Tahun 2016 akhir kemarin betul-betul mengubah saya. Bopo pulang ke pelukan Allah di 2 September 2016, Jumat pagi dihantarkan rengkuh hangat ibuku. Saya kehilangan beliau, seperti ada bagian tubuh saya yang dipotong tanpa kehendak saya. Amputasi. Sampai saya kemudian sadar, bahkan tubuh ini bukan milik saya sendiri.
Di sisi lain, karena Bopo pula saya memilih untuk bangkit dan menghidupkan kembali mimpi-mimpi saya. Karena saya yakin, jika saya dapat bermanfaat dan berguna untuk sesama, maka saya dapat menjadi amalan Bopo yang tak terputus. Dengan membuang keraguan satu persatu, saya menapaki rencana-rencana yang sudah saya ketahui betul arah tujuannya sejak dulu, tapi hanya saya pendam dalam benak saja.
Saya bertemu dengan inspirasi saya (yang juga subjek penelitian buat skripsi, hehe) Diana Rikasari di acara yang diselenggarakan oleh Sunsilk di Surabaya, Oktober lalu. I definitely know I'll love her more after vis a vis. Diana energinya positif sekali, dia tidak menolak bahkan ketika ketemu pertama kali saya langsung bilang, May I hug you? Jawabannya, "Boleh banget, baik banget sih..." Padahal harusnya saya yang berterima kasih ya. =)
Diana persis seperti yang saya baca selama ini, tapi ternyata ada satu yang baru saya tahu di pertemuan kemarin, ia dapat memberikan materi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar plus tidak elo-gue! Percayalah, ini nilai yang plus plus plus yang membuat saya tambah kagum. Penggunaan bahasa itu penting, karena itu berarti ia dapat menyesuaikan dimana ia berada dan itu juga bentuk respek yang tak usah diproklamirkan keras-keras pakai corong suara. Eh, saya juga dapat bonus, menang tantangannya. Lumayan, buat modal jualan. Hehehe.
Saya bertemu dengan inspirasi saya (yang juga subjek penelitian buat skripsi, hehe) Diana Rikasari di acara yang diselenggarakan oleh Sunsilk di Surabaya, Oktober lalu. I definitely know I'll love her more after vis a vis. Diana energinya positif sekali, dia tidak menolak bahkan ketika ketemu pertama kali saya langsung bilang, May I hug you? Jawabannya, "Boleh banget, baik banget sih..." Padahal harusnya saya yang berterima kasih ya. =)
Diana persis seperti yang saya baca selama ini, tapi ternyata ada satu yang baru saya tahu di pertemuan kemarin, ia dapat memberikan materi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar plus tidak elo-gue! Percayalah, ini nilai yang plus plus plus yang membuat saya tambah kagum. Penggunaan bahasa itu penting, karena itu berarti ia dapat menyesuaikan dimana ia berada dan itu juga bentuk respek yang tak usah diproklamirkan keras-keras pakai corong suara. Eh, saya juga dapat bonus, menang tantangannya. Lumayan, buat modal jualan. Hehehe.
Mencanangkan resolusi tahun ini, sembari menyimak lagi resolusi tahun kemarin yang belum tercapai. Untuk tahun lalu, saya memang hanya membuat 3 poin resolusi dalam hal rajut-merajut. Tahun ini saya memberanikan diri untuk memiliki beberapa resolusi terkait hobi, bisnis, motherhood & diri saya pribadi. Sekarang saya percaya bahwa untuk dapat menjalani bisnis/cita-cita/impian bukanlah dengan memisahkannya dengan kehidupan personal, melainkan memeluk dan menerima mereka semua secara utuh. Salah satu contohnya adalah merasa baik-baik saja meski baru menulis tentang resolusi di bulan kedua, haha. Bulan Januari sudah ada prioritas keluarga, investasi, liburan & sakit. Bulan Februari membetulkan rumah, Hayu opname & suami kecelakaan. Diri saya yang dulu mungkin merasa tulisan ini sudah basi, tidak layak ditulis dan dimuat di blog dan feel disappointed toward myself for not completing a target by the time. Bisa dibilang cara pandang saya yang baru adalah lebih realistis, tapi tidak pernah berhenti. Kalau kata Jennifer Kem, business coach yang saya ikuti di banyak media sosial, shift-pivot-perform. Kalau ada hal yang membuat kita tidak dapat mengikuti rencana, ya yang fleksibel, cari jalan keluar dan lakukan hal yang sudah seharusnya dilakukan.
