"Ayo dong mbak, kasih tau po'o.."
"Aku udah kasih tahu yang kamu perlu tahu, sisanya nanti kamu tahu jawabannya sendiri kok di dalam prosesnya."
"Ayo tala mbak... Berarti kamu tahu kan apa yang bakal aku dapet nantinya, kasih tahu sekarang aja lho.. Ayo dong mbak.."
"Gini lho ya, kamu nanya ke aku, aku ga jawab karena aku tahu nanti jawabannya bisa beda kejadiannya di tiap orang. Tapi meskipun aku tahu seperti apa, kalo emang aku benar-benar ga mau jawab, terus kamu mau ngapain? Toh kamu juga ga bisa maksain. Dunia ga selalu sesuai pengharapanmu, nak. Itu yang namanya dunia nyata. Get real."
Di akhir cerita, organisasi dan kegiatannya berjalan lancar. Sukses seperti rencana.
Tetapi, hubungan saya dan "nak" yang satu ini tidak pernah kembali layaknya semula.
Baiklah, saya berhenti ingin (menjadi protagonis), sebab tampaknya saya baru mendapat setelah tak lagi ingin.
Kadang, yang dibutuhkan di penghujung hari yang menyebalkan & melelahkan adalah senyumnya saat tertidur di pelukan. Terima kasih telah berlelah-lelah mencari nafkah, menempuh jarak yang jauh & tetap memberi tatapan yang sama sejak bertahun tahun yang lalu.
Bonne nuit,
Ta cherie.
Juni telah berlalu dengan sangat cepat. Tak seperti biasanya, bulan kemarin tak satu pun postingan muncul dengan tema pertambahan umur saya. Separuh alasan karena saya merasa sangat tua di titik usia ini, separuh yang lainnya adalah, saya sendiri hampir lupa. Haha. Himpitan kewajiban dan tumpukan katabelece "perihal orang dewasa" menghabiskan seluruh porsi waktu saya.
Mungkin, satu-satunya alasan saya tetap ingat adalah suami. Rela bangun tengah malam untuk menghujani ciuman dan mengucapkan doa yang manis dan optimis. Meski begitu, suami juga tak seperti biasanya. Surat yang sudah beberapa tahun tak pernah absen, kali ini bolos juga. Tidak masalah, karena untuk yang satu itu saya tidak akan alpa untuk menagihnya. Hehe.
Surat buatan suami yang sampai di tangan saya selalu istimewa. Pertama, surat adalah wujud dari keintiman & keromantisan yang personal bagi saya. Kedua, surat ini diaku oleh penulisnya sebagai tulisan terbaik tiap tahunnya, karena dalam proses pembuatan ia berpikir dan berpikir terus menerus di tiap unsur surat itu. Lebih dalam dibanding tulisan-tulisannya yang lain, yang diakui oleh lebih banyak pembaca.
Di postingan ini saya ingin membaca lagi surat yang diberikan pada hari ulang tahun saya tahun lalu. Saat itu kami sedang sibuk-sibuknya menyiapkan pernikahan, terpisah jarak Mojosari-Jogja, berulang kali berselisih paham dan dirundung rindu luar biasa.
Catatan: bagian terbaik dari membaca ulang surat ini adalah menyadari bahwa semua do'a di dalamnya telah menjadi kenyataan. Merci beaucoup, mon Dieu.
"Surabaya, 14 Juni 2012
Untuk wanita yang kuhormati dan kucintai,
Vinka,
Suatu kesulitan tersendiri ketika aku harus memilih kita akan kemana dan melakukan apa, sementara menemuimu dan berbincang denganmu saja aku sudah demikian bahagia.
Lebih-lebih, kita hanya perlu bersabar untuk segera sampai pada rumah sederhana kita, dan memulai aktifitas sehari-hari dengan perbedaan besar: bahwa kita memulainya dengan intens, bersama-sama, berdekatan--secara harfiah. Bahwa kita mengawali hari dengan kecupan di dahi dan pipi kita masing-masing. Bahwa dengan itu maka secara harfiah pula kita saling memanggil satu sama lain suami dan istri.
Itu sebabnya, kekasihku, aku memberikan selamat untuk ulang tahunmu bukan semata-mata karena engkau bertambah usia, melainkan karena perasaan bersyukur kepada Allah yang terus memberi waktu pada kita sepanjang ini untuk saling mencintai. Aku menemuimu bukan semata-mata karena aku rindu, tapi lantaran aku tak kuasa menahan bahagia sebab engkau masih diberi kesehatan untuk bisa kucium dan kucintai.
