Hayu

Belajar Untuk Berhenti

21:05:00

Hayu biasanya cemburu kalau saya pegang hape terlampau lama. Saya paham dan menghindari hal itu terjadi. Masalah dimulai ketika saya sedang kesal atas tingkah laku Hayu seperti tidak memperhatikan atau mengulur-ulur hal yang seharusnya dilakukan segera. Untuk menghibur diri, biasanya saya mengambil dan melihat-lihat hape. Lalu Hayu menjadi marah, clingy, kekesalan saya bertambah, semakin tidak ingin memerhatikan Hayu lalu Hayu semakin cari perhatian, berteriak dan intensitas masing-masing kami pun semakin negatif dan semakin parah. Berputar seperti lingkaran setan. 

Maka di situ saya belajar untuk berhenti. Belajar untuk menutup mulut, menghela nafas, duduk dan memeluk Hayu. Belajar bahwa saya-lah yang sudah sempurna perkembangan otak dan jiwanya, sehingga saya berkewajiban untuk memutus rantai siklus yang tidak benar ini. Belajar bahwa saya sudah mampu menalar dan punya kerangka logika, maka saya wajib meredakan dulu kejadian ini, lalu mengajarinya lagi dan lagi, hingga ia mengerti. Belajar untuk mengendalikan ego, dan menanamkan pada benak saya sendiri "bukan yang paling keras, atau suara siapa yang terakhir berucap-lah yang benar; karena kebenaran tak ada sangkut pautnya dengan lantang-ngotot-tidaknya suara atau urutan bicara". 

Bopo

Lubang

19:27:00

Sembilan belas hari berselang dan lubang di hati tetap membara saat bayangan senyummu melintas & mengipas-ngipas api di dada. Tak perlu ragu lagi, aku memang rindu.

Ya Allah peluklah Bopoku dalam hangat ampunanMu.
Tempatkan ia dalam kenyamanan yang tiada bandingannya di dunia.

Ya Rasulullah, sambutlah Bopoku dengan senyum dan kerinduan atas saudara yang lama tak berjumpa.
Berilah syafaatmu kepada Bopoku, ya Rasulullah..

Amin ya robbal alamin.

resensi

5 Recently-Watched Korean Dramas!

23:03:00

1. I Have a Lover
It's my friend's word that made me want to give a look at this drama. She said, "Aah, I wonder if this is how life after marriage. We have a totally different problems, aren't we? You know, I just watched a drama..." and her story lingered. Then I decided to give this 50 episodes drama a go, a really rare decision. I used to watch drama in 10-20ish length, so it's a kind of stamina drenching to watch them, even before started! *ikykwim* I already sensed makjang (exaggerated) typical scenario-tone-expression, so I put my expectations at the lowest. Surprisingly, it turns out good enough for me. The chemistry between lead characters really stole my heart. I somehow absorbed by the simple things such a gesture, diction and the character's growth.

Well, sometimes I should read recap of some episodes, when the antagonists just being true evil like s/he's not even human. But I returned to watch all of the episodes, anyway. If I should give a reason for you to watch IHAL, it must be Ji Jin Hee & Han Hyojoo's act.
Rate : 7/10

2. Reply 1988 
I'm a Reply series' fan. From the previous two, I fell in love hardly to them. But I keep my expectation to the lowest for this one, because 2 series as big hit in a row was great, then the third? *fingercrossed* Well, the writer-nim answered me right away with beautiful daily problematic stories and I went cry many times. Overall, I love Reply 1988. If there is a minus point, perhaps I should say the romantic story-line that didn't quite pulling my heart as hard as the previous. Thanks to Ra Mi Ran and Jungpal, lovely antique mom and act-cool-but-so-warm son, I could survive happily and a bit pit-a-pat through the series. Ryu Jun-yeol, love! #teamjungpal #teamjunghwan
Rate: 8/10

3. Another Miss Oh (Oh Haeyoung Again) 

Presumption; I don't like Eric as an actor. Don't ask me why. For me, he's more variety type than acting one. But I love Seo Hyunjin, so I decided to watch the early episode. 

Fact: I love the drama! Eric's act too! Well, blame my age, now I love how "adult love story" than the "shy-pit-a-pat youth love story". I love how the girl character, where she's brave, straightforward, know what she wants & what she feels and love herself. I love the characterization and the soundtracks. And the greatest part: the chemistry & the physical attraction between the leads, daebak! Give them a chance, if you like rom-com and a bit splash of mystery. 
Rate: 8/10

4. Lucky Romance
Ryu Junyeol & Hwang Jungeum for Marie Claire
I watched this definitely for Ryu Junyeol. Hehe. I like how he act as Je Sooho, the genius-programmer-CEO-tinman in love. As my experience live between the geniuses for 2 years in hi-school, I could tell you that Je Sooho is really close to the reality to the overflowed IQ owner. But because of Hwang Jungeum as the woman lead, and the background set of the workplace and also the tone, I got the feeling of "She was Pretty 2.0" from Lucky Romance. Not a bad premise, story-line and actors but the dejavu feeling just keep afloat and it bothered me. I'm just happy for Ryu Junyeol, and that's enough reason to finish the drama. 
Rate: 7/10

5. I Remember You (Hello Monster)
This underrated drama should have a spotlight and standing ovation for the plot, storyline, cast, act and chemistry! If you like Sherlock-ish series, you really should watch this. I like how the character grows, how they made a mistake and solve them maturely. I also love how the loveline built, it's honest and somehow raw, just fit as the character developed in every episode. Seo Inguk acting is spread in broad emotion spectrum, Jang Nara also portrayed the detective character perfectly. Really recommended!
Rate: 9/10

family

These Two Years

04:23:00

 For last 2 years, I can’t enjoy the habit/ritual for visiting families in Eid due to my pregnancy and Hayu still too small to go to long journey. So this year I went there. I did unjung-unjung.

