendapatkan kado atau hadiah atas pergantian umur itu, tetapi juga ibunya. Sang ibu dianggap berhak mendapatkan hadiah, karena berkat ibu ia dapat tumbuh menjadi sosok yang sekarang ini.

Saya kurang tahu, apakah jabaran singkat di atas betul-betul sebuah tradisi atau hanya pemanis dalam acara televisi saja. Yang pasti, bulan ini ibu saya berulang tahun, dan saya ingin berterima kasih pada ibu beliau: nenekku.

Nenekku bernama Yaminah, wanita berperawakan mungil yang selalu saya ingat sebagai koki ulung, pemilik pipi yang selalu wangi dengan bedak Fanbo. Kadang berganti Viva Face Powder yang berkemasan zac. Saya selalu rindu mencium pipi itu, sampai sekarang tentunya.

Sehari-hari beliau selalu memakai kebaya dan kain jarik yang serasi. Keduanya ditata dengan rapi di lemari. Kain yang diberi oleh anak-anaknya hampir di tiap hari raya selalu digolong-golongkan dengan tingkat keapikannya. Yang sudah sedikit amoh dipakai sehari-hari, yang masih bagus dipakai di momen spesial. Kedatangan cucunya termasuk yang terakhir. Tidakkah saya selalu tersanjung atas hal ini?

Dibesarkan oleh ibu tiri, Yaminah dan kakak perempuannya seperti hidup dalam dongeng. Ibu tiri yang tidak memberi cukup makan, dan hal-hal menyedihkan ala Upik Abu dalam versi nyata. Sang kakak sedih bukan kepalang, mengajak Yaminah untuk bertekad membalas ibu tiri di kemudian hari. Kakak ingin menjadi kaya raya dan berganti menindas ibu tiri, biar tahu rasa. Yaminah menolak, ia memilih untuk berbuat baik sebaik-baiknya, agar di suatu hari nanti si ibu malah malu bukan kepalang karena telah berbuat buruk kepadanya. Kira-kira seperti ucapan Diana Rikasari puluhan tahun kemudian: If people hate you, Love them back. Malang tak dapat ditolak, perbincangan saudara kala kecil itu pun menjadi kenyataan. Sang kakak betul-betul menjadi kaya raya, dan Yaminah mendapat rasa malu dan hormat ibu tirinya.

Yaminah muda adalah perempuan yang terampil. Di jaman pendudukan Jepang, pemerintahnya secara terorganisir memberikan pelatihan sampai ke desa-desa untuk keterampilan dasar dan produksi untuk wanita, seperti memasak, merajut, menjahit, menyulam. Yaminah salah satu yang mengenyam pelatihan ini. Beliau dapat mengolah kapas dan memintalnya jadi benang, sampai merajutnya. Tepian-tepian taplak meja di rumah Yaminah selalu dihiasi sulaman bunga-bunga yang cantik dan rapi. Jika hari raya atau hari besar akan datang, ibu-ibu sekitar akan berduyun-duyun datang membawa telur, terigu, kelapa, serta bahan dasar lainnya untuk membuat kue-kue. Mereka akan membuat bersama di dapur Yaminah, karena ialah yang dikenal paling enak dan paham betul takaran, proses memasak kue-kue itu.

Perihal lain tentang Yaminah adalah kepandaiannya mengatur ekonomi keluarga. Ia memiliki sepetak tanah di belakang rumah. Dengan rapi dan penuh perhitungan ia bagi untuk berbagai macam sayur dan tumbuhan yang dapat memenuhi kebutuhan sayur mayur sehari-hari untuk ia, suami dan keenam anak-anaknya. Ia juga memelihara ayam dan itik yang ia ambil telur-telurnya. Telur ini tidak untuk dikonsumsi, tetapi “dijual” bersama kelapa yang tumbuh di halaman rumah, pada tengkulak yang berkeliling mencari hasil bumi di desa-desa. Telur dan kelapa ini dijual dengan cara barter, ditukar dengan bumbu dapur: bawang putih, bawang merah yang ia simpan hati-hati, digantung di langit-langit dapur. Perihal telur ini istimewa, karena dahulu telur adalah barang yang tinggi nilainya. Dalam keseharian, telur didadar dengan tambahan tepung dan air agar secara kuantitas menjadi banyak. Barulah jika ada anak yang sakit, diceplokkan satu butir telur untuk anak itu. Yang ajaib, sang anak pun percaya akan kekuatan telur. Setelah makan telur ceplok, langsung sembuh!

Yaminah dan suami juga sempat berjualan di rumah. Anak-anak mendapat giliran untuk menjaga dan melayani pembeli. Uang receh ia sisihkan di tepi, uang kertas untuk kembalian diletakkan dalam kotak. Pada anak-anak ia berujar, “Ini uang recehnya. Kalau pengen njajan es janggelan (cincau), boleh diambil, asal bilang dulu.” Pendidikan kepercayaan dan kejujuran yang diselipkan dalam hal perekonomian keluarga. Ah, Yaminah.

