finance

Sebenarnya, Kita Harus Seberapa Kaya Sih?

01:08:00

Saya baru beberapa hari mengikuti Fellexandro Ruby di Instagram. Ada satu postingan yang membuat otak saya terus-terusan berpikir.

Klik gambar untuk menuju post @fellexandro

Dalam postingan tersebut Ruby mengawali dengan data penelitian oleh Gallup di Amerika yg menanyakan seberapa sih kaya itu dan mendapatkan hasil bahwa 'kaya' adalah memiliki 2x pendapatan saat ini. Semisal sekarang memiliki pendapatan 100ribu, maka kaya adalah 200ribu. Setelah punya 200ribu, menurut mereka kaya adalah 400ribu. Begitu seterusnya. 

Menurut saya, bahasan Ruby ini benar & menarik, tapi masih ada kelanjutannya. Sebenarnya, ada ga korelasi antara pendapatan & kebahagiaan/kepuasan hidup? Dua penerima Nobel Ekonomi Danny Kahneman & Angus Deaton melakukan penelitian: What's the correlation between "Life Satisfaction" & Incomes. Yang mereka cari tidak hanya sekadar korelasi, tapi ada nilai ambang batas ga? Apa ada titik (pendapatan) dimana ketika kamu sampai di titik itu, secara umum kamu ga akan kesulitan mencapai kebahagiaan?


Ternyata ada! It's $75000/tahun. Jadi kesimpulannya kalau sudah memiliki pendapatan segitu, tingkat kebahagiaanmu itu tidak akan terpengaruh banyak dengan pertambahan duitmu. Jadi misal di awal ketika pendapatan cuma $10rb/tahun, ketika dapat pendapatan lebih, itu akan berpengaruh sekali ke tingkat kebahagiaanmu. Tapi setelah $75rb/th, pertambahan materi itu nggak begitu pengaruh lagi ke tingkat stress, seberapa kamu sedih, etc. Mengapa $75ribu? Tidak begitu jelas mengapa, tapi di penelitian tersebut mereka tahu kalau angka itu wajar karena kira-kira dg uang segitu kebutuhan apa aja sudah ter-cover di US.


Tentu nilai ini tidak bisa dikonversi mentah-mentah dalam konteks pendapatan di Indonesia. Terlalu banyak faktor & konteks yg harus dipertimbangkan untuk hal ini. Then what? Belajar dari pembahasan ini saya mendefinisikan nilai ambang batas untuk kekayaan saya adalah... mangkok dengan irisan banyak macam buah
Klik gambar untuk menuju post @vinkamaharani

Ya, ini adalah definisi kaya bagi saya: bisa belanja buah berbagai macam. Tentu ini potret sensus buah di kulkas dalam kondisi setelah belanja. Jika akhir minggu tentu beda kondisinya. Tapi tunggu, mari saya jelaskan mengapa bagi saya bisa belanja buah = kaya raya
1. Buah: think about health first and it's self-caring. "Eat the rainbow", 5 (portions) a day, adalah beberapa jargon untuk menekankan pentingnya konsumsi beragam buah & sayur. Manfaatnya nyata dan saya percaya ini bentuk self-care yg utama karena langsung berpengaruh kepada kesehatan, bahkan juga konsentrasi & performa.
2. Buah: planned consumption. Masalah besar dalam bujet dan konsumsi dalam keluarga itu kurang perhitungan. Bujet kurang, jadi masalah. Bujet oke, tapi konsumsi ga maksimal, jadi masalah di sisa makanan/waste. Butuh waktu, tapi akhirnya saya bisa mengukur seberapa banyak buah yg dibutuhkan keluarga saya. Jadi, buah itu seperti "lambang" hasil belajar saya dalam merencanakan konsumsi keluarga.
3. Buah: all needs are fulfilled. Dulu, buah itu saya golongkan kebutuhan tersier. Feeling ini masih menancap sampai sekarang. Jadi, setiap saya memandang buah yg akan saya makan, ada perasaan syukur & aman bahwa kebutuhan pokok saya sudah terpenuhi & bisa makan buah.
Itu adalah alasan saya memaknai kaya dari semangkok buah. Apalagi standar ini mudah "diakali", misal beli buah yg sedang musim atau buah lokal agar lebih murah. Meski uang yg dihabiskan lebih sedikit, tapi esensi kaya raya tetap tercapai dan tetap ayem tentrem di hati.