I think it won’t be matter, to skip 2 years in a row visiting relatives at their home. 
But I was wrong.

I felt holes in heart, seeing my uncle looks weary and tired after surgery he had. Another uncle already reduced his work in field, because of his lacking energy. My aunt nearly in tears, just because I said okay to bring her cooking to home. Everything’s change. And those 2 years just like a fast forward button that I unintendedly pushed, not knowing that I’ll missed so much and feeling lost afterward.

I feel so guilty, for being busy to grow up by myself and forget how my beloved families are getting older too.


Let’s not forgetful and let our guards down even for a while. I’ll say “I love you” so much as I can. I’ll say “I miss you” as much as I could. I’ll call them as soon as possible, not waiting the ritual, not expecting the habit. 

Because now I realize how much I’ll long them when they slip from my hands. 

friends

Bapak Ibu Peri

21:51:00

Selama delapan tahun merantau, jauh dari orang tua dalam keseharian membuat saya kesepian dan sedih di saat-saat tertentu. Terutama saat sakit. Beruntung, dalam kurun waktu tersebut saya dipertemukan dengan kawan-kawan yang baik, ditambah orangtua mereka yang sangat baik hati. Saya menyebut orangtua spesial itu dengan Bapak Ibu Peri.

Bapak Ibu Peri ini punya kesamaan: pemurah & penyayang. Pertanyaan yang paling sering mereka tanyakan: Vinka sudah makan? Hari ini sudah makan apa? Dan saya tahu mereka tidak sedang berbasa-basi ketika bertanya seperti itu, karena seringkali setelahnya saya sudah duduk bersama, bersantap & berbincang dengan mereka. Sebagai remaja yang hobi wira-wiri berkegiatan ini itu, perut saya ini bottomless, enggak ada kenyangnya. Tawaran makan siang atau lauk untuk dibawa pulang tentu bagai kejutan surgawi, dikirim oleh peri. Nikmat tiada tara untuk anak kosan.

Tak hanya murah hati, Bapak-Ibu Peri kesemuanya adalah pendengar yang baik. Mereka menghargai cerita saya bahkan sering pula meminta pendapat, masukan dari saya. They're all ears. Saya yang jauh dari ibu-bopo ini haus akan tempat untuk bercerita. Jatah pulsa yang terbatas sering jadi batasan untuk bercerita ini itu, cerita remeh yang penting ditumpahkan saat itu juga dan tak bisa menunggu saat pulang di akhir pekan. Bapak-Ibu Peri pun mengisi ruang kosong ini. Ruang yang di kemudian hari saya pahami betul, betapa pentingnya untuk diisi. Mereka ini yang membuat saya yakin bahwa tanah rantau tak sekejam dari yang terlihat. Masih banyak kebaikan & kehangatan yang tidak dibuat-buat. 

Awal bulan ini, saya patah hati. Satu ibu peri saya dipanggil olehNya. Tante Eva namanya. Ia adalah Ibu Peri yang paling sering mendadak menelepon saya. Sekedar tanya sudah makan, atau tanya bagaimana kuliah. Hal yang beberapa kali beliau ungkapkan dulu adalah ingin sekali bikin syukuran untuk merayakan hari lahir saya & anaknya, Sheila, yang kebetulan lahir di hari yang sama. Meski tak pernah terwujud, hati saya sudah terasa hangat karena ada sosok ibu yang peduli untuk merayakan hari ulang tahun saya. Dimana hal tersebut bukan tradisi yang akrab bagi saya. 

Saya teramat kecewa & sedih karena kurang keras, mengharuskan diri saya sendiri untuk menjenguk tante Eva saat beliau sakit. Apalagi sebenarnya beliau di Sidoarjo, tempat saya tinggal sekarang. Penyesalan yang sangat besar, hingga saya memikirkan apa yang bisa saya lakukan untuk menebusnya. 

Satu hal yang saya pelajari dari Tante Eva, kehangatan & perhatiannya sungguh berkesan bagi saya. Saya adalah seorang ibu sekarang, dan saya harus belajar bagaimana memeluk teman-teman anak saya nantinya, menerima & menghargai bagaimana seutuhnya mereka. Agar tak perlu mereka mencari perhatian di tempat yang tak pantas atau tidak tepat. Agar dunia ini hangat & penuh kasih. 

Selamat jalan, Ibu Peri. Engkau tak pernah pergi, hanya pulang ke rumah terindah di surgaNya. 

love

Convo #3 : An Equal Partner

21:18:00

Gambar dari sini
B: I finally found out why John still doing things like that.
C: Why?
B: Because his wife couldn't match to John.
C: Which part?
B: Intelligence, perhaps? Like she's not the one he would talk to on several subject. She's just not understood. 
C: If it is the problem, then it's definitely husband's duty to teach the wife, to expand her horizon, bring up to the level she's needed and not grumbling into his friend. 

If there is one thing I should declare to be grateful after marriage, everyday and every time, it's how I really thankful to have a partner that I can talk to, in every aspect of life, in every subject that I could think of. From religion to sex, from philosophy to complete rubbish. 

Thank you, Ciku. =*

life

Media Sosial: Inferioritas & Menjaga Ego tetap Kenyang

23:00:00

Ditulis pada 9 Mei 2016

Gambar dari sini
Akhir minggu ini kita di Indonesia diganjar dengan libur yang lebih panjang dari pada biasanya. Waktu luang yang jarang didapat itu membuat saya bisa menjelajah media sosial lebih banyak, lebih lama & lebih teliti. Maklum, biasanya hanya dialokasikan untuk Instagram (akun @braavos_knit), Twitter pribadi dan Tokopedia. Eh, yang terakhir bukan medsos sih ya, tapi jualan. Hehe.