Perspektif ini dengan sukses menaikkan pendapatan bisnis saya hampir 3x lipat di 30 hari pertama, di rentang November-Desember tahun lalu. Mau tidak mau saya merombak ulang pemikiran-pemikiran saya selama ini. Hal ini juga menjadikan saya percaya diri untuk mendaftar mimpi-mimpi yang selama ini cuma lari-lari di sebatas imajinasi. Targetnya lumayan loh, tahun ini! =D
Perspektif ini dengan sukses menaikkan pendapatan bisnis saya hampir 3x lipat di 30 hari pertama, di rentang November-Desember tahun lalu. Mau tidak mau saya merombak ulang pemikiran-pemikiran saya selama ini. Hal ini juga menjadikan saya percaya diri untuk mendaftar mimpi-mimpi yang selama ini cuma lari-lari di sebatas imajinasi. Targetnya lumayan loh, tahun ini! =D
- Membangun sistem untuk Braavos Knit. Entah kecil atau besar, sistem dalam usaha itu perlu. Biar bisa tetap berjalan walau anak sakit atau harus melancong ke tempat yang jauh. I'll work to solve this.
- Belajar lagi tentang mencelup benang. Setelah mencoba sekali-dua, ternyata mencelup benang itu asyiiiiiikkk sekali! Saya ingin bisa mencelup benang lokal dengan pewarna yang ramah lingkungan, kalau bisa pewarna alami lebih bagus lagi.
- Mengajar beberapa kelas yang berhubungan dengan merajut & mencelup benang. Selama ini baru mengajar privat, one on one/two. Kepingin merasakan mengajar yang 5-10 orang gitu.. Hehe.
- Bermain dengan Hayu minimal 1 jam per hari berdasarkan Montessori atau teknik apa saja yang berdasarkan studi & penelitian. Selama ini ya bermain aja, kurang informasi mendalam mengapa permainan ini penting untuk dia. Meski setelah belajar & baca, ternyata banyak kegiatan sehari-hari yang dipraktikkan itu sudah memenuhi kriteria kebutuhan belajar di umurnya. Intinya, belajar lagi untuk Hayu, biar ia pun senang belajar sampai dewasa kelak. =)
- Menata rumah agar jadi tempat ternyaman sedunia. Selama ini saya berlindung di balik "Ya namanya juga ada anak kecil di rumah, berantakan tidak apa-apa". Saya harus mengakui kalau itu alasan semata. Melaksanakan baiti jannati deh untuk resolusi ini.
- #wajahbodiparipurna2017. No explanation needed, right? Hahaha.
Di postingan terdahulu saya tidak menceritakan apa yang digenggam/isi kantong Rabbi Simcha Bunem yang lain, padahal ini perihal "Two Pockets". Sebelumnya saya hanya menyitir bahwa beliau menyimpan kertas bertuliskan V’anokhi afar v’efer”—“I am but dust and ashes.” Di kantong yang lain, beliau juga menyimpan Bishvili nivra ha-olam—“for my sake the world was created.”
Di titik ini saya baru merasa mampu untuk menerima, bahwa sebagai manusia saya bukan siapa siapa sekaligus saya dapat mencapai apa pun yang saya usahakan dengan ridhoNya. Yuk, lanjut berkarya!