Kamu Ngantuk Ya?

01:59:00

Beberapa hari terakhir, Hayu tidur lebih malam dibanding biasanya. Tidur siang juga cenderung freestyle, sulit diprediksi. Tantangan terbesarnya adalah ketika memasuki masa-masa Hayu menolak ngantuk. Dimana ia sebenarnya sudah mengantuk tetapi menolak untuk diletakkan di tempat tidur, enggan untuk berdiam diri.
Hal ini saya sampaikan ke suami dan memantik percakapan yang menarik.

Suami (S): Sebenarnya kenapa sih anak kecil selalu rewel saat ngantuk atau sebelum tidur?
Vinka (V) : Ya karena ia belum bisa mengungkapkan dan memahami bahwa tubuh atau fisiknya sudah capek dan butuh istirahat, padahal ia masih ingin bermain, atau mengejar bola, atau berlari. Pertentangan ini belum bisa diungkapkan oleh mereka.
S: Atau jangan-jangan itu hanya ilusi orangtua saja untuk menentukan penyebab anak kecil "rewel". Oke lah kalau untuk anak seumur Hayu (13 bulan). Tapi banyak sekali anak yang lebih besar juga dengan mudah disebut "kamu itu ngantuk" ketika mereka rewel. Apa itu cuma orangtua yang menyederhanakan (perkara rewel=ngantuk)?
V: Mmm, mungkin itu sederhana bagi orangtua, tapi tidur kan bukan perkara sederhana bagi anak. Ia harus sadar & menguasai betul atas apa yang terjadi di tubuhnya dan memilih apa yang dia lakukan. Apa ya? Menguasai ego. Dia kan harus menekan keinginan untuk bermain, untuk berlari-lari untuk akhirnya memilih untuk tidur karena paham bahwa tubuhnya sudah capek. Seperti di Song Triplets (cara kami menyebut program The Return of Superman), anak tertua dari kembar tiga itu, itu satu-satunya yang bisa (memilih) tidur sendiri. Itu dianggap sebagai tindakan yang dewasa sekali ngelihat umurnya yang segitu.

Pembicaraan pun berlanjut dengan topik perkembangan Hayu. Tapi perkara "ngantuk" ini masih nyantol di kepala saya. Menjadi dewasa dalam konteks umur anak-anak, remaja atau orang tua pun sebenarnya tidak bergeser banyak dari apa yang terjadi saat balita. Hanya objek & subjek yang lebih luas. Apa kita bisa memahami situasi, tubuh, pertanda, petanda yang terjadi di hidup kita & menyikapi dengan benar. Ketika sudah mencapai akil baligh, ada konsekuensi yang ditambahkan dalam wacana hidup kita. Ia juga membawa serta sobat karibnya; tanggung jawab. Mari jumlahkan faktor-faktor tersebut dan kedewasaan pun lebih mudah dipahami. 

Maka menjadi dewasa adalah memahami bahwa saya ngantuk, maka saya butuh tidur, dan itu berarti saya akan sholat-cuci muka-berdoa-memejamkan mata, bukan menatapi & menggeser layar smartphone lalu memantengi media sosial terus-terusan. Bukan pula stalking postingan blog mantannya si pacar atau cek Whatsapp gebetan sedang online nggak. 


Iya, postingan ini selesai juga karena saya sudah ngantuk.
;D

You Might Also Like

0 comments