Setelah menikmati aliran linimasa, alih-alih merasa terhibur saya merasa rendah diri. Seorang yang saya tahu memuat gambar aurora yang luar biasa indah yang ia lihat di Norwegia, kawan SMA berfoto dengan kawan-kawannya usai pesta lengkap dengan limusin & latar belakang jalan dengan pantulan warna-warni lampu New York. Ada juga yang merajut di kapal layar pribadinya, atau di griya tawang yang disewa khusus untuk liburan kali ini dan tempat-tempat eksotis lain. Pemandangan yang seriously too good to be true ini bertebaran di media sosial saya, atau mungkin kalian juga. Bagian terburuknya adalah, this is real, bukan adegan di film-film. Haha. 

Bukan sih, bagian terburuknya adalah saya iri. Bagian terbaiknya adalah saya tahu & sadar betul bahwa saya sedang iri. I acknowledged myself that I was jealous, and feeling inferior. I didn't deny it, because it helped me to go through the next step, how to heal the jealousy. Karena saya paham apa yang sedang terjadi dalam benak & perasaan saya, maka saya pun mudah menemukan antidot-nya: bersyukur. Itu saja, beres sudah.


Kalau saya amati, sosial media memang jago sekali menyentuh ego manusia. Ia bahkan dapat membuat ego kenyang atau lapar seketika. Puluhan love saat mengunggah foto di Instagram tidak dapat disanggah membuat ingin mengunggah foto lain yang lebih wah, lebih oke, lebih spektakuler agar tidak hanya puluhan, tapi ratusan bahkan ribuan likes yang terpampang di akun saya. Manusiawiiii banget, karena likes itu dianggap sebagai pengakuan, seperti emblem yang berjejer di selempang kepanduan jaman saya masih Pramuka dulu. I did this, I did that. Pertanyaan selanjutnya adalah: mengapa saya melakukan ini? An sich karena pengakuan yang saya dapatkan? Kalau iya, pengakuan siapa?

Saya suka mengunggah foto hasil masakan saya, dipuji banyak orang, dan seterusnya. Tapi saya lebih suka ketika anak + suami saya suka dan makan masakan tersebut dengan lahap. Semakin jauh saya berpikir & bertanya pada diri saya sendiri, semakin saya menemukan bahwa yang paling penting malah bukan emblem/lencana/embel-embel yang terlihat atau tertera dengan jelas, cetha dan bisa dibaca setiap orang. Tinggal bagaimana saya perlu belajar terus, agar bisa semakin mahir memilah yang penting untuk dirasa dan mana yang pantas diabaikan saja.


Sosial media memang seperti titian tali licin yang harus dilewati dengan hati-hati. Mudah sekali tergelincir dan menjadikannya muspro, sia-sia. Buat apa mengikuti/menggunakan sesuatu yang hanya membuat diri ini insecure, rendah diri, iri dan perasaan negatif lainnya. Sisi positif sosial media juga bejibun kok. Untuk yang satu ini, mari bersikap pragmatis, mengeksploitasi kebaikannya & tak perlu repot dengan yang tidak baik. =)

bisnis

Investasi Praktis ala IWAK

21:54:00

Ada yang pernah lihat berita tentang project IWAK oleh mahasiswa UGM ini di beberapa bulan terakhir? Saya baru lihat 1-2 minggu lalu di NET. Proyek yang menghubungkan orang yang ingin investasi dengan keluarga yang tidak punya penghasilan atau menengah ke bawah dengan memberi mereka pelatihan intensif untuk menjadi petani ikan air tawar. Tiap kolam butuh dana 15juta, tiap investor boleh berkontribusi mulai dari 1% alias 150ribu saja. Buat saya ini brilian & harus didukung penuh, pake duit lah kalo bisa, kalo ga bisa ya paling tidak di-share biar viral. Ga muluk, 150ribu sudah mulai investasi. Riil, praktis dan membangun. Termin-nya juga jelas, pembagian keuntungan juga jelas. Mantap banget.

Eh, tapi yang paling saya suka itu interface atau tampilan dari web-nya itu loh. Karena laporannya harian & detil, jadi kayak main game melihara ikan sendiri. Kerennya, ini melihara ikan betulan! Hehehe.
Sekarang saya lagi deg-degan penasaran soalnya dana para investor untuk 1 kolam sudah terkumpul dan kolam siap dibangun. Ga sabar pengen lihat laporan harian besok, semoga petani yang sedang diseleksi sudah terpilih. Amin!

Ini linknya: http://iwak.me/

pengalaman

Naik Uber di Surabaya - Sidoarjo

00:37:00

 Apa kalian sudah pernah mencoba layanan Uber? Saya sudah dan ingin berbagi cerita + tips untuk kalian yang tertarik untuk menggunakan jasa transportasi tumpangan ini. Saya sudah beberapa kali naik Uber di daerah Surabaya – Sidoarjo. Pertama kali mencoba ketika mbak Yuli bercerita tentang kawan-kawan yang sering memanfaatkan Uber karena tarif yang bersaing dan mobil yang nyaman. Saya kurang yakin dan agak malas untuk mengunduh apps-nya. Akhirnya via akun mas Andriew pun saya mencoba Uber dengan rute dr. Cipto – Manyar Adi yang ternyata Cuma bayar di bawah 20ribu (saya lupa nominal tepatnya).

