friends

#baladamanten : To Cook or Not To Cook

22:14:00


"Mbak Pink, setelah nikah tu harus gitu ya, bangun pagi - masakin suami? Aduh, ga bisa bayangin deh. " 
"Nggak, siapa bilang? Sejak kapan masak itu wajib? Emang pacarmu udah minta kamu masakin sejak sekarang?"
"Iya."


Busettt.. Kawin aja belon, udah request segala.. Emang sudah sesempurna apa ini lelaki? Spontan saja, itu yang terlintas di pikiran saya kala percakapan di atas terjadi. Memasak. Perkara yang penting-ga penting dalam rumah tangga. Tapi sebelum membahas lebih jauh, mari garis bawahi satu poin dulu: 
WANITA TIDAK WAJIB MEMASAK DALAM PERNIKAHAN.

Dari agama yang saya anut, tidak ada ayat suci yang menjelaskan kewajiban seorang wanita untuk memasak bagi keluarga. JIKA seorang istri MAU menyiapkan makanan untuk suami & anaknya, ia akan mendapatkan pahala. Nah, kalau kalimat terakhir ini baru betul.

Lelaki boleh-boleh saja bermimpi untuk memiliki istri yang jago masak, cantik jelita, taat beribadah, pandai mengasuh anak, karir moncer, trengginas dalam urusan ranjang, boleehhh banget. Asal sang lelaki sudah bangun dari tidurnya dan bekerja keras untuk merealisasikan semua hal itu di dalam dirinya. Jodoh kan pasti sekufu: kamu leha-leha yaa, pasanganmu nanti akan belajar cara leha-leha yang baik & benar darimu.

Kembali lagi ke percakapan tentang masak-memasak
“Kalau kamu kan enak mbak Pink, bisa masak. Kalau aku gimana nih?”

Okay, terang-terangan saja, saya juga baru belajar ketika setelah menikah. Dulu, ketika masih di rumah ortu, dari 3 bersaudara, saya tugasnya belanja-bukan masak! Iya, saya belanja ke tukang sayur, membersihkan & menyiangi belanjaan, mbak Ratih bagian bersih-bersih rumah, mbak Maya yang bertugas memasak bersama Ibuk. Kalaupun memasak yang rutin saya lakukan adalah ketika ngambek (iya, saya kalau ngambek bikin sambel dan goreng tempe/telor) dan saat Lebaran, masak/bikin kue kering.

Setelah menikah saya diboyong suami tinggal di Jogja, ia sedang menempuh pendidikan lanjut. Kami berdua bersemangat sekali untuk belajar memasak bersama dikarenakan inilah cara paling ampuh untuk IRIT. =,D Gaji yang hanya sedikit di atas UMR DI Yogyakarta, atau yang berarti jauh di bawah UMR Kota Surabaya, membuat kami jadi lebih dan lebih semangat untuk belajar masak. Tontonan favorit kami adalah Urban Cook, yang salah satu resep pancake andalannya masih kami minati sampai sekarang. Blog NCCJust Try and Taste jadi jujugan saat tidak ada ide mau masak apa. Di jaman internet jaringan yang sudah LTE begini, belajar memasak bukan perkara yang rumit.

Mau tahu, apa yang rumit? Mengatur ekspektasi & berempati.
Hanya karena judul resepnya “Martabak Manis Anti Gagal” bukan berarti kamu tidak mungkin gagal. Masih mungkin bangettsss! Taruhlah ekspektasi kalian (baik suami atau istri) serendah-rendahnya. Kalau akhirnya berhasil, pasti rasanya memuaskan sekali. Tapi kalau gagal, ya santai saja, it happens.

Hanya karena istri sudah jungkir balik dengan meyakinkan di dapur, lalu ternyata rasanya ga karuan, suami tidak punya hak untuk protes. Just shut your mouth and smile, let her taste them first. Don’t say a word, and she’ll definitely say sorry to you. Kalau istri sudah bilang, “haduh, kok rasanya gini ya. Aku udah masukin semua yang ada di resep loh. Maaf ya yang…” *sambil ngaduk-aduk masakan & mengernyitkan dahi dan bibir sedikit maju* Hal terbaik yang dilakukan suami adalah ambil kunci motor/mobil, ajak jalan & jajan di luar, atau turut nonton serial kesukaannya. Percayalah rumah tangga kalian akan baik-baik saja karena kalian bisa berempati satu sama lain.

Catatan lain tentang memasak: jika istri/suami memasak, don’t take them for granted, DO THE DISHES! Cuci piring itu sungguh krusial ya bro n sis. Kalau menggunung nggak habis-habis cuciannya, cicil. Kecuali kamu turunan raja minyak atau milyuner yang pembantu rumah tangganya ada 5, tolong ya cuci piring. 

