Hayu biasanya cemburu kalau saya pegang hape terlampau lama. Saya paham dan menghindari hal itu terjadi. Masalah dimulai ketika saya sedang kesal atas tingkah laku Hayu seperti tidak memperhatikan atau mengulur-ulur hal yang seharusnya dilakukan segera. Untuk menghibur diri, biasanya saya mengambil dan melihat-lihat hape. Lalu Hayu menjadi marah, clingy, kekesalan saya bertambah, semakin tidak ingin memerhatikan Hayu lalu Hayu semakin cari perhatian, berteriak dan intensitas masing-masing kami pun semakin negatif dan semakin parah. Berputar seperti lingkaran setan.
Maka di situ saya belajar untuk berhenti. Belajar untuk menutup mulut, menghela nafas, duduk dan memeluk Hayu. Belajar bahwa saya-lah yang sudah sempurna perkembangan otak dan jiwanya, sehingga saya berkewajiban untuk memutus rantai siklus yang tidak benar ini. Belajar bahwa saya sudah mampu menalar dan punya kerangka logika, maka saya wajib meredakan dulu kejadian ini, lalu mengajarinya lagi dan lagi, hingga ia mengerti. Belajar untuk mengendalikan ego, dan menanamkan pada benak saya sendiri "bukan yang paling keras, atau suara siapa yang terakhir berucap-lah yang benar; karena kebenaran tak ada sangkut pautnya dengan lantang-ngotot-tidaknya suara atau urutan bicara".
Sembilan belas hari berselang dan lubang di hati tetap membara saat bayangan senyummu melintas & mengipas-ngipas api di dada. Tak perlu ragu lagi, aku memang rindu.
Ya Allah peluklah Bopoku dalam hangat ampunanMu.
Tempatkan ia dalam kenyamanan yang tiada bandingannya di dunia.
Ya Rasulullah, sambutlah Bopoku dengan senyum dan kerinduan atas saudara yang lama tak berjumpa.
Berilah syafaatmu kepada Bopoku, ya Rasulullah..
Amin ya robbal alamin.
It's my friend's word that made me want to give a look at this drama. She said, "Aah, I wonder if this is how life after marriage. We have a totally different problems, aren't we? You know, I just watched a drama..." and her story lingered. Then I decided to give this 50 episodes drama a go, a really rare decision. I used to watch drama in 10-20ish length, so it's a kind of stamina drenching to watch them, even before started! *ikykwim* I already sensed makjang (exaggerated) typical scenario-tone-expression, so I put my expectations at the lowest. Surprisingly, it turns out good enough for me. The chemistry between lead characters really stole my heart. I somehow absorbed by the simple things such a gesture, diction and the character's growth.
3. Another Miss Oh (Oh Haeyoung Again)
Presumption; I don't like Eric as an actor. Don't ask me why. For me, he's more variety type than acting one. But I love Seo Hyunjin, so I decided to watch the early episode.
Fact: I love the drama! Eric's act too! Well, blame my age, now I love how "adult love story" than the "shy-pit-a-pat youth love story". I love how the girl character, where she's brave, straightforward, know what she wants & what she feels and love herself. I love the characterization and the soundtracks. And the greatest part: the chemistry & the physical attraction between the leads, daebak! Give them a chance, if you like rom-com and a bit splash of mystery.
Rate: 8/10
4. Lucky Romance
Ryu Junyeol & Hwang Jungeum for Marie Claire |
Rate: 7/10
5. I Remember You (Hello Monster)
This underrated drama should have a spotlight and standing ovation for the plot, storyline, cast, act and chemistry! If you like Sherlock-ish series, you really should watch this. I like how the character grows, how they made a mistake and solve them maturely. I also love how the loveline built, it's honest and somehow raw, just fit as the character developed in every episode. Seo Inguk acting is spread in broad emotion spectrum, Jang Nara also portrayed the detective character perfectly. Really recommended!
Rate: 9/10
Gambar dari sini |
C: Why?
B: Because his wife couldn't match to John.
C: Which part?
B: Intelligence, perhaps? Like she's not the one he would talk to on several subject. She's just not understood.
C: If it is the problem, then it's definitely husband's duty to teach the wife, to expand her horizon, bring up to the level she's needed and not grumbling into his friend.
Gambar dari sini |
- Download/unduh apps Uber di iOs atau Google Playstore
- Setelah terpasang, isi data diri kemudian masukkan kode qbmjn5jeue untuk mendapatkan Free Ride untuk perjalanan pertama senilai 50ribu (kalau ternyata lebih dari 50ribu, kalian cukup membayar sisa selisihnya saja)
- Untuk mengecek apakah promo tersebut sudah masuk/berlaku, cukup cek opsi menu “PROMO”, di sana akan tertera nilai free ride dan masa berlakunya
- Ketika order, setelah mendapatkan driver beserta nomor teleponnya, langsung SMS alamat dan perkiraan letak rumah/tempat penjemputan. Jika setelah 3 menit tidak ada respon, bisa langsung ditelpon untuk konfirmasi. Driver yang proaktif untuk menelpon/SMS lebih dulu juga banyak, tetapi tidak semua.
- Jika tidak ada respon, segera batalkan order. Tunggu beberapa menit untuk melihat driver/mobil lain yang tersedia di dekat kalian. Uber ini sistemnya siapa driver yang paling dekat adalah yang mendapatkan order klien, jadi tidak rebutan. Jika langsung order lagi setelah cancel yang sebelumnya, besar kemungkinan akan “nyantol” di driver yang sama.
- Dari 5 kali perjalanan terakhir dengan Uber, rata-rata pengalamannya menyenangkan, sopirnya sopan dan saya nyaman bahkan untuk menyusui Hayu. Jadi, silakan coba juga ya. Jangan lupa kodenya qbmjn5jeue untuk free ride gratis
Maria: "Wow. How many sunsets has a person seen in a lifetime I wonder? Quite a few, I imagine."
Scott Briggs: "No, the deal is, how many are left?"
(Wild Horses, 2015)
B: "Lately I paid attention to the gangs, and I finally got each specific 'weird' things that geniuses do. John won't be able to answer or response to anything once he focused on one thing. And George will..
C:"And how about you?"
B: "George will wander around non stop."
C: "No, this is important question to be answered. It's important to me, considered as a closest person to you. Ain't I?"
B: "I don't know."
C: "Try to answer it."
B: "I don't know." (shrug)
C: "Those hurtful words?"
B: "... Perhaps."
C: "No surprise then."
B: "Gina just told me that I am definitely too much when I said Hera's core problem is her intelligence."
C: "Why do you think Hera had that problem?"
B: "Her eyes when staring at me when we argued. Just a reflection of stupidity."
C: "Well.."
* a conversation between a person who love Carla Bruni's songs & a person who believe that the other person was only love Bruni's bikini body line, not the works.
Draft telah ditulis sejak 2013, tetapi masih relevan saat ini.
"Wah, udah tinggal di sini lagi ya.. Sekarang Vinka sibuk apa?"
"Alhamdulillah, sibuk jadi ibu rumah tangga."
Lanjutan alternatif 1:
"Senangnya jadi ibu rumah tangga. Enak ya, nggak mikirin kerjaan atau kantor. Nggak lembur, nggak bingung report bulanan. Bisa ngapa-ngapain aja terserah ngatur sendiri. Haduh, kalo kayak aku rapat udah bla bla bla......."
Lanjutan alternatif 2:
"Oh iya.. Lagian kalo udah nikah kan ya emang mending ngurus rumah tangga aja. Apalagi cewek, kan ga harus ngejar karir. Di rumah aja gakpapa.."
Lanjutan alternatif 3:
"Di rumah aja ya? Iya sih, sekarang cari kerjaan susah... Lagian ntar kalo udah punya anak pasti udah ribet sendiri kan. Emang di rumah aja itu gakpapa..."
Saya tidak tahu, apakah pertanyaan & pernyataan ini sering dialami oleh teman-teman yang baru menikah dan memilih menjadi ibu rumah tangga atau tidak. Tapi untuk saya: sering sekali.