Kesan pertama yang menyenangkan membuat saya tertarik untuk menggunakan Uber lagi. Saya donlod aplikasinya dan memasukkan kode promo dari kawan agar mendapat Free Ride sebesar 50ribu. Kalian juga bisa mendapatkannya dengan memasukkan kode qbmjn5jeue Dengan rute dari Raya Lingkar Timur – Sidoarjo hingga Karang Menur – Surabaya, di hari Sabtu siang, Cuma habis 70ribu saja loh. Lumayaaann.. banget! Setelahnya, saya mengajak Tiwi, teman saya untuk juga donlod dan memanfaatkan promo Free Ride. Ia memasukkan kode qbmjn5jeue dari saya dan otomatis langsung mendapatkan Free Ride sebesar 50ribu. Kemudian, setelah ia menggunakan Free Ride tersebut untuk perjalanan pertamanya/First Trip, saya pun mendapat keuntungan yang sama. Such a win-win happiness!

Tapi, bukan berarti tidak ada pengalaman tidak menyenangkan ya dengan Uber. Ada beberapa hal yang perlu dicermati & hati-hati dalam menggunakan Uber. Uber menerapkan cancellation fee atau biaya pembatalan sebesar 30 ribu rupiah, jika kalian membatalkan pesanan setelah 5 menit. Saya pernah order, saya SMS drivernya untuk alamat lengkap & perkiraan letak rumah, dan kemudian karena harus menyiapkan beberapa hal saya tidak mengecek lagi gerak unit mobil di layar handphone saya. Setelah beberapa waktu berlalu, baru saya cek dan ternyata mobil yang mengambil order saya tidak bergerak dari tempat. Saya telpon ternyata driver tersebut mengatakan mobilnya sedang di bengkel, dan dia tetap mengambil order saya karena takut terkena denda oleh Uber. Dia meyakinkan saya agar membatalkan pesanan, dan meski saya berargumen bahwa sudah lebih dari 5 menit, dia bersikeras bahwa tidak akan kena cancellation fee karena belum 5 menit. Which is so not true, saya akhirnya tetap kena cancellation fee dan dibayarkan ketika saya mengorder perjalanan selanjutnya.

Untuk itu, di bawah ini adalah tips untuk menggunakan layanan Uber dengan nyaman:
  1. Download/unduh apps Uber di iOs atau Google Playstore
  2. Setelah terpasang, isi data diri kemudian masukkan kode qbmjn5jeue untuk mendapatkan Free Ride untuk perjalanan pertama senilai 50ribu (kalau ternyata lebih dari 50ribu, kalian cukup membayar sisa selisihnya saja)
  3. Untuk mengecek apakah promo tersebut sudah masuk/berlaku, cukup cek opsi menu “PROMO”, di sana akan tertera nilai free ride dan masa berlakunya
  4. Ketika order, setelah mendapatkan driver beserta nomor teleponnya, langsung SMS alamat dan perkiraan letak rumah/tempat penjemputan. Jika setelah 3 menit tidak ada respon, bisa langsung ditelpon untuk konfirmasi. Driver yang proaktif untuk menelpon/SMS lebih dulu juga banyak, tetapi tidak semua.
  5. Jika tidak ada respon, segera batalkan order. Tunggu beberapa menit untuk melihat driver/mobil lain yang tersedia di dekat kalian. Uber ini sistemnya siapa driver yang paling dekat adalah yang mendapatkan order klien, jadi tidak rebutan. Jika langsung order lagi setelah cancel yang sebelumnya, besar kemungkinan akan “nyantol” di driver yang sama.
  6. Dari 5 kali perjalanan terakhir dengan Uber, rata-rata pengalamannya menyenangkan, sopirnya sopan dan saya nyaman bahkan untuk menyusui Hayu. Jadi, silakan coba juga ya. Jangan lupa kodenya qbmjn5jeue untuk free ride gratis
*diulang-ulang biar hapal. Hahaha*

hobby

Resolusi Merajut 2016

22:24:00


Adakah dari kalian yang mencanangkan resolusi di awal tahun ini? Bagaimana perkembangannya? Saya iya, tetapi hanya untuk kegiatan merajut saja. Itu pun hanya 3 buah, tidak muluk. Takut kalau terlampau grande, malah tenggelam dalam pesimisme-ketidakmampuan mencapainya. Hehehe. 

Ini dia resolusinya:
1. Berpartisipasi dalam test-knit rancangan desainer rajut luar & dalam negeri
2. Belajar mencelup benang
3. Belajar merajut kaos kaki dewasa

Karena hanya 3 item, maka saya pun memberi batas waktu di tiap 4 bulan alias caturwulan a.k.a cawu. Sekarang sudah bulan April, waktunya rapotan! =D

Alhamdulillah saya menilai diri saya sendiri cukup berhasil untuk target test knit. Saya mengikuti 4 test-knit-call, 1 dari perancang dalam negeri dan 3 dari luar negeri. Yang pertama sekali adalah Safara, sebuah cardigan dengan lengan raglan yang polanya tersedia untuk ukuran bayi hingga balita. Cardigan ini dirancang oleh Taiga Hilliard. Yang kedua, Yemaya oleh Ambah O’Brien. Sayang sekali saya tidak bisa menepati tenggat waktu untuk shawl asimetris yang cantik ini. Berikutnya adalah Tiger Cub Hat oleh Ajeng Galih Sitoresmi. Desainer yang juga jadi salah satu inspirasi saya setelah saya ikut kelas Yubiami-nya. Psst, ia juga baru masuk dalam daftar wanita berpengaruh di Indonesia yang dimuat di majalah Tempo edisi April ini loh! Jempol deh mbak yang satu ini. Dan yang terakhir, yang masih belum diluncurkan secara resmi polanya adalah Raiin, juga oleh Taiga Hilliard. 