Jika ibu saya mendapat pujian, penghargaan atas berbagai keahliannya, saya yakin, sebagian besar harus diberikan kepada nenek saya. Beliau lah yang mendidik ibu sedemikian rupa.

Mbah Uti, maturnuwun sampun muruki ibuk kathah-kathah, 
ibuk sampun dados ibuk ingkang nyayangi kulo, mbak Maya lan mbak Ratih.
Mbah Uti, Vinka sakniki sampun kagungan Hayu, 
Mbah mesti seneng menawi mirsani, Hayu lucu mbah.

Mbah Uti, Vinka kangen. 

cheri

Maret 2011

10:53:00


Tanpa aplikasi Timehop, tangan ini ndilalah nemu foto ini. Foto yang diambil di bulan yang sama,  4 tahun yang lalu. Foto yang diambil di tempat kami biasa jajan eskrim (dan tak lupa beli sousnya), di Mon Cheri – Plaza Surabaya. Tempat yang namanya juga jadi sebutan kesayangan untukmu, suamiku.

Waktu memang tidak bisa dijadikan lawan, karena kita akan selalu kalah terhadapnya. Ia selalu melaju, terus tanpa menoleh ke belakang. Tapi waktu pulalah yang melahirkan kenangan, yang dapat dijadikan pijak & pelajaran untuk sekarang dan yang akan datang.

Kesedihan akan masa depan akan merusak kebahagian di masa kini, ujar Basudewa. 
Besok engkau mungkin harus berangkat lebih pagi dari hari ini, tetapi tak perlu kau kesalkan itu sekarang sayangku. Hari yang paling melelahkan pun, kelak dapat menjadi kenangan yang kita lihat dengan senyum.

Terima kasih telah berkembang dan belajar bersama, 
termasuk membuat cinta ini selalu tumbuh & berbuah rindu di sepanjang waktu.
Semua terasa menyenangkan, karenamu.

Kekasih & istrimu,

VM

cheri

QoTD: Been There, Done That (and Got the Love of My Life)

22:05:00

You have to be content with a dream that’s close.
If you chase after one that’s far away, your heart will hurt and
your insides will burn. A futile passion only leaves heartache.
That’s why life’s stupidest thing is a one-sided love.

But the reason that stupid one-sided love is worth trying is…
that passion can sometimes make miracles happen…
sometimes go the long way around to help you fulfill a dream…
and even if it doesn’t allow you to realize that dream, it allows you to linger near it and find happiness.

~ Tae Woong oppa, Reply 1997.

birthday

Hadiah Terindah

23:22:00

Saya: Wah, kalo ga jadi keluar berarti hadiah ulang tahun buat Ciku ga bisa hari ini dong..
Suami : Hadiah terindah sepanjang tahun ini buatku adalah samean hamil lagi, sehat dan adik bayinya juga sehat.

=')

P.S.: I love you Ciku, as always.

doa

Malam Takbir

00:13:00

Malam idul fitri ini sendu, karena pikirku lari padamu, anakku.
Mas Al, jika engkau tumbuh sehat, maka engkau hadir di saat ramadhan ini. 

Tapi engkau tumbuh di dekatNya, di tempat terindah bersama Sang Pemilik Cinta. 
Engkau beruntung nak. Bersuka citalah.

Tapi maafkan ibumu ini, aku mendadak sangat rindu padamu.
Ibu sekarang sedang tumbuh bersama adikmu. Doakan ia tumbuh sehat ya nak. 
Doakan pula bapak & ibu bisa jadi orang tua yang mampu mendidik & membesarkan adik-adikmu dengan baik. 
Kecupkan juga rinduku pada Ia, yang Maha Cinta.
Aku selalu sayang padamu, Al.

Bertakbirlah yang keras di sana, putraku.

anniversary

Dua Tahun

22:37:00

Dua tahun.
Baru dua tahun memang sayang, tapi aku sudah jadi pelupa.
Lupa bagaimana bangun pagi tanpa menyebut namamu.
Tak ingat cara tidur sendiri di malam hari.
Tidak mau jika tanpamu, kekasih.

Tahun kedua, di kota yang berbeda.
Penuh kegembiraan juga kesedihan.
Berpindah ke gubuk perjuangan, yang selalu rajin engkau siangi rumputnya & engkau ubah menjadi surga dengan petikan gitar.

Di tahun ini kita merasakan menjadi orang tua, pun kehilangan anak kita.

Dua tahun, yang jadi awal perjalanan kita.
Semoga jalan yang akan kita tempuh adalah jalan penuh ridho & barokahNya.
Jalan yang jauh dari orang yang dengki & iri, juga penuh dengan jiwa yang bersih & baik hati.

