Senpai's Wedding!

00:11:00

Hari Minggu kemaren (9/9), pertama kalinya saya menghadiri pernikahan alias kondangan, setelah pernikahan saya sendiri. mas Agyl --yang kakak kelas di kelas Akselerasi dan adik bungsu dari sahabat dekat saya, pak Ardhy-- menggenapkan separuh diennya dengan mbak Isti. Beruntung, karena rumah mbak Isti di Semanu, Gunung Kidul, saya jadi bisa menghadiri momen indah ini. 

Berbekalkan peta undangan, arahan Google Maps serta sebotol air minum, pukul setengah sepuluh saya dan Rendy bersemangat menempuh perjalanan. Tiga puluh empat kilo sekian meter. Itu yang tertulis di layar laptop untuk memperkirakan jarak Banguntapan-Semanu. Santai lah, itung-itung jalan-jalan... Tak disangka ternyata rute yang mendaki dan belokan tajam berulang kali muncul dan bikin deg-degan. Apalagi setelah botol air minum kami jatuh karena cantolannya putus. Hampir satu jam perjalanan hingga kami menemukan alun-alun Wonosari, yang berarti tujuan sudah dekat. Sempat nyasar sebentar, tapi akhirnya sampai dengan selamat.
 
Sejak dulu setiap lihat berita di televisi, daerah Gunung Kidul selalu ditampilkan dengan kekeringan, gersang. Kali ini saya menyaksikan sendiri, ternyata memang kering, tanahnya gradasi dari putih, abu hingga coklat muda karena didominasi oleh kapur. Tetapi entah, kawasan karst ini menurut saya eksotis. Andai saya punya kamera yang ciamik, rasanya sepanjang jalan ingin berhenti berkali-kali mengabadikan pemandangan yang seksi. Dan herannya, angin yang berhembus terasa sejuk, padahal mentari sedang terik-teriknya. 

Tanah Gunung Kidul
Saya sempat #salahfokus ketika tiba di lokasi. Mata ini langsung berbinar melihat bagaimana dekor, katering,   sudut hiburan ditata sedemikian rupa. Maklum, melankolis, yang diperhatikan malah detil-detil seupil. Pesta atau jamuan pernikahan di tiap daerah selalu menarik untuk diamati (dan dinikmati). Tetapi, saya kemudian benar-benar #salahfokus ketika melihat bagaimana acara ini didokumentasikan. Sebagai alumni UKM kebanggaan: Sinematografi UA, saya tertegun beberapa saat melihat body pod dipadu camera (dolly) track slider untuk merekam "sine-manten". Mantab!

#salahfokus
The video-grapher (Jm Tod) troops (photo: his courtesy)
Ketika pulang, saya meminta kepada Rendy untuk rehat sejenak di Bukit Bintang. Selain meregangkan otot-otot yang lumayan kaku, penasaran juga mengapa daerah ini jadi tempat jujugan muda-mudi berwisata. Ternyata letak Bukit Bintang memang pas untuk melihat lalu lintas perkotaan yang bagaikan miniatur jika dipandang dari sini. Udara bersih, minuman segar, juga tangan kekasih(ku) di genggaman. 
#asyeeekk =D

Negeri Tanpa Tepi
Oh iya, tulisan tentang pernikahan tanpa foto pengantin rasanya tidak tepat. Ini dia kedua mempelai. Sekali lagi, barakallah mas Agyl & mbak Isti! 

(photo by Emha Bayu Miftahullatif)

You Might Also Like

0 comments