Cukup puas karena jadi tahu bagaimana mengoreksi pola, ragam macam sebuah pola ditulis & dideskripsikan, mencoba sekaligus mengetahui karakter benang-benang dari toko saya dalam berbagai bentuk hasil rajutan dan pastinya menambah jejaring perajut di berbagai sudut dunia. Menyenangkan dan membuat semangat lebih berkobar untuk melompat di resolusi kedua: mencelup benang.

Sampai jumpa di bulan Agustus!

quote

Convo #2 : Tiktok on the Clock

00:27:00

Maria:  "Wow. How many sunsets has a person seen in a lifetime I wonder? Quite a few, I imagine."
Scott Briggs:  "No, the deal is, how many are left?"

(Wild Horses, 2015)

random

Convo #1

10:57:00

B: "Lately I paid attention to the gangs, and I finally got each specific 'weird' things that geniuses do. John won't be able to answer or response to anything once he focused on one thing. And George will..
C:"And how about you?"
B: "George will wander around non stop."
C: "No, this is important question to be answered. It's important to me, considered as a closest person to you. Ain't I?"
B: "I don't know."
C: "Try to answer it."
B: "I don't know." (shrug)
C: "Those hurtful words?"
B: "... Perhaps."

C: "No surprise then."
B: "Gina just told me that I am definitely too much when I said Hera's core problem is her intelligence."
C: "Why do you think Hera had that problem?"
B: "Her eyes when staring at me when we argued. Just a reflection of stupidity."
C: "Well.."

* a conversation between a person who love Carla Bruni's songs & a person who believe that the other person was only love Bruni's bikini body line, not the works.

life

(Menjadi) Ibu Rumah Tangga

21:55:00

Draft telah ditulis sejak 2013, tetapi masih relevan saat ini. 

"Wah, udah tinggal di sini lagi ya.. Sekarang Vinka sibuk apa?"
"Alhamdulillah, sibuk jadi ibu rumah tangga."

Lanjutan alternatif 1:
"Senangnya jadi ibu rumah tangga. Enak ya, nggak mikirin kerjaan atau kantor. Nggak lembur, nggak bingung report bulanan. Bisa ngapa-ngapain aja terserah ngatur sendiri. Haduh, kalo kayak aku rapat udah bla bla bla......."

Lanjutan alternatif 2:
"Oh iya.. Lagian kalo udah nikah kan ya emang mending ngurus rumah tangga aja. Apalagi cewek, kan ga harus ngejar karir. Di rumah aja gakpapa.."

Lanjutan alternatif 3:
"Di rumah aja ya? Iya sih, sekarang cari kerjaan susah... Lagian ntar kalo udah punya anak pasti udah ribet sendiri kan. Emang di rumah aja itu gakpapa..."

Saya tidak tahu, apakah pertanyaan & pernyataan ini sering dialami oleh teman-teman yang baru menikah dan memilih menjadi ibu rumah tangga atau tidak. Tapi untuk saya: sering sekali.

Kombinasi alternatif lanjutannya terkadang dikombinasikan satu sama lain. Tapi ketika digaris bawahi ya tiga poin di atas itu yang paling mengemuka. Agak jengah juga lama-lama. Itu sebabnya saya jadi ingin menuliskan tema ini.

Jika kamu capek dengan pekerjaanmu, tidak mau direpotkan lembur atau report bulanan, ya jangan kerja, atau jangan mau lembur. Report bulanan itu bagian dari pekerjaan, kalau tidak mau ya tinggalkan saja. Lho, terus kalo mau makan dari mana Vin duitnya? Ya kerja yang lain, yang ga usah lembur & report bulanan, bikin usaha sendiri, ojek online. Haduh, sekarang cari kerja sulit Vin. Kamu ga tahu sih betapa susahnya.. Nah, sudah bilang sendiri kalau cari kerja sulit, sekarang sudah punya kerjaan masih ngeluh terus.

Untuk lanjutan perbincangan dengan alternatif kedua, yang perlu digaris bawahi adalah perihal pilihan. Sebagaimana manusia itu sendiri, tanpa mengenal gender, kita punya hak untuk memilih: mau menjadi stay at home father or mother, berdedikasi pada karir formal, untuk terjun di dunia politik, atau apapun. Relasinya bukan lagi harus atau tidaknya seseorang dengan jenis kelamin tertentu untuk berada di rumah, menjadi caretaker atau breadwinner tetapi bagaimana sebuah opsi dipilih dengan sadar dan paham akan segala konsekuensinya.

Senada juga dengan lanjutan alternatif 3, it's not about okay or not okay, dudes. Ini juga bukan tentang sulit atau tidaknya mencari pekerjaan. Ini tentang pilihan hidup, yang pantas dihadapi dengan gagah berani dan dinikmati sepenuh hati di semua naik & turunnya.

Entah mengapa, saat ini rasanya dunia sangat mendukung pribadi "pelari". Eskapis, lari dari "yang susah-susah". Kalau sudah terasa susah, berarti halal untuk mengeluh/kompensasi lainnya. Capek mengantre, mengutuk sana-sini di sosial media. Lembur kerja, ganjarannya harus nyalon, spa, travelling, makan enak dan bentuk "pelarian" lain. Di Better than Before, Gretchen Rubin menyatakan pola perilaku ini disebut moral licensing. Gampangnya, moral licensing itu motto "Work hard, play hard(er)". Coba pikir lagi, apa kalimat ini betul? Apa betul ketika kita bekerja keras, kompensasi yang tepat adalah bermain/bersenang-senang/have fun? Parahnya, ketika pola pikir ini telah menjadi habit/kebiasaan, maka otak tidak lagi berperan mengambil keputusan. Diri ini akan menerima perilaku ini sebagai kebenaran dan melakukannya terus-menerus tanpa berpikir lagi. The worst result motto tersebut sampai pada pemikiran "Saya kerja keras, boleh dong foya-foya". 

