Hari ini Hayu dibelikan topi anyaman oleh Oma-nya. Tentu
senang bukan kepalang. Tapi topi anyaman ini membawa saya pergi kepada satu
ingatan. Di suatu sore saat saya masih bekerja untuk Project Tobong di galeri
iCan. Terdapat seorang ibu WNA berkulit putih yang sudah berumur sedang melihat-lihat foto yang sedang
dipajang. Beliau terlihat mencolok karena mengenakan topi anyaman berdaun lebar
berwarna hijau stabilo. Secara spontan saya memuji topinya. Dari mengobrol saya
mengetahui beliau berumur lebih dari 60 tahun dan sedang dalam perjalanan
mengelilingi dunia. Beliau menyebutkan berapa negara yang telah ia singgahi.
Saya (S): Wow, I envy you!
Ibu (I): What for?
S: For your trip around the world, of course. I don’t think
I have money to do that.
I: I envy your youth.
Hari Selasa lalu saya menjenguk keponakan yang baru lahir,
Mili, sekaligus menjemput Ibuk saya untuk pulang ke Mojosari. Kami mengobrol
panjang lebar, termasuk ketika saya menyebutkan apa saja tujuan jangka pendek
saya saat ini. Ibuk juga bercerita bagaimana beliau berusaha hidup lebih sehat,
kelas yoganya telah meningkat dan jadi cukup sulit untuk diikuti. Yang menarik
Ibuk menyinggung cerita saya di atas. “Sekarang aku juga berusaha menyemangati
diri, dari ceritamu tentang ibu bule yang sudah berumur tapi masih jalan-jalan
keliling dunia itu lho Von. Ayo Wid, pasti bisa,” ujar Ibuk.
Menakjubkan bagaimana sepotong cerita dan ingatan dapat
menyebarkan semangat. Sampai detik ini kami masih merasakan kehilangan Bopo dan
masih berusaha untuk menjadi lebih baik serta tidak berlarut dalam kesedihan. Bopo,
dan cerita ibu bertopi anyaman itu pun memantik semangat yang berlipat bagi
saya: bahwa usia muda memang kita dapatkan sewajarnya, tapi bagaimana
memanfaatkan tiap detik yang ada, itu lain perkara.