Ciku, terima kasih karena selalu ada buatku.
Terima kasih, untuk tiap genggaman erat di kunjungan dokter yang masih menakutkan bagiku.
Terima kasih, sudah berlelah letih mencarikan nafkah.
Terima kasih, untuk waktu yang disisihkan, hanya untuk mendapatkan acara televisi Korea favoritku.
Terima kasih, untuk peluk cium hangat yang tak pernah absen, bahkan saat kita berbeda pendapat.
Terima kasih, terima kasih, terima kasih, wahai suamiku tercinta, kekasih setia, sahabat tersayang, guru terseksi, rekan diskusi & bapak anak-anakku.

I love you, as always.
Von.

lesson

Cherry on Cherry

22:26:00


Cherry on cherry
To have you was beyond happy.

It's been 8 weeks from my curette procedure. I lost my baby, anyway. 
Just in case you haven't know.

My eyes still cloudy when I try to tell the story. My head still pounding when remembering how it happened. My heart still shiver when I watched any medical apparatus for surgery. And my lips still drawing a smile when I thought of my baby.

Having him and losing him were the heaviest experience till now. It's pulling all of the emotion I had. From being happy, sad, angry, until the hysterical moment I can't described. It's also made many episode in my last 4 months such as piles of scene with genres I couldn't count to be happened in my life. I never believed horror movies, or slasher or any type of films with too many bloods would be. But then, nothing is impossible. Perhaps, later, I would coolly said "I've been on that place" in a scene with the broken-pregnant-woman-full of blood-in her feet and clothes.

I really wish I could.

Because nonstop and too much crying just so exhausting. There was a moment where I could cry 5-6 times a day, hated praying times because I just can't help crying after shalat. Peoples' words sometimes not too helpful. They tried to cheer me up, but ended by easily judging and/or blaming. I became oversensitive and made distance to the world. I felt insecured and my own home is the only shelter I known, where I could share those desperados with hubby.

I did my ascetic life in home for a month. I reflected to myself over and over. The crying(s) which painful became its own salvation. My mind purified by the silence that the wind offered, the dust brought and the sprout grown. I realized how the micromicron-me-that-placed-in-universe has the specific meaning. I could honestly read myself, why I did and done some foolish act, why I could specifically hated someone, I acknowledged all the past, peacefully accepts the present and now put the effort for the future. 

Reflectively, I admit that in the process of marriage, I have a slightest doubt about how my husband will love me. Our relationship started in a very short time after he broke up with his last girlfriend, and he broke up after 4 years in that relationship. A long duration that
I can't ignored easily, considering how she treated my hubby in post-break-up phase.
Me and hubby started the steps such as engagement to wedding in quite short term. Unsurprising, the utmost question came from people around was: why such in a rush? Are you sure? Both of you are stubborn, how would you handle it? 
I, myself, have questions that I didn't know the answers.

 But it's different after I lost my baby. Now I know why God gave me such confidence to tie the knot with him. If it wasn't him, I might be blacked out in the corner of bathroom, overwhelmed by my own bloods. I don't have any doubt, for now and later. 
My questions been answered, fulfilled perfectly.

Dear hubby, you are cherry on cherry.
Thank you for being there, even in the saddest story.

cheri

A Quarter of A Century

11:27:00

First of August means happiness to me. Because it means the d-day of some preparations, a plan's finale & the racing heartbeat: It's my husband birthday. Yayyy!

Being a wife makes me quite difficult to prepare. When you are only in relationship a.k.a going steady, you could prepare easily. You could make a call, meet some friends before hand and do that without too much  curiosity from your partner. But when you share a bed and live at the same roof for almost 14-16 hours a day, make a surprise is different and difficult.  Thanks God there are online shops who could help me in buying a gift. I bought a gift from GOMAN. If I were a man, I'm sure I'll buy a lot from this store. I was drooling every time I open it. I even targeting their Midnight Black Bertoli Baseball Jacket, because they are super-cool! Considering my size and hubby is alike, then we could wear it together. Hihihi. 

After a long strolling up and down the web, I choose Wheat Reyhan Ikat Combination Shirt. Rendy & I had look and love it before, but for some reason unknown we cancelled the order. So, just a matter of time, every thing that destined to be together will come up together, as Rendy & the shirt. =P



Anyway, I try to deceive Rendy that I won't buy any gift for him and just will make a cake, because I didn't have a time to buy the gift. He seemed buy the reason well and said that's okay for having no gift, even no cake, because I still have a deadline to be fulfilled. But I still insist to make them, because in the other side, I have to use the egg-whites that stacked on my fridge. That's called "irit-alert" by my sister, an instinct that grows when you started being a wife and/or being a wife to use any leftovers/any recycle-able things around you. Haha. 

I use the recipe from Blueband website: Blueberry Rich Cake. I choose this recipe because it takes a lot of egg-whites and Rendy's mom gave me Blueberry jam at the last visit. The recipe went well but I need to correct the flavor by adding up 25 grams full cream milk powder and several drops of vanilla essence, because the egg-whites aroma still too strong. I will be okay with it, but my hubby no.  Don't forget to spread butter on your baking sheet before you lined it up with parchment paper, because the texture will go crusty outside and moist inside. And use medium baking sheet, because one recipe doesn't turn too many if you want a thick cake. 

The delivery guy sent the shirt when it went dawn, Rendy surprised and loved the gift. My mission accomplished and I'm really happy for that! Happy belated 25th day, Gorgeous! =*


cheri

Why Not?

11:03:00

"Ayo dong mbak, kasih tau po'o.."
"Aku udah kasih tahu yang kamu perlu tahu, sisanya nanti kamu tahu jawabannya sendiri kok di dalam prosesnya."
"Ayo tala mbak... Berarti kamu tahu kan apa yang bakal aku dapet nantinya, kasih tahu sekarang aja lho.. Ayo dong mbak.."
"Gini lho ya, kamu nanya ke aku, aku ga jawab karena aku tahu nanti jawabannya bisa beda kejadiannya di tiap orang. Tapi meskipun aku tahu seperti apa, kalo emang aku benar-benar ga mau jawab, terus kamu mau ngapain? Toh kamu juga ga bisa maksain. Dunia ga selalu sesuai pengharapanmu, nak. Itu yang namanya dunia nyata. Get real."


Percakapan di atas saya ingat betul terjadi sekitar 5 tahun yang lalu di unit kegiatan, antara saya dan adik angkatan. Percakapan itu kemudian menurunkan tensi kedekatan kami berdua. Saya tahu resikonya, dan saya memilih untuk mengambil resiko tersebut, demi kemaslahatan organisasi (waktu itu). Peran saya memang mengharuskan saya menjadi "bad cop", biar mereka lari ke "good cop" dan lebih mudah menerima masukan yang sebetulnya sudah kami (senior) pikirkan bersama sebelumnya. 

Di akhir cerita, organisasi dan kegiatannya berjalan lancar. Sukses seperti rencana. 
Tetapi, hubungan saya dan "nak" yang satu ini tidak pernah kembali layaknya semula. 

Apa dia tahu? Entahlah. Saya tidak berharap ia berpikir sejauh itu. Tapi, sejujurnya, saya juga tidak pernah menduga bahwa efeknya akan betul-betul memisahkan kami sejauh ini. 

Saya tahu, dan saya tidak ingin berandai-andai putar balik, menata kembali atau bicara tentang sejuta "jika" yang terdengar putus asa. Saya sudah memilih, maka saya berani menanggung apa yang sudah seharusnya jadi akibat. 

Dalam film, peran seperti saya ini biasanya bukan peran utama, tapi penting untuk jalannya cerita. Peran yang memberi "pilinan" pada film, memberi konflik untuk tokoh utama. Rasa-rasanya, dulu, saya tanpa henti bertanya sekaligus protes kepada Yang bikin skenario hidup ini: kenapa saya harus yang berada dalam posisi "bad cop", "bad guy", "bad girl"? When will I got the protagonist? Why always me? 


Itulah sebabnya, saya selalu jatuh cinta kepada tokoh-tokoh luar biasa yang "tidak-akan-pernah-mendapatkan-(cinta) peran-utama". Hati saya selalu bersama James Howlett a.k.a Logan a.k.a Wolverine, Damon Salvatore, Jacobs dan tokoh sampingan dengan cinta bertepuk sebelah tangan lainnya. Mereka lah pilinan yang membuat cerita menarik, tapi perasaan yang harus mereka alami tidak membuat orang tertarik untuk menjalani. Tokoh-tokoh ini pula yang membuat saya berkata pada diri sendiri, persis seperti #doapagi mbak Ayu Utami pagi ini:

Baiklah, saya berhenti ingin (menjadi protagonis), sebab tampaknya saya baru mendapat setelah tak lagi ingin.