Dus, aku memandang matamu bukan hanya menikmati keindahan binar itu, tapi karena aku tak sanggup memendam rasa syukur dari mata yang memantulkan masa depan yang cerah dan penuh suka cita.
Vinka,
Sebaiknya kita sama-sama berdoa, agar seluruh kangen dan sayang kita mampu meluruhkan hal-hal yang tak baik di antara kita sendiri, agar kasih dan asmara kita terus menguat mengalahkan yang buruk dari diri kita.
...Aku mencintaimu dalam nuansa dan kualitas yang masih sama, tak bergeser.
Rendy Pahrun Wadipalapa
--Kandidat master dan suamimu :* "
The Prophet, salla allahu alayhi wa sallam , said:
Almighty Allah says, ‘I am as My servant thinks I am,
and I am with him when he remembers Me.
If he remembers Me to himself,
I remember him to Myself;
and if he remembers Me in a gathering,
I remember him in a gathering better than it.
If he draws near to Me a hand’s span,
I draw near to him an arm’s length;
if he draws near to Me an arm’s length,
I draw near to him a fathom’s length;
and if he comes to Me walking,
I go to him with haste.’”
(Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidhi and Ibn Majah)
Dua minggu lalu saya merasa senang sekali karena dapat melunasi hutang janji untuk memasak menu baru. Selama 4 hari berturut-turut saya memasak, berurutan mulai dari Tahu Krispi x Batagor yang sudah saya tulis sebelumnya. Sayang, menu 3 hari sisanya belum saya bagi, karena (lagi-lagi) terkena sindrom rajin merajut. Hehe.
Untuk hari kedua, saya mencoba resep dari Agus Masterchef season 1 yang dimuat di tabloid Koki bulan Maret 2013: Ayam Panggang Banjar. Tapi sebelumnya saya minta maaf, karena tidak sempat memotret hasil masakan saya sendiri. Terlampau lapar, karena estimasi lama memasak yang jauh dari perkiraan awal. =P
Bahan
Ayam 1 ekor, potong 4 bagian; Jahe 2 ruas jari, kupas dan haluskan; Bawang putih 4 siung, haluskan; Air jeruk nipis 2 sdm; Garam 1 sdt; Kayu manis 3 cm; Merica bubuk 1/4 sdt; Gula pasir 1 sdt; Gula merah 50gr, sisir; Kecap manis 5 sdm; Saus tomat 100gr; Air 1lt; Minyak goreng 3 sdm.
Bumbu halus
Bawang merah 200gr; Bawang putih 100gr; Kencur 2 ruas jari, kupas; Cabai merah kering 50gr; Cabai merah 50gr.
Bahan Acar Banjar
Wortel 1 buah, potong korek api; Kubis 100gr, iris halus; Bawang merah 5 butir, iris halus; Cabai rawit merah 10 buah; Cuka 2 sdm; Garam 1/2 sdt; Gula pasir 1 sdt.
Cara membuat
1. Acar Banjar: Siram potongan wortel dan kubis dengan air mendidih secukupnya, tiriskan. Campur semua bahan dan aduk hingga tercampur rata. Sisihkan.
2. Lumuri ayam dengan bawang putih, jahe, air jeruk nipis dan garam selama 20 menit.
3. Panaskan minyak, tumis bumbu halus hingga harum. Tambahkan sisa bumbu (kayu manis, garam, merica bubuk, gula, gula merah, kecap manis dan saus tomat), aduk. Tumis hingga matang.
4. Maukkan daging ayam, tuang air. Aduk, kecilkan api. Masak ayam selama 45 menit hingga matang.
5. Bakar ayam di atas bara api hingga matang dan berwarna kecokelatan, angkat.
6. Sajikan ayam panggang banjar dengan sisa bumbu ungkepan dan acar banjar
Tips
- Saya sarankan menggunakan ayam yang berukuran besar, karena bumbu yang dihasilkan cukup banyak.
- Bumbu sisa ungkepan dapat juga dimanfaatkan untuk membuat nasi goreng kambing/aceh. Untuk menambah aroma khas rempah, dalam mengolah menjadi bumbu nasi goreng, dapat ditambahkan bunga pekak & kapulaga.
- Waktu persiapan hingga selesai minimal 75 menit. Jadi jangan memulai memasak dalam keadaan perut kosong seperti saya, ujung-ujungnya jadi ga sabaran. =D