blog

World's Always Know & Never Forget

22:25:00

Just read late post from Diana. I absolutely agree in every word of it.

"I often find people who treat real life and internet as two different worlds, therefore show different personalities too. Why? Internet is also "real life", you know? At least for me. What I say & portray on my blog is exactly who I am in real life. So this is me. Raw. Internet helps us to reach those who can't be reach physically. And at the end of every reach, there are real life humans. Whatever you say or write on the internet, the world can see, the humans can feel. Have a heart. Even on the internet."
 -- :), Diana Rikasari

Internet IS A REAL LIFE. I don't understand how people act innocent in "face to face" mode, but they are mocking the same thing (or person) in internet. Saying rubbish then erase and act nothing happened. Pardon my simple mind, I just can't. 
Have a heart, please. 
You don't have to turn your face for knowing what people do. You feel it.

family

Mirrored Glasses

08:03:00

Found several photos which using glasses as mirror trick.
Yugo, with me, mas Miko and Avis in his glasses
at Taman Dayu Waterpark
In the front of Batu Secret Zoo. The ice cream is tremendous, fresh milk detected! =9
 But still, my best choice goes to my brother-in-law's. 
The picture told you, that only her in his eyes. =')
Sweet, isn't it?

friends

Pregnancies

09:49:00

No, no, don't worry, I'm not pregnant. Haha. I just want to share my thought about this baby-will-be-boom around me.Today, I just heard the hottest news in office that my SPV, mbak Fidya is expecting. Yep, the same person that I’ve told you here, in her wedding.

After my own sister (you could read her proposal and wedding stories), Mbak Na, now mbak Fidya is pregnant. I feel happy and exciting at the same time. But suddenly I remember about my warm conversation with mbak Jatu, my senior in campus and the owner of Galeri Bebi Lucu, about a choice about pregnancy. Mbak Jatu has committed with her husband for having 2 years without kid(s) after their marriage. After 1,5 years, the feeling came. Mbak Jatu herself want to have the baby, and that's how it goes. It is smooth at the beginning but because of the lack of preparation and planning, made the second baby came only in 14 months after the first baby. Yes, 14 months. And IT IS a heavy task to handle.

I always reflect to myself after seeing some phenomena around me. Several questions popped out, uncontrollable.
When will I feel the same feeling as mbak Jatu's? 
Is it soon after the marriage, or later? 
How if blablabla, and blablabla. 

Me & Rendy already talked about pregnancy things several months ago, about the planning after marriage, our ages, our mental age, etc. The most "speechless" moment in pregnancy case was when I told him my target for having a movie festival, held by my own studio. Suddenly, he smiled and laughed with a lovely sight. I asked him why and he answered, "I don't know why, but I imagined you will lead a meeting with your festival committee with a big bump in your stomach. Yes, pregnant." He can't stop smiled, and I left frozen with question marks in my head. He said that it looks cool on his opinion. There's a side of motherhood, femininity but also a strong of leadership at once glance. Ah, my loony lover. =D


Basic thing, when the baby is "well-planned", from most of couples that I knew, the baby will be welcomed happily by all of the family and friends. If it isn't, off course they still happy, but I could see the happiness is less. In my own opinion, every single baby have a right for the warmness of family, the full joy and love. So, it is our responsibility (yes, me too, in next couple years, hehe) for thinking wisely and plan neatly, for a bright future of us.

Didn't I sound too serious this time? Ah, forgive me fellas. ;)
Me & "BuMil" (pregnant mom). Me, Mbak Na & mbak Fidya

life

Black Horse

10:23:00

Being underestimated is not a special thing. 
I've been through it since I lost my baby teeth. 
Chillax. 
C'est la vie, chere amie.
-VM 
chill moment in The Pines, Taman Dayu complex, Pandaan - Indonesia

life

=|

04:55:00

In my opinion, 'good' and 'bye' are never match each other.
Farewell is hard.
Period.

family

Pencapaian

22:21:00

Widayati Kasmadi
2011.11.16 2:07pm
Alh hr ini ak juara 2 tns meja hut korpri kab.Mjkerto. Smg anak cucuku sll berprestasi dlm bid apapun.

Pesan pendek ini masuk ke telpon seluler saya siang ini. Dari Ibu tercinta. =)
Ibu berusia 51 tahun sekarang. Tidak muda lagi mungkin, tetapi masih enerjik, aktif sana-sini. Saya sedikit kaget sebenarnya, ketika beliau menyebutkan kompetisi olahraga. Sejak pengangkatan rahim beliau tahun lalu, Ibu mengurangi beberapa olahraga yang biasa dijalani seperti voli dan tenis meja, menggantinya dengan jalan kaki secara teratur. Semoga beliau sedang dalam performa terbaik, sehingga bisa menjalani olahraga tersebut tanpa efek di kemudian hari.

Mengingat sosok Ibu bagi saya, adalah momen dimana saya mengalami rasa bangga dan minder sekaligus. Siapa yang tak bangga, melihat Ibunya memiliki puluhan pencapaian, baik dalam karier ataupun organisasional. Taruhlah Guru Teladan, ketua bidang di organisasi keagamaan daerah, Bu RT tempat favorit untuk curhat warganya, sampai juara merangkai bunga. Tetapi siapa juga yang tidak mengkerut, ketika melihat Ibu yang atlet, jago masak, menjahit, memotong rambut, berkebun, menghias peningset* sampai pebisnis handal, dan saya mungkin hanya memiliki 2 keahlian dari yang sudah disebutkan. Pfiuh. 

Ibu bagi saya adalah idola, tetapi juga pesaing di saat yang bersamaan. Ketika saya masih di bangku SD dan SMP, guru-guru saya banyak yang telah mengenal Ibu dengan baik sebelumnya. Resiko terbesar mempunyai Ibu yang berprestasi adalah dibanding-bandingkan. Saya telah mengalami fase dimana pembandingan itu tidak lagi membuat saya bangga, tetapi jengah. 
"Wah, putranya bu Wid ya? Pantes kok pinter."
"Putranya bu Wid kan? Ya harus bisa lah, ibunya saja bisa."
Waktu itu, saya marah. Saya marah karena apa yang ada di benak mereka bukanlah saya sebagai subjek pelaku, tetapi Ibu. Beruntung, kemarahan itu menjadi energi saya untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi, yang membuat saya diingat dengan nama saya sendiri, bukan nama Ibu. 
Hierarki Maslow dan teori kebutuhan McClelland rasanya sudah cukup menjelaskan apa yang saya alami. Aktualisasi diri dan kebutuhan berprestasi. Iya, betul. