Aspirin

12:49:00

Kemarin pagi, di kala kepala agak berdenyut & pusing, seorang sahabat meninggalkan Jogja. Karena kata dialog di Life of Pi, bahwa perpisahan yang  paling menyedihkan adalah tiadanya kesempatan mengucap salam, maka saya pun ingin mengucap salam lewat pesan singkat. 


Saya: 
"Hati2 di perjalanan pak Boss! Semoga angan & mimpinya segera dilekatkan pada kenyataan. =)"

Ia: 
"Ouch..., bagaimana jika ternyata kenyataan itu tidak sperti sebuah konsepsi kenyataan yg (tidak) kita inginkan?"

Waduh, balasannya kok jadi balik tanya. Bisa panjang ini. Runyam. Baiklah, mari dibalas sekenanya. 

Saya: 
"Syahdan, manusia diciptakan dengan akal pikiran & perasaan bukan tanpa alasan. Dari keduanya manusia jadi punya kemampuan untuk interaksi, bermimpi, pejal & tak mudah patah. Aku percaya, bahwa berdamai dengan kenyataan & memanfaatkan keadaan adalah salah dua dari setumpuk kemampuan manusia. 

Dijalani dulu pak boss... Kalo jatuh, toh bisa bangun lagi. =)"

Nah, kalo balasannya panjang gini, seharusnya diskusinya tidak dilanjutkan. Haha. 

Ia: 
"Wuiiiidiiihhh... berat banget tuh comment'nya :)"

Karena ditanggapi seperti itu, saya pun membaca ulang pesan saya. Asem. Memang berat kata-kata saya. Celaka kalau saya sendiri tidak mampu menjalani. 

Berusaha mengalihkan perhatian pada konten pesan, saya pun memilih menyisir rambut yang awut-awutan sambil bercermin. Mendadak, terjadi perlambatan sepersekian detik dan muncul suara bergema di telinga. 

"Vinka, kalau sudah berani menasehati seperti itu, berarti kamu tidak boleh mengeluh, tidak boleh rewel, tidak boleh manja saat mendapat ujian, tidak boleh ini tidak boleh itu.. Kamu harus.. Kamu..."

Saya menggelengkan kepala cepat, berharap suara-suara itu rontok dan jatuh ke lantai. Kenapa sms-an saja jadi dramatis begini? Ah, pasti ini gara-gara Aspirin! 

You Might Also Like

0 comments