Kalo Ga Suka Hadiahnya, Buat Apa?
12:03:00
Minggu lalu, di ruang tengah kos, saya ngobrol ngalor-ngidul dengan Novi a.k.a Ming. Ming ini suka banget ama sinetron, mengikuti beberapa lah minimal. Yang dia paling suka sih Cinta Fitri, tapi sejak pindah stasiun televisi, ceritanya mengalami degradasi, menurut Ming. Nah, yang sedang ada di layar televisi saat itu adalah sinetron "Calon Bini".
Sinetron produksi PH yang lagi naik daun ini, Screenplay, memang bergenre komedi. Meskipun slapstick, tapi saya masih menolerir karena dialognya tetap tergarap dengan baik. Nah, di saat ngobrol dengan Ming, ada satu scene yang sampai sekarang masih terngiang-ngiang di kepala saya.
Sinetron produksi PH yang lagi naik daun ini, Screenplay, memang bergenre komedi. Meskipun slapstick, tapi saya masih menolerir karena dialognya tetap tergarap dengan baik. Nah, di saat ngobrol dengan Ming, ada satu scene yang sampai sekarang masih terngiang-ngiang di kepala saya.
Jadi ceritanya, Akbar (Vino G Bastian), ini sedang menjalani tes dari Pak Said, bosnya yang juga ayah dari tokoh yg diperankan Marissa Nasution (saya lupa namanya, maaf). Nah, Pak Said ini punya hubungan friend or foe dengan Pak Rojak, ayah dari Nurlela (Marsha Timothy). Nurlela dan Marissa sendiri berteman & bersahabat sejak kecil. Celakanya, mereka berdua sama-sama menyukai Akbar. Situasi lain yang juga menjebak adalah, Pak Rojak ini mati-matian membenci & menolak Akbar, perkara pekerjaan dan beberapa hal lain.
Di episode itu, ditunjukkan bagaimana perjuangan Akbar untuk menjalani tes terakhirnya: mendapatkan tanda tangan pengacara Pak Said yang sedang dalam perjalanan menuju bandara, dalam waktu kurang dari 2 jam. Singkat cerita, Akbar berhasil mendapatkan tanda tangan tersebut. Di akhir perjalanannya, mendadak pak Rojak menghadang Akbar. Alih-alih menghalangi, ternyata pak Rojak berniat membantu dan menasihati Akbar agar bisa lulus tes ini. Sikap Pak Rojak dapat dimengerti sebenarnya, ia ingin agar Pak Said tidak merasa menang.
Di meeting point, dalam film ini adalah lapangan kampung, tokoh-tokoh itu berkumpul, menanti Akbar. Karena Akbar berhasil, ia pun dinyatakan lulus tes dan dapat naik jabatan ke level managerial oleh Pak Said. Sebagai respon keberhasilannya, Akbar langsung melamar Nurlela saat itu juga. Nurlela menerima dengan gembira, Pak Rojak meloncat-loncat heboh. Ia merasa menang dari Pak Said, karena Akbar lebih memilih Nurlela dibanding Marissa. Percakapan yang jadi topik di kepala saya adalah berikut ini:
PAK ROJAK
Yeyeye, akhirnya Akbar milih anak gue. Gue menang kali ini. Udah deh Id, ga usah sedih-sedih.. (tertawa)
PAK SAID
Iya Pak Rojak. Selamat untuk Nurlela atas lamaran Akbar. Mungkin kali ini Pak Rojak memang menang, tapi jika Pak Rojak membenci hadiahnya, lalu buat apa? (tersenyum)
Saya pamit dulu Pak Rojak, assalamu'alaikum.
PAK ROJAK
(terlongong-longong) .... iye juge ye, masak gue terima lamarannye.. (muka bingung)
Saya otomatis tertawa terpingkal-pingkal. Aish, mantap sekali ini yang garap naskah. Secara otomatis di kepala saya terdengar Jojo bernyanyi..
....But you don't like me
You just like the chase
To be real
It doesn't matter anyway (You know it's just too little too late)
Love is not (ever) a trophy anyway... =)
0 comments