Egois yang Boleh

09:59:00

Sejak menikah, saya merasa saya bertambah egois dalam berdoa. Doa semakin panjang, bermacam-macam dan cukup rewel. Terkadang muncul juga rasa bersalah denganNya. Bagaimana saya meminta sederet keinginan padahal ibadah belum jua sempurna? Tapi seperti syair Abunawas yang kerap dilagukan di masjid & musholla sekitar rumah, saya sadar betul bahwa saya hanya seorang manusia yang menghamba dan dengan segala keegoisan meminta Tuhan untuk tetap menyelamatkan saya, terlepas dari kesalahan & dosa yang masih dipanggul.

Salah satu pinta yang rajin saya selipkan dalam doa adalah dijauhkannya keluarga dari orang-orang yang iri & dengki, dari orang-orang yang berniat buruk kepada kami. Sungguh, senyampang berjalannya waktu semakin terasa bagaimana sebenarnya saya tidak pernah punya kuasa atas jodoh. Orang-orang yang dipertemukan dengan saya, baik yang menjadi kawan atau lawan, bagi saya ditautkan oleh benang tak kasat mata yang bernama jodoh. Entah rekan kerja, tetangga, guru, saudara, mertua, anak, tak ada yang benar-benar dapat kita pilih dan harap seperti kemauan kita.

Alhamdulillah, sampai sekarang saya merasa doa yang satu ini dijawab dengan kontan oleh Tuhan. Ia mengirimkan banyak sekali orang-orang dengan kebaikan di sekitar kami. Bahkan jika ada yang berniat buruk pun selalu tampak dengan sengaja ataupun tidak, secara langsung atau tidak. Dan saya sangat bersyukur atas semua ini, karena adalah suatu yang niscaya, hubungan antar manusia adalah hubungan yang rumit dan penuh variabel tak terduga di dalamnya.

Benar, memang banyak yang bilang jika orang yang dipertemukan dengan kita pasti punya peranan untuk membentuk pribadi atau bahkan sebagai ujian ketahanan. Tetapi, saya hanya menggunakan kesempatan sebagai seorang hamba yang diperbolehkan berdoa untuk meminta, maka saya meminta untuk dilingkupi hanya oleh orang-orang yang dapat membawa dan menjaga saya terus berada di jalanNya. Boleh kan?


=)

You Might Also Like

0 comments