"Mbak Pink, setelah nikah tu harus gitu ya, bangun
pagi - masakin suami? Aduh, ga bisa bayangin deh. "
"Nggak, siapa bilang? Sejak kapan masak itu wajib? Emang pacarmu udah
minta kamu masakin sejak sekarang?"
"Iya."
Busettt.. Kawin aja belon, udah request segala.. Emang
sudah sesempurna apa ini lelaki? Spontan saja, itu yang terlintas
di pikiran saya kala percakapan di atas terjadi. Memasak. Perkara yang
penting-ga penting dalam rumah tangga. Tapi sebelum membahas lebih jauh, mari
garis bawahi satu poin dulu:
WANITA TIDAK WAJIB MEMASAK DALAM PERNIKAHAN.
Dari agama yang saya anut, tidak ada ayat suci yang
menjelaskan kewajiban seorang wanita untuk memasak bagi keluarga. JIKA seorang
istri MAU menyiapkan makanan untuk suami & anaknya, ia akan mendapatkan
pahala. Nah, kalau kalimat terakhir ini baru betul.
Lelaki boleh-boleh saja bermimpi untuk memiliki istri yang
jago masak, cantik jelita, taat beribadah, pandai mengasuh anak, karir moncer,
trengginas dalam urusan ranjang, boleehhh banget. Asal sang lelaki sudah bangun
dari tidurnya dan bekerja keras untuk merealisasikan semua hal itu di dalam
dirinya. Jodoh kan pasti sekufu: kamu leha-leha yaa, pasanganmu nanti akan
belajar cara leha-leha yang baik & benar darimu.
Kembali lagi ke percakapan tentang masak-memasak
“Kalau kamu kan enak mbak Pink, bisa masak. Kalau aku
gimana nih?”
Okay, terang-terangan saja, saya juga baru belajar ketika
setelah menikah. Dulu, ketika masih di rumah ortu, dari 3 bersaudara, saya
tugasnya belanja-bukan masak! Iya, saya belanja ke tukang sayur, membersihkan
& menyiangi belanjaan, mbak Ratih bagian bersih-bersih rumah, mbak Maya
yang bertugas memasak bersama Ibuk. Kalaupun memasak yang rutin saya lakukan
adalah ketika ngambek (iya, saya kalau ngambek bikin sambel dan goreng
tempe/telor) dan saat Lebaran, masak/bikin kue kering.
Setelah menikah saya diboyong suami tinggal di Jogja, ia
sedang menempuh pendidikan lanjut. Kami berdua bersemangat sekali untuk belajar
memasak bersama dikarenakan inilah cara paling ampuh untuk IRIT. =,D Gaji yang
hanya sedikit di atas UMR DI Yogyakarta, atau yang berarti jauh di bawah UMR
Kota Surabaya, membuat kami jadi lebih dan lebih semangat untuk belajar masak.
Tontonan favorit kami adalah Urban
Cook, yang salah satu resep pancake andalannya masih kami minati sampai
sekarang. Blog NCC, Just Try and Taste jadi jujugan saat
tidak ada ide mau masak apa. Di jaman internet jaringan yang sudah LTE begini,
belajar memasak bukan perkara yang rumit.
Mau tahu, apa yang rumit? Mengatur ekspektasi &
berempati.
Hanya karena judul resepnya “Martabak Manis Anti Gagal”
bukan berarti kamu tidak mungkin gagal. Masih mungkin bangettsss! Taruhlah
ekspektasi kalian (baik suami atau istri) serendah-rendahnya. Kalau akhirnya
berhasil, pasti rasanya memuaskan sekali. Tapi kalau gagal, ya santai saja, it
happens.
Hanya karena istri sudah jungkir balik dengan meyakinkan di
dapur, lalu ternyata rasanya ga karuan, suami tidak punya hak untuk protes. Just
shut your mouth and smile, let her taste them first. Don’t say a word, and
she’ll definitely say sorry to you. Kalau istri sudah bilang, “haduh, kok
rasanya gini ya. Aku udah masukin semua yang ada di resep loh. Maaf ya yang…”
*sambil ngaduk-aduk masakan & mengernyitkan dahi dan bibir sedikit maju*
Hal terbaik yang dilakukan suami adalah ambil kunci motor/mobil, ajak jalan
& jajan di luar, atau turut nonton serial kesukaannya. Percayalah rumah
tangga kalian akan baik-baik saja karena kalian bisa berempati satu sama lain.
Catatan lain tentang memasak: jika istri/suami memasak, don’t
take them for granted, DO THE DISHES! Cuci piring itu
sungguh krusial ya bro n sis. Kalau menggunung nggak habis-habis cuciannya,
cicil. Kecuali kamu turunan raja minyak atau milyuner yang pembantu rumah
tangganya ada 5, tolong ya cuci piring.
Kalau setelah baca tulisan ini masih ngotot nyuruh atau
ngewajibin istri masak (padahal dia keberatan), coba ikut les masak
deh. Coba dihayati itu bebannya. Beban biaya & capeknya masak. Masak itu
skill masbroo.. And skill is definitely pricey. While your wife and
marriage are priceless, they are not defined by money. So, think
again!