Surat buat Pandji.
21:55:00
*dengan kondisi nangis sesenggukan, setelah baca e-book Pandji Pragiwaksono yang “Menghargai Gratisan”
Alhamdulillah, itu kata pertama yang saia ucapkan setelah menyelesaikan buku “Menghargai Gratisan”-nya Pandji. Alhamdulillah masih ada orang yang berpikir dan bertindak dengan menulis pemikirannya seperti dia. Bajakan, gratisan, karya & orisinalitas selama ini telah jadi persoalan yang ujung-ujungnya belum mampu saia uraikan satu-satu. Banyak pertanyaan yang prosesnya saia temukan di buku ini. Memang belum jawabannya, tapi tak apa, saia sudah menuju ke sana .
Berpuluh orang sering bertanya, kenapa saia bersikeras untuk menonton di bioskop, dan tidak membeli bajakan. Saia hanya menjawab, karena saia mau orang lain menghargai karya saia juga. Tentu saja, tanggapannya berupa tawa sinis yang sudah saya hafal. Tak apa. One day my fellas, one day, I’ll made you appreciate my work.
Saia bukan musisi seperti kamu Ndji, saya orang yang (kebetulan) punya teman-teman di lingkungan film indie di Surabaya . Saya sedih sekali melihat perkembangan film Surabaya yang semakin mundur. Saya tidak menyalahkan mereka, karena memang semua ini seperti kerja amal, kerja sosial. Ga ada balasannya, ga ada untungnya. Proyek bunuh diri malahan, karena modal pasti bakal abis. Untung-untung lah kalo menang festival, dapat uang makan.
Saya dasarnya marketer Ndji, sejak TK udah diajarin jualan sama Mak. Jadi yang saya kepikiran bertindak untuk komunitas saya ya jualan. Saya berpikir, kalo orang-orang indie ini bisa dijual (kayak istilah kamu personal branding), mereka ga usah khawatir lagi dengan biaya untuk berkarya. Tinggal fokus bikin karya sebaik-baiknya aja.
Beruntung, saya bertemu dengan kreator yang karya (dan orangnya) sangat ikonik. Si_ikin & tokoh Suro Boyo lewat animasi Grammar seriesnya. Ini link-nya Ndji, silakan dikunjungin (harus deh kayaknya, tanya Omesh, Tora ato tanya temen2 laen yg ngerti bahasa Jawa jg gakpapa. Some of them have it in 3gp version, at their cellphone. =D). Ada Grammar , Grammar eps 2: Beda Grammar, Grammar SuroBoyo 3: the Mantab Jaya movie, Grammar 3.5 featuring Vox. Isinya memang menggunakan bahasa daerah, tapi banyak yang bisa dimengerti kok, ada subtitle Inggrisnya juga.
Dengan tekat untuk terus berkarya, kami pun jualan kaos dengan gambar Suro Boyo. Kami mengambil niche market yang ada, penggemar Suro Boyo Grammar (yang notabene tahu lewat youtube.com, gratisan) yang tersebar di seluruh Indonesia . Penggemar-penggemar ini sudah mem-branding-kan diri mereka sendiri sebagai Jancokers Grammar. Dari mereka-mereka yang membeli kaos ini lah, kami punya cashflow untuk biaya membuat karya, pemutaran.
Kenapa buku kamu bisa bikin saya nangis Ndji? Karena menyuarakan banyak kesulitan yang kami alami juga. Ketika jualan, dicap sebagai kapitalis. Ketika kami me-launch animasi kami di kantong-kantong budaya, dicap pelit karena tidak meng-upload di youtube. Oh my goodness, mereka itu dapetnya gratisan! Udah gratis, ga bersyukur! Emangnya bikin animasi kayak bernafas, gampang gitu? *Cuma bisa geleng-geleng kepala* Seniman di Indonesia tuh masih double-standard, hidup di 2 dunia. Selain berkarya, mereka masih harus kerja yang lain biar bisa tetep hidup.
Budaya gratisan ini 2 mata pisau, tergantung sisi mana yang akan kita manfaatkan. Terima kasih sudah menyuarakan kebisuan saya selama ini Ndji. Akan kupenuhi permintaanmu. Kusebarkan ilmuku, Gemini brothers.
*sekarang baru punya album Pandji yang ke2. I’ll save my money, and next month I’ll buy the first. Semoga masih kebagian, aku beli lewat twoko bisa kan ?
Zillions lovely regards,
Gathotkaca Studio Marketing Manager
@vinkamaharani
2 comments
Sori lama sampai akhirnya gue bisa baca posting ini :)
ReplyDeleteTerima kasih ya
Gue suka semangat elo utk industri yg elo geluti
Keep walking with ur head up high.
Ur every step will inspire change.
Im one of those who are inspired by you :)
ps: iya, bisa beli di twoko kok :) kamu follower @pandjimusic ya? Tweet aku yaa..
Thanks a lot Pandji!
ReplyDeleteWait my tweet yaaa....
^^v