Kombinasi alternatif lanjutannya terkadang dikombinasikan satu sama lain. Tapi ketika digaris bawahi ya tiga poin di atas itu yang paling mengemuka. Agak jengah juga lama-lama. Itu sebabnya saya jadi ingin menuliskan tema ini.
Jika kamu capek dengan pekerjaanmu, tidak mau direpotkan lembur atau report bulanan, ya jangan kerja, atau jangan mau lembur. Report bulanan itu bagian dari pekerjaan, kalau tidak mau ya tinggalkan saja. Lho, terus kalo mau makan dari mana Vin duitnya? Ya kerja yang lain, yang ga usah lembur & report bulanan, bikin usaha sendiri, ojek online. Haduh, sekarang cari kerja sulit Vin. Kamu ga tahu sih betapa susahnya.. Nah, sudah bilang sendiri kalau cari kerja sulit, sekarang sudah punya kerjaan masih ngeluh terus.
Untuk lanjutan perbincangan dengan alternatif kedua, yang perlu digaris bawahi adalah perihal pilihan. Sebagaimana manusia itu sendiri, tanpa mengenal gender, kita punya hak untuk memilih: mau menjadi stay at home father or mother, berdedikasi pada karir formal, untuk terjun di dunia politik, atau apapun. Relasinya bukan lagi harus atau tidaknya seseorang dengan jenis kelamin tertentu untuk berada di rumah, menjadi caretaker atau breadwinner tetapi bagaimana sebuah opsi dipilih dengan sadar dan paham akan segala konsekuensinya.
Senada juga dengan lanjutan alternatif 3, it's not about okay or not okay, dudes. Ini juga bukan tentang sulit atau tidaknya mencari pekerjaan. Ini tentang pilihan hidup, yang pantas dihadapi dengan gagah berani dan dinikmati sepenuh hati di semua naik & turunnya.
Entah mengapa, saat ini rasanya dunia sangat mendukung pribadi "pelari". Eskapis, lari dari "yang susah-susah". Kalau sudah terasa susah, berarti halal untuk mengeluh/kompensasi lainnya. Capek mengantre, mengutuk sana-sini di sosial media. Lembur kerja, ganjarannya harus nyalon, spa, travelling, makan enak dan bentuk "pelarian" lain. Di Better than Before, Gretchen Rubin menyatakan pola perilaku ini disebut moral licensing. Gampangnya, moral licensing itu motto "Work hard, play hard(er)". Coba pikir lagi, apa kalimat ini betul? Apa betul ketika kita bekerja keras, kompensasi yang tepat adalah bermain/bersenang-senang/have fun? Parahnya, ketika pola pikir ini telah menjadi habit/kebiasaan, maka otak tidak lagi berperan mengambil keputusan. Diri ini akan menerima perilaku ini sebagai kebenaran dan melakukannya terus-menerus tanpa berpikir lagi. The worst result motto tersebut sampai pada pemikiran "Saya kerja keras, boleh dong foya-foya".
Mari meluruskan pikir. If you work hard, then you'll get a good salary, good return whether financially or quality of yourself. Then you could choose, what will you do with those credits. Play/having fun is an option, not the only one. You have the power for choosing what you'll do for yourself, your present & your future. And after took your decision, let's be brave & mature to conquer all the consequences. Don't worry, you could ask help, but please, don't nag.
Sama seperti pilihan lainnya yang patut dihormati, menjadi ibu rumah tangga juga layak ditempatkan sebagai pilihan yang diambil secara dewasa oleh pelakunya. Jika kalian ingin berkomentar atau menyampaikan pendapat atas pilihan orang tersebut, ada baiknya bertanya atau mendengarkan lebih banyak alasan di balik keputusannya. Janganlah melompat dan malah judgmental. It sucks.
Draft tulisan ini tersimpan sejak setahun lalu, saya tuntaskan malam ini.
Sungguh, hanya kepadaNya semua kembali.
Asyik ndeprok |
Iya, postingan ini selesai juga karena saya sudah ngantuk.
;D