Mengutip mbak Ayu lagi, saya memang belum tahu apa yang saya dapat justru setelah tidak ingin. Apa "nak" tadi tahu perasaan yang saya alami dan apa yang harus saya lalui? Belum tentu. Tapi saya tetap menjadi yang tersenyum di paling akhir, karena saya yang tahu seluruh peristiwa sampai ke bingkainya. Saya kemudian paham, bahwa saya menjadi atau adalah "orang yang jahat" karena saya bisa membuat ia, mereka atau anda berpikir demikian. Bukan sebaliknya. You really don't know until I said so

Sejak momen tersebut saya juga semakin tahu, meskipun saya "real bad-ass and super jackass", saya mendapat keluarga, sahabat, saudara, teman, tetangga yang hebat, saya mendapatkan kesempatan-kesempatan yang tidak ternilai. I completed three-quarter of my life bucket-list, in my nowadays age (Believe me, it's a long and super pretentious list). And I even got the boy: my precious partner in crime

Saya tahu apa yang saya dapat, setelah tidak ingin. Sejak saat itu saya tidak ingin menjadi protagonis dan antagonis. Saya tidak ingin jadi apa-apa, agar saya tahu semua yang saya dapat. 

Dan momentum yang telah berlalu itu membuat saya berhenti bertanya pada Tuhan. Bukan karena tingkat ketakwaan, kedewasaan, penerimaan takdir, ketakutan pada kematian atau remeh-temeh apa lah, tetapi karena saya pasti kesal jika pertanyaan saya dijawab dua kata saja olehNya: why not?

cheri

Terbayar Lunas

21:13:00

Kadang, yang dibutuhkan di penghujung hari yang menyebalkan & melelahkan adalah senyumnya saat tertidur di pelukan. Terima kasih telah berlelah-lelah mencari nafkah, menempuh jarak yang jauh & tetap memberi tatapan yang sama sejak bertahun tahun yang lalu.

Bonne nuit,
Ta cherie.

cheri

Surat Cinta Tahun Lalu

23:34:00

Juni telah berlalu dengan sangat cepat. Tak seperti biasanya, bulan kemarin tak satu pun postingan muncul dengan tema pertambahan umur saya. Separuh alasan karena saya merasa sangat tua di titik usia ini, separuh yang lainnya adalah, saya sendiri hampir lupa. Haha. Himpitan kewajiban dan tumpukan katabelece "perihal orang dewasa" menghabiskan seluruh porsi waktu saya. 

Mungkin, satu-satunya alasan saya tetap ingat adalah suami. Rela bangun tengah malam untuk menghujani ciuman dan mengucapkan doa yang manis dan optimis. Meski begitu, suami juga tak seperti biasanya. Surat yang sudah beberapa tahun tak pernah absen, kali ini bolos juga. Tidak masalah, karena untuk yang satu itu saya tidak akan alpa untuk menagihnya. Hehe. 

Surat buatan suami yang sampai di tangan saya selalu istimewa. Pertama, surat adalah wujud dari keintiman & keromantisan yang personal bagi saya. Kedua, surat ini diaku oleh penulisnya sebagai tulisan terbaik tiap tahunnya, karena dalam proses pembuatan ia berpikir dan berpikir terus menerus di tiap unsur surat itu. Lebih dalam dibanding tulisan-tulisannya yang lain, yang diakui oleh lebih banyak pembaca. 

Di postingan ini saya ingin membaca lagi surat yang diberikan pada hari ulang tahun saya tahun lalu. Saat itu kami sedang sibuk-sibuknya menyiapkan pernikahan, terpisah jarak Mojosari-Jogja, berulang kali berselisih paham dan dirundung rindu luar biasa. 

Catatan: bagian terbaik dari membaca ulang surat ini adalah menyadari bahwa semua do'a di dalamnya telah menjadi kenyataan. Merci beaucoup, mon Dieu. 


 "Surabaya, 14 Juni 2012

Untuk wanita yang kuhormati dan kucintai,


Vinka, 
Suatu kesulitan tersendiri ketika aku harus memilih kita akan kemana dan melakukan apa, sementara menemuimu dan berbincang denganmu saja aku sudah demikian bahagia. 

Lebih-lebih, kita hanya perlu bersabar untuk segera sampai pada rumah sederhana kita, dan memulai aktifitas sehari-hari dengan perbedaan besar: bahwa kita memulainya dengan intens, bersama-sama, berdekatan--secara harfiah. Bahwa kita mengawali hari dengan kecupan di dahi dan pipi kita masing-masing. Bahwa dengan itu maka secara harfiah pula kita saling memanggil satu sama lain suami dan istri. 

Itu sebabnya, kekasihku, aku memberikan selamat untuk ulang tahunmu bukan semata-mata karena engkau bertambah usia, melainkan karena perasaan bersyukur kepada Allah yang terus memberi waktu pada kita sepanjang ini untuk saling mencintai. Aku menemuimu bukan semata-mata karena aku rindu, tapi lantaran aku tak kuasa menahan bahagia sebab engkau masih diberi kesehatan untuk bisa kucium dan kucintai. 

Dus, aku memandang matamu bukan hanya menikmati keindahan binar itu, tapi karena aku tak sanggup memendam rasa syukur dari mata yang memantulkan masa depan yang cerah dan penuh suka cita. 

Vinka, 
Sebaiknya kita sama-sama berdoa, agar seluruh kangen dan sayang kita mampu meluruhkan hal-hal yang tak baik di antara kita sendiri, agar kasih dan asmara kita terus menguat mengalahkan yang buruk dari diri kita.

...Aku mencintaimu dalam nuansa dan kualitas yang masih sama, tak bergeser.


Rendy Pahrun Wadipalapa
--Kandidat master dan suamimu :*  "


family

Letter to My Beloved Kids

11:46:00

Jogja, 14 April 2013

Dear kids,


How are you? I'm sure you'll be great as always. I'm sure that you've grown up as a wonderful sun this morning: bright, but not burning; healthy and not overwhelming. How's your Dad? I'm sure he's as handsome as the day he became my groom. Not too skinny, not too chubby. Just fit, as he always is to me. I miss him anyway, today he left me. No, he's not angry, he's just find a place with a roof for us. Yes, a warmer place to ensure that all of us safe and sound. I hope he's lucky enough for not bothering uncle Asikin too long. I feel too sorry for him. Don't forget to give him a respectful greeting whenever you meet, kiddo. He's helped your parents a lot. Okay?


How's life anyway? Have you still being picky to the food? Or is there any lesson which weighed you down? Don't imitate your father for being picky, and don't followed for being too worried too much in everything, just like me. Life never cushion your blow voluntarily, you choose and made it yourself. Be brave and start wander a bit, you'll find many great things ahead. Just a bit, and remember to come home regularly. Don't ask why, silly kid. For sure, it's me waiting for you. To hug you and listening your dream. To share you how grateful I am, because you dare to step in a dignified way. 


Just thinking about all of you already made me happy. I'm not sure is it your charming aura or just the melancholy mist around me. I'm really sorry anyway, I intend to write this letter because I have a glimpse in my head of leaving you before your Dad. I'm sorry, really sorry. You can ask him why do I have a thought like that, I don't want ruin this letter by explaining. At least, I try to grasp my gut on my fingers, typing a letter to you. The worst farewell is the one without saying goodbye, isn't it? 


I believe, when you reading this, it's a little bit sad in a way. Just don't. 

I trust you by my entire life. I put all my gold on the table, after you my dearest babies. I could mention hundreds reason for that, but I choose for not to. It's just me, simply your mother. No other reason needed. 

Sometimes people say parents' love is exaggerated, a blind love. Well, Uti & Akung grew me up not like that, tho. They quite sincerely logical in loving me. Somehow, it helps me a lot in facing the world. I can't conclude yet, how is my way. In any way, I will love as much as I can. I would love you, as the best way as I could. I love you, as always. 


Live well, my dearest kids. 


Thousand kisses, 

your Mom

P.S.: Uti always ask me nowadays, when will you arrive in her hug. Don't worry dear, I know you've already prepared a perfect timing. Not too late, not too soon. Right? =* 



cooking

French Toast

11:53:00

Pagi ini seharusnya dimulai dengan belanja ke pasar, membeli kelapa muda parut dan tepung beras. Sebagaimana yang saya kicaukan semalam, saya ingin membuat klepon hari ini. Tapi entah, mengingat saya yang bangun kesiangan karena menyimak X Factor Indonesia hingga lewat tengah malam, mendengar lagu "Sari Roti" yang lewat saya jadi ingin bikin sarapan dengan roti saja. Yah, hitung-hitung ganti menu, rasanya akan lebih seru menyambut hari Sabtu dengan menu baru. 

Setelah roti tawar di tangan, saya putar otak. Kalau dipanggang dengan toaster, sudah biasa. Bahan isian pun  standar saja, hanya ada meises & selai pandan. Kemarin malam sempat browse kumpulan resep Urban Cook sih, ada French Toast. Masakan yang dulu ketika saya kecil sering saya buat sendiri, karena ada di buklet masakan sederhana yang jadi bonus majalah Bobo. Praktis dan enak buat sarapan. 

Tapi, ada yang lebih saya khawatirkan. Lidah suami. Huhuhu. Selera suami berkebalikan sempurna dengan saya. Sebutlah makanan apa yang dia benci, maka hampir seluruhnya saya suka. Dia tidak suka susu putih, keju, mayonais, sushi, segala masakan yang creamy & berbau serta memiliki rasa terlalu tajam. Pft, padahal saya suka itu semua. Sejak berpacaran, saya bertekad untuk memperlebar palate suami. Sayang sekali kalau rentang rasa yang diciptakan di dunia ini harus disempitkan karena preferensi yang kurang. Nah, di resep yang Urban Cook cantumkan, ada susu di dalamnya. Mari kita jajal resep ini dengan tekad & keyakinan yang kuat bahwa suami bakal suka! *pasang ikat kepala*