Mari meluruskan pikir. If you work hard, then you'll get a good salary, good return whether financially or quality of yourself. Then you could choose, what will you do with those credits. Play/having fun is an option, not the only one.  You have the power for choosing what you'll do for yourself, your present & your future. And after took your decision, let's be brave & mature to conquer all the consequences. Don't worry, you could ask help, but please, don't nag. 

Sama seperti pilihan lainnya yang patut dihormati, menjadi ibu rumah tangga juga layak ditempatkan sebagai pilihan yang diambil secara dewasa oleh pelakunya. Jika kalian ingin berkomentar atau menyampaikan pendapat atas pilihan orang tersebut, ada baiknya bertanya atau mendengarkan lebih banyak alasan di balik keputusannya. Janganlah melompat dan malah judgmental. It sucks. 

lesson

#obrolankasur : Dari Setahun Lalu

20:45:00

Draft tulisan ini tersimpan sejak setahun lalu, saya tuntaskan malam ini. 

Obrolan kasur malam ini: ada kawan yg tulis status tentang haknya sebagai wanita untuk memilih kapan ia "menggunakan" rahimnya. Yang terlintas di kepala saya, andai memang semudah itu. Saat "pengen" hamil ya hamil, terus jadi, lahiran lancar, dst. Kehamilan, kelahiran di mata saya adalah hal yang ghoib, sama seperti kematian. Begitu juga rahim, yang menjadi medium. Memang betul ia dapat terlihat secara fisik, via USG misalnya. Tapi apa betul kita bisa meminta rahim untuk melar sedemikian besar agar tercipta ruang bagi penghuni baru di tubuh kita, saat ini, atau tepat 2 jam lagi. Meski dirangsang obat-obatan, diupayakan bagaimana rupa, tetap ada kemungkinan untuk gagal. Mereka punya otoritas sendiri, yang tak bisa diperintah oleh sekedar akal. Mereka transendens.

Mungkin ini ujian terberat bagi manusia, menghadapi hal yg tak bisa diatur, merasa tak lagi punya kuasa, hak memilih dan kemudian menerima bahwa ia sebenarnya lemah. 
Sungguh, hanya kepadaNya semua kembali.

daily

Happy Weekend

22:01:00

Akhir minggu ini menyenangkan & berkesan bagi saya. “baiti jannati” & love makes a house as a home jadi tema khusus dua hari ini, meski tanpa harus disepakati sebelumnya.

Sabtu pagi dimulai dengan ritual yang terlambat karena bangun kesiangan. Hayu telah terbangun pada dini hari sebelum shubuh, membuat jam biologis pun turut bergeser. Dulu, sebelum ada Hayu, kesiangan di weekend berarti lanjut bersantai-santai. Asal tidak ada tanggungan agenda, brunch pun sah-sah saja dan tidak masalah. Lain halnya sekarang, ada rasa bersalah jika tidak bersegera memulai aktivitas sehari-hari. Ditambah pula rasa takut, takut hal ini yang diingat & diteladani ia di kemudian hari.

Suami mengungkapkan keinginannya untuk memulai hobi baru, aquascape. Ide itu berawal dari air mancur kolam yang pompanya berkali-kali ngadat. Sudah beli beberapa kali, ujung-ujungnya rusak lagi. Untuk menyelamatkan ikan penghuni kolam, suami membeli aquarium kecil untuk menampung. Apa daya, ternyata ikan mas ini tidak cocok hidup dalam aquarium. Airnya akan selalu keruh, meskipun sudah diberi filter, karena memang bukan habitat untuk ikan mas. Rencananya, ikan mas akan dikembalikan ke kolam, diberi filter saja (bukan pompa air mancur seperti selama ini) dan aquarium akan dimanfaatkan untuk aquascape.  Saya kemudian menyetujui ide tersebut, dengan syarat harus mencoba memerbaiki kolam terlebih dahulu. Sayang sekali jika kolam tersebut tidak dimaksimalkan dengan air mancur, harus dirunut bersama-sama dari awal apa betul masalahnya di pompa. Bisa saja saklar, stop kontak, atau yang lain.

Suami pun setuju dan langsung memulai mengutak-utik saklar kolam. Hayu pun tak mau ketinggalan turut andil. Ia ngotot untuk berada di dekat bapak. Ujung-ujungnya malah asyik bermain tanah sampai serupa penyamaran tentara perang Vietnam. =D

Asyik ndeprok
Entah mengapa, saya tidak merasa marah sama sekali dan malah senang ketika Hayu bermain & berkotor-kotor ria. Bisa jadi saya tenang karena ini weekend & bapaknya ada di rumah, sehingga tidak khawatir apabila butuh bantuan. Bisa jadi juga karena saya senang melihat bagaimana Hayu berani dan nyaman sekali dengan alam.

Setelah membeli alat dan bahan, sepulang dari kondangan suami pun melanjutkan aktivitas reparasi. Dugaan kami benar, pangkal permasalahan ada di saklar. Alhamdulillah. Rencana belanja untuk aquascape pun disusun. Eits, tapi bukan kami bertiga yang akan berbelanja. Tetapi Suami & Hayu saja. Ya, ini kencan pertama mereka, keluar rumah tanpa saya untuk pertama kali. Suami sudah sering dan terbiasa untuk bersama Hayu saja di rumah, tapi untuk keluar rumah lain cerita.