Kalau setelah baca tulisan ini masih ngotot nyuruh atau ngewajibin istri masak (padahal dia keberatan), coba ikut les masak deh. Coba dihayati itu bebannya. Beban biaya & capeknya masak. Masak itu skill masbroo.. And skill is definitely pricey. While your wife and marriage are priceless, they are not defined by money. So, think again!

daily

Kamu Ngantuk Ya?

01:59:00

Beberapa hari terakhir, Hayu tidur lebih malam dibanding biasanya. Tidur siang juga cenderung freestyle, sulit diprediksi. Tantangan terbesarnya adalah ketika memasuki masa-masa Hayu menolak ngantuk. Dimana ia sebenarnya sudah mengantuk tetapi menolak untuk diletakkan di tempat tidur, enggan untuk berdiam diri.
Hal ini saya sampaikan ke suami dan memantik percakapan yang menarik.

Suami (S): Sebenarnya kenapa sih anak kecil selalu rewel saat ngantuk atau sebelum tidur?
Vinka (V) : Ya karena ia belum bisa mengungkapkan dan memahami bahwa tubuh atau fisiknya sudah capek dan butuh istirahat, padahal ia masih ingin bermain, atau mengejar bola, atau berlari. Pertentangan ini belum bisa diungkapkan oleh mereka.
S: Atau jangan-jangan itu hanya ilusi orangtua saja untuk menentukan penyebab anak kecil "rewel". Oke lah kalau untuk anak seumur Hayu (13 bulan). Tapi banyak sekali anak yang lebih besar juga dengan mudah disebut "kamu itu ngantuk" ketika mereka rewel. Apa itu cuma orangtua yang menyederhanakan (perkara rewel=ngantuk)?
V: Mmm, mungkin itu sederhana bagi orangtua, tapi tidur kan bukan perkara sederhana bagi anak. Ia harus sadar & menguasai betul atas apa yang terjadi di tubuhnya dan memilih apa yang dia lakukan. Apa ya? Menguasai ego. Dia kan harus menekan keinginan untuk bermain, untuk berlari-lari untuk akhirnya memilih untuk tidur karena paham bahwa tubuhnya sudah capek. Seperti di Song Triplets (cara kami menyebut program The Return of Superman), anak tertua dari kembar tiga itu, itu satu-satunya yang bisa (memilih) tidur sendiri. Itu dianggap sebagai tindakan yang dewasa sekali ngelihat umurnya yang segitu.

Pembicaraan pun berlanjut dengan topik perkembangan Hayu. Tapi perkara "ngantuk" ini masih nyantol di kepala saya. Menjadi dewasa dalam konteks umur anak-anak, remaja atau orang tua pun sebenarnya tidak bergeser banyak dari apa yang terjadi saat balita. Hanya objek & subjek yang lebih luas. Apa kita bisa memahami situasi, tubuh, pertanda, petanda yang terjadi di hidup kita & menyikapi dengan benar. Ketika sudah mencapai akil baligh, ada konsekuensi yang ditambahkan dalam wacana hidup kita. Ia juga membawa serta sobat karibnya; tanggung jawab. Mari jumlahkan faktor-faktor tersebut dan kedewasaan pun lebih mudah dipahami. 

Maka menjadi dewasa adalah memahami bahwa saya ngantuk, maka saya butuh tidur, dan itu berarti saya akan sholat-cuci muka-berdoa-memejamkan mata, bukan menatapi & menggeser layar smartphone lalu memantengi media sosial terus-terusan. Bukan pula stalking postingan blog mantannya si pacar atau cek Whatsapp gebetan sedang online nggak. 


Iya, postingan ini selesai juga karena saya sudah ngantuk.
;D

benang rajut

Pendukung Terhebat

00:42:00

Minggu ini patut dicatat khusus, terlebih dalam catatan perjalanan rajut-merajut. Di awal minggu saya bergabung dengan sebuah grup di FB yang dibentuk untuk para pemilik usaha, pemintal, perancang benang (atau serat) rajut. Awalnya saya sangat percaya diri untuk berbagi di sana, tetapi setelah diterima masuk, malah jiper sendiri. Nama-nama anggota yang terpampang sebagian besar adalah inspirasi bahkan bisa dibilang rockstar dalam dunia rajut merajut! Of course I'm starstruck-ed.

Tapi alih-alih berlaku selayaknya bintang, mereka sangat supportive & pemurah dalam menerima dan mendukung berbagai pertanyaan hingga gurauan. Mereka mentor yang membumi sekali.

Di sini saya jadi lebih bersemangat untuk mengembangkan usaha jualan saya. Visi & misi pun ditulis ulang, dikoreksi sana-sini. Langkah mulai dipetakan dan sekarang tinggal menjalankan.

Saya bersyukur memiliki partner yang sangat mendukung, sekarang rasa syukur itu berlipat ganda setelah menemukan pendukung(-pendukung) hebat lainnya: kawan senasib & seperjuangan dari berbagai belahan dunia!
P.S. : Yang punya usaha berkaitan dengan benang, gabung juga yuk di sini!