French Toast ala Urban Cook

Bahan


  • 3 telur (saya, 2 butir)
  • 3/4 cangkir krim kental atau susu (saya pakai 180 ml susu UHT low fat)
  • 1 sendok makan ekstrak vanila (saya pakai essens vanila 2 tetes)
  • ¼ sdt bubuk kayu manis (sedang tidak punya yang bubuk, langsung parut kayu manis seibu jari udah cukup)
  • Sejumput bubuk pala
  • Sejumput garam
  • 3 helai roti, roti yang sudah keras juga boleh dipakai
  • 2 sendok makan mentega tawar
  • sirup Maple atau madu 

Cara buat

  • Kocok telur, krim, vanila, kayu manis, pala, dan garam dalam mangkuk besar 
  • Rendam roti di dalam campuran telur kira2 10 menit sampai benar benar terendam
  • Dengan api sedang, masak French toast dengan sedikit mentega sampai kedua sisi kecoklatan, simpan dalam oven yang hangat selama anda memasak sisa roti
  • Sajikan French toast dengan topping favourite anda

Dengan penggunaan rasio bahan yang saya tuliskan di dalam kurung, sudah cukup kok untuk 3 helai roti tawar, tidak kurang tidak lebih. Untuk toppingnya, saya menggunakan gula pasir + parutan kayu manis yang diblender sebentar (dry mill, 15 detik cukup). Rasa topping berhasil jadi penyeimbang roti yang gurih dan machteig. Tiga helai roti yang diiris diagonal, cukup untuk 2 porsi. Saya menulis ini di tengah hari, masih kenyang loh, padahal sarapan jam 8 pagi. 

Yang paling mendebarkan tentu proses icip-icip. Alhamdulillah, suami suka. Yeay! 

=D

family

Gattuso & Bopo

12:32:00

Sabtu malam, di depan televisi yang menayangkan pertandingan Tottenham Hotspur melawan Newcastle United.

Saya sedang sewot dengan suami saya yang berteriak terlalu kencang ketika Gareth Bale gagal memanfaatkan peluang. Saya jengkel berat karena saat itu saya sudah terpejam. Separuh perjalanan menuju tidur.

Tak disangka, setelah beberapa menit kemudian ternyata ia berhasil menjebol gawang lawan. Saya pun tertarik ingin melihat tayangan ulang proses tersebut. Sejurus kemudian, komentator menyinggung permainan Scott Parker yang mengingatkannya pada Gennaro Gattuso. Lalu, terjadilah perbincangan ini. 

Suami (Sm) : ... dulu itu Yang, pernah ada pemain di AC Milan yang namanya Gennaro 
                Gattuso. Dia itu kokoh sekali.
Saya (Sa) : Iya, aku tahu kok Gattuso. 
Sm: Gattuso itu punya peran penting lo Yang. Dia ini yang mencarikan bola, tackling sana 
       sini. Posisinya adalah posisi yang paling tidak diingini, karena tidak pernah menonjol 
       padahal ia harus terus bekerja keras sepanjang permainan. Karena itu sampai dijuluki 
       sebagai tukang angkut air. 
Sa: Iya, aku tahu kok tukang angkut air. Apa coba bahasa Inggrisnya?
Sm: Nggak tahu. 
Sa: Hoo... yayaya..
Sm: Loh, itu kasih tebakan apa gimana to? 
Sa: Lha aku juga ga tahu kok.. Hahaha.. 
Sm: Wuoo.. kirain kasih tebakan..
Sa: Hahaha.. The water carrier
Sm: Apa?
Sa: Ya itu, tukang angkut air itu the water carrier. Dulu ada juga yang pake kacamata yang 
     nempel itu sapa? Aku lupa namanya. 
Sm: Edgar David! Iya, itu juga termasuk tukang angkut air, tapi posisinya gelandang serang. 
     Kalo si Gattuso itu gelandang bertahan. 
Sa: Dulu waktu Gattuso masih main, aku suka. 
Sm: Sama, aku juga suka. Saking kokoh dan kuatnya dia, sampe dijuluki Banteng!
Sa: Bukannya Badak?
Sm: Ga tahu sih, Banteng atau Badak*. Kalau posisi sekarang yang sudah jarang banget itu 
      playmaker. 
Sa: Loh, bukannya ada itu Pirlo. Di Spanyol juga ada kan?
Sm: Iya, kayak Pirlo itu. Kalo yang lain itu Xabi Alonso. Tapi generasi setelah itu sudah 
      tidak ada lagi. Kalo dulu Yang, ada yang namanya Veron. 
Sa: Juan Sebastian Veron. 
Sm: Iya.
Sa: Aku lumayan paham sama bola kok Yang, tapi yang dulu-dulu. Pemain favoritku itu 
     Totti. 
Sm: Ah, aku ga suka Totti. Bagaimana media membesar-besarkan peran Totti itu tidak 
      sebanding dengan permainan dia. Kalo misal dibandingkan dengan Messi atau Ronaldo 
      kan memang permainan mereka enak. Kalo Totti itu pragmatis mainnya. 
Sa: Kadang yang pragmatis itu bisa berarti mampu menempatkan diri lho. Aku suka Totti 
     juga karena wajahnya mirip Hercules. Wajahnya kayak dipahat, mirip bentuk wajah 
     (mitos) Yunani. Kalo pemain yang terakhir aku suka karena tampang sih Aquilani. 
Sm: Wah, cedera terus itu Von.
Sa: He'eh. Waktu di Liverpool tuh apalagi, cedera terus. Dulu inget ga, waktu kita sekitar 
     SD, ada pertandingan Euro** yang final Itali yang kalah? Pas itu aku nangis mewek Yang..
Sm: Hahaha.. Iya ada pertandingan itu. 
Sa: Dulu aku memang ngikuti bola Yang, karena Bopo ketika di rumah sukanya selalu 
     berbaring sambil nonton bola. Aku seneng ikutan, tapi kalo diem-diem aja kan 
     suasananya ga enak. Makanya aku mulai baca koran yang bagian Olahraga, ngikutin 
     berita bola, ngapalin nama-nama pemainnya, biar bisa ngobrol enak sama Bopo..


Apa kalimat terakhir terdengar menyedihkan? 
Please, don't. Saya tidak sedih. Alih-alih, saya  jadi tersenyum. Ini mungkin pertama kalinya saya mengungkapkan atau menemukan alasan sebenarnya atas apa yang saya lakukan di masa kecil. Saya sudah melakukan kompromi, untuk menyukai hal yang mungkin tidak betul-betul saya minati. Tapi betapa ini penting, karena hal ini disukai oleh Bopo. 

Dulu, Bopo memang tidak memiliki banyak waktu, karena pekerjaan beliau sebagai staf bagian pengolahan di Pabrik Gula yang harus siap sedia, apalagi di musim giling tebu. Bopo bekerja dengan shift, yang seringkali dilanjut lembur karena permasalahan mesin yang belum usai dalam satu kali shift. Dari sini pula saya belajar memanfaatkan setiap senggang yang ada dengan Bopo. Saya akan bersandar di kakinya ketika beliau merokok seusai makan. Karena kebiasaan ini, saya bisa mengidentifikasi bau khas Bentoel Biru & Sampoerna A Mild Merah meski hanya sepintas lewat. Saya akan nonton bola, begadang nonton wayang, membantu mengelap sepatu, apa saja yang bisa membuat saya memeluk beliau lebih lama. 

Menarik, bahwa sejak kecil sesungguhnya saya, sebagai manusia (atau anak), telah melakukan berbagai usaha agar dapat menghabiskan waktu dengan cinta lawan jenis saya yang pertama: Bopo. 

"A father is his daughters first love and his sons first hero."

My father was sitting, second from the left. Gorgeous, isn't he? ;;)
How could I not falling in love to my handsome father? =)

 *Gattuso memiliki beberapa sebutan Rino (dari nama kecil), Rhino (badak) dan Rhingio (menggeram, growl en.)
**Italia dikalahkan Prancis di final Euro 2000 dengan skor 2-1. 

Jogja

A Great Day to Remember

11:05:00

It's already 4 months passed, since the wedding. Life's getting better and better. Sometimes I wander with my mind and said to myself: this is how "mature" life that I wondered when I still a kid. Up and down, arguing here and there, and almost too many laughs and loves wraps us: 
my little world called as family

Obama's fate as a president destined today, but the only thing about him get through my head is how he told a story about family in Oprah Show. He said, after having a different status as a president, everything's change. He could not do anything he would do, what he usually did. Then he realized, how he should be thankful and grateful into every moment when those usual things could happen naturally. He used to walk and talk with the neighbors, walk with his daughter to the park and push the swings for her. He said, perhaps he's already made policies with many pro-cons, criticized everywhere, raised many doubt of being legitimate president and et cetera. But he's really sure, he wouldn't put it in his thought at the end of the day. He's prefer to remember how he spent his summer holiday with his family: walking up the hill while holding Michele's, teaching Sasha and Malia throwing pebbles in Maine. 

I woke up this morning, have my husband's writing in newspaper, inhale fresh air while going to nearby market, got an expensive-freebies-ice cream for my phone credit's buying, have big half of watermelon in my fridge, sun shines brightly and tonight I will watch JHF's (Jogja Hiphop Foundation) concert. What could I ask for more? 

I'm really sure, this is a great day to remember at the end of my day. 

PS: Kalau anda sedang ragu-ragu memutuskan untuk (segera) menikah atau tidak,
tontonlah video ini. Sampai detik terakhirnya. ;)