Tabel dari penelitian Kahneman & Deaton

Tabel dari penelitian Kahneman & Deaton
Pembicaraan ini berlanjut ketika saya berdiskusi dengan Iphip, dimana kami sama-sama penasaran bagaimana jika di Indonesia ada yang melakukan penelitian ini, pasti menarik sekali. Menurut saya nilai ambang batas ini penting karena kita bisa bilang dengan bukti nyata bahwa kita ga perlu kok keblinger mengejar harta terus-terusan, merasa "dibalap" saat tetangga punya mobil baru atau merasa bersaing tentang duit. Karena toh bisa jadi malah pusing dan turun kebahagiaannya setelah lewat angka yg lain (di tabel tersebut $160rb ya). Mending kalau sudah sampai ambang batas tersebut, tenaganya dipakai untuk hal-hal yg bikin happy ajaa.. ☺
x

business

Bootstrapping is Cool!

21:17:00

Dua hari lalu kakak saya,mas Andre @miebutoijo share artikel menarik tentang bagaimana founder dari Tatcha tidak mengambil gajinya selama 9 tahun, menggunakan-memutar dana tersebut untuk mengembangkan Tatcha. Karena ia punya hutang kira-kira 1juta dollar untuk pendidikannya (student loan untuk S1 & S2), ia pernah menjalani 4 side job dalam kurun waktu yg sama untuk melunasi hutang & membiayai bisnisnya.

Iyaaa, Tatcha yg skincare premium ituuuu. Usaha untuk mengatasi masalah dengan resource yg ada ini disebut bootstrapping. Jadi tidak mengandalkan kredit, tidak mengutamakan suntikan investor. Dan saya suuukaaaa sekali prinsip ini. Karena sangat realistis, praktikal & memberi harapan bagi saya yg bukan anak sultan atau orang yg tajir melintir. Persis juga seperti apa kata @garyvee, audit pengeluaranmu, nabung, kerja tambahan untuk mewujudkan mimpimu.

Terus apa hubungannya dengan L'Oreal ini Vin? Di beberapa post yg lalu saya pernah bercerita bahwa saya memiliki riwayat kulit yg tricky, beberapa kali terkena penyakit autoimmune termasuk vitiligo. Perawatan kulit jadi kebutuhan mutlak & harus disisihkan karena, belajar dari pengalaman, kalau tidak dirawat efeknya sering langsung dramatis. Tapi ceritanya bootstrapping, skincare kan Mahal, njur pye? Banyak jalan menuju Roma, kawans. Saya termasuk rajin mengumpulkan poin dari belanja sehari-hari (dulu di Indonesia biasa di Alfamart & Shopback), lumayan bisa subsidi silang untuk skincare. L'Oreal ini harga aslinya £12, sedang diskon 50% jadi £6, dipotong poin senilai £5, jadi cuma bayar £1 atau 18ribu rupiah. Tiap bulan saya menyisihkan £5-10 untuk skincare (90-180ribu rupiah), asal disiplin pasti bisa untuk mencukupi kebutuhan.

Saya berharap semakin banyak orang yg beranggapan nabung itu keren, ngirit demi mimpi itu harus disupport, etc. Feed IG tidak penuh orang pamer barang branded, tapi bercerita & berbagi cara mencapai mimpinya. Semakin banyak yg melakukan pasti bikin semangat & jadi norma baru. Ngirit itu bukan medhit. Bootstrapping is cool, cheapskate is needed. 😉