Sebenarnya agenda kencan mereka ini disesuaikan dengan agenda belajar jahit saya. Sejak Hayu lahir, saya ingin sekali mengikuti kelas menjahit. Sayangnya, jadwal kelas sulit sekali untuk disesuaikan dengan agenda kami. Sehingga ketika minggu kemarin saya meminta suami untuk meluangkan waktu 2 jam di akhir pekan untuk meng-handle Hayu, dan saya akan belajar otodidak. Suami setuju dan begitulah awal mula kencan mereka tercipta.

Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Meski kikuk karena harus menggendong Hayu dan mengemudikan motor (Hayu masih takut duduk di car seat, hiks), suami sukses shopping & nge-date. Saya pun ber-progress dari memotong kaos tak terpakai untuk baju Hayu, hingga menjahit sebagian pola tersebut. Dan, berkat kerja keras suami, aquascape-nya sudah berhasil tersusun… Yeayy!


Saya senang karena kami bisa memberi ruang belajar & bertumbuh untuk diri kami masing-masing. Saya juga senang karena Hayu terlibat dalam setiap aktivitas, dan ia juga sangat antusias untuk “melibatkan diri”. Semoga jika Hayu melihat & merasakan kedua orang tuanya selalu bersemangat belajar, ia pun begitu. 

=)

friends

#baladamanten : To Cook or Not To Cook

22:14:00


"Mbak Pink, setelah nikah tu harus gitu ya, bangun pagi - masakin suami? Aduh, ga bisa bayangin deh. " 
"Nggak, siapa bilang? Sejak kapan masak itu wajib? Emang pacarmu udah minta kamu masakin sejak sekarang?"
"Iya."


Busettt.. Kawin aja belon, udah request segala.. Emang sudah sesempurna apa ini lelaki? Spontan saja, itu yang terlintas di pikiran saya kala percakapan di atas terjadi. Memasak. Perkara yang penting-ga penting dalam rumah tangga. Tapi sebelum membahas lebih jauh, mari garis bawahi satu poin dulu: 
WANITA TIDAK WAJIB MEMASAK DALAM PERNIKAHAN.

Dari agama yang saya anut, tidak ada ayat suci yang menjelaskan kewajiban seorang wanita untuk memasak bagi keluarga. JIKA seorang istri MAU menyiapkan makanan untuk suami & anaknya, ia akan mendapatkan pahala. Nah, kalau kalimat terakhir ini baru betul.

Lelaki boleh-boleh saja bermimpi untuk memiliki istri yang jago masak, cantik jelita, taat beribadah, pandai mengasuh anak, karir moncer, trengginas dalam urusan ranjang, boleehhh banget. Asal sang lelaki sudah bangun dari tidurnya dan bekerja keras untuk merealisasikan semua hal itu di dalam dirinya. Jodoh kan pasti sekufu: kamu leha-leha yaa, pasanganmu nanti akan belajar cara leha-leha yang baik & benar darimu.

Kembali lagi ke percakapan tentang masak-memasak
“Kalau kamu kan enak mbak Pink, bisa masak. Kalau aku gimana nih?”

Okay, terang-terangan saja, saya juga baru belajar ketika setelah menikah. Dulu, ketika masih di rumah ortu, dari 3 bersaudara, saya tugasnya belanja-bukan masak! Iya, saya belanja ke tukang sayur, membersihkan & menyiangi belanjaan, mbak Ratih bagian bersih-bersih rumah, mbak Maya yang bertugas memasak bersama Ibuk. Kalaupun memasak yang rutin saya lakukan adalah ketika ngambek (iya, saya kalau ngambek bikin sambel dan goreng tempe/telor) dan saat Lebaran, masak/bikin kue kering.

Setelah menikah saya diboyong suami tinggal di Jogja, ia sedang menempuh pendidikan lanjut. Kami berdua bersemangat sekali untuk belajar memasak bersama dikarenakan inilah cara paling ampuh untuk IRIT. =,D Gaji yang hanya sedikit di atas UMR DI Yogyakarta, atau yang berarti jauh di bawah UMR Kota Surabaya, membuat kami jadi lebih dan lebih semangat untuk belajar masak. Tontonan favorit kami adalah Urban Cook, yang salah satu resep pancake andalannya masih kami minati sampai sekarang. Blog NCCJust Try and Taste jadi jujugan saat tidak ada ide mau masak apa. Di jaman internet jaringan yang sudah LTE begini, belajar memasak bukan perkara yang rumit.

Mau tahu, apa yang rumit? Mengatur ekspektasi & berempati.
Hanya karena judul resepnya “Martabak Manis Anti Gagal” bukan berarti kamu tidak mungkin gagal. Masih mungkin bangettsss! Taruhlah ekspektasi kalian (baik suami atau istri) serendah-rendahnya. Kalau akhirnya berhasil, pasti rasanya memuaskan sekali. Tapi kalau gagal, ya santai saja, it happens.

Hanya karena istri sudah jungkir balik dengan meyakinkan di dapur, lalu ternyata rasanya ga karuan, suami tidak punya hak untuk protes. Just shut your mouth and smile, let her taste them first. Don’t say a word, and she’ll definitely say sorry to you. Kalau istri sudah bilang, “haduh, kok rasanya gini ya. Aku udah masukin semua yang ada di resep loh. Maaf ya yang…” *sambil ngaduk-aduk masakan & mengernyitkan dahi dan bibir sedikit maju* Hal terbaik yang dilakukan suami adalah ambil kunci motor/mobil, ajak jalan & jajan di luar, atau turut nonton serial kesukaannya. Percayalah rumah tangga kalian akan baik-baik saja karena kalian bisa berempati satu sama lain.

Catatan lain tentang memasak: jika istri/suami memasak, don’t take them for granted, DO THE DISHES! Cuci piring itu sungguh krusial ya bro n sis. Kalau menggunung nggak habis-habis cuciannya, cicil. Kecuali kamu turunan raja minyak atau milyuner yang pembantu rumah tangganya ada 5, tolong ya cuci piring. 

Kalau setelah baca tulisan ini masih ngotot nyuruh atau ngewajibin istri masak (padahal dia keberatan), coba ikut les masak deh. Coba dihayati itu bebannya. Beban biaya & capeknya masak. Masak itu skill masbroo.. And skill is definitely pricey. While your wife and marriage are priceless, they are not defined by money. So, think again!

daily

Kamu Ngantuk Ya?

01:59:00

Beberapa hari terakhir, Hayu tidur lebih malam dibanding biasanya. Tidur siang juga cenderung freestyle, sulit diprediksi. Tantangan terbesarnya adalah ketika memasuki masa-masa Hayu menolak ngantuk. Dimana ia sebenarnya sudah mengantuk tetapi menolak untuk diletakkan di tempat tidur, enggan untuk berdiam diri.
Hal ini saya sampaikan ke suami dan memantik percakapan yang menarik.

Suami (S): Sebenarnya kenapa sih anak kecil selalu rewel saat ngantuk atau sebelum tidur?
Vinka (V) : Ya karena ia belum bisa mengungkapkan dan memahami bahwa tubuh atau fisiknya sudah capek dan butuh istirahat, padahal ia masih ingin bermain, atau mengejar bola, atau berlari. Pertentangan ini belum bisa diungkapkan oleh mereka.
S: Atau jangan-jangan itu hanya ilusi orangtua saja untuk menentukan penyebab anak kecil "rewel". Oke lah kalau untuk anak seumur Hayu (13 bulan). Tapi banyak sekali anak yang lebih besar juga dengan mudah disebut "kamu itu ngantuk" ketika mereka rewel. Apa itu cuma orangtua yang menyederhanakan (perkara rewel=ngantuk)?
V: Mmm, mungkin itu sederhana bagi orangtua, tapi tidur kan bukan perkara sederhana bagi anak. Ia harus sadar & menguasai betul atas apa yang terjadi di tubuhnya dan memilih apa yang dia lakukan. Apa ya? Menguasai ego. Dia kan harus menekan keinginan untuk bermain, untuk berlari-lari untuk akhirnya memilih untuk tidur karena paham bahwa tubuhnya sudah capek. Seperti di Song Triplets (cara kami menyebut program The Return of Superman), anak tertua dari kembar tiga itu, itu satu-satunya yang bisa (memilih) tidur sendiri. Itu dianggap sebagai tindakan yang dewasa sekali ngelihat umurnya yang segitu.

Pembicaraan pun berlanjut dengan topik perkembangan Hayu. Tapi perkara "ngantuk" ini masih nyantol di kepala saya. Menjadi dewasa dalam konteks umur anak-anak, remaja atau orang tua pun sebenarnya tidak bergeser banyak dari apa yang terjadi saat balita. Hanya objek & subjek yang lebih luas. Apa kita bisa memahami situasi, tubuh, pertanda, petanda yang terjadi di hidup kita & menyikapi dengan benar. Ketika sudah mencapai akil baligh, ada konsekuensi yang ditambahkan dalam wacana hidup kita. Ia juga membawa serta sobat karibnya; tanggung jawab. Mari jumlahkan faktor-faktor tersebut dan kedewasaan pun lebih mudah dipahami. 

Maka menjadi dewasa adalah memahami bahwa saya ngantuk, maka saya butuh tidur, dan itu berarti saya akan sholat-cuci muka-berdoa-memejamkan mata, bukan menatapi & menggeser layar smartphone lalu memantengi media sosial terus-terusan. Bukan pula stalking postingan blog mantannya si pacar atau cek Whatsapp gebetan sedang online nggak. 


Iya, postingan ini selesai juga karena saya sudah ngantuk.
;D

benang rajut

Pendukung Terhebat

00:42:00

Minggu ini patut dicatat khusus, terlebih dalam catatan perjalanan rajut-merajut. Di awal minggu saya bergabung dengan sebuah grup di FB yang dibentuk untuk para pemilik usaha, pemintal, perancang benang (atau serat) rajut. Awalnya saya sangat percaya diri untuk berbagi di sana, tetapi setelah diterima masuk, malah jiper sendiri. Nama-nama anggota yang terpampang sebagian besar adalah inspirasi bahkan bisa dibilang rockstar dalam dunia rajut merajut! Of course I'm starstruck-ed.

Tapi alih-alih berlaku selayaknya bintang, mereka sangat supportive & pemurah dalam menerima dan mendukung berbagai pertanyaan hingga gurauan. Mereka mentor yang membumi sekali.

Di sini saya jadi lebih bersemangat untuk mengembangkan usaha jualan saya. Visi & misi pun ditulis ulang, dikoreksi sana-sini. Langkah mulai dipetakan dan sekarang tinggal menjalankan.

Saya bersyukur memiliki partner yang sangat mendukung, sekarang rasa syukur itu berlipat ganda setelah menemukan pendukung(-pendukung) hebat lainnya: kawan senasib & seperjuangan dari berbagai belahan dunia!
P.S. : Yang punya usaha berkaitan dengan benang, gabung juga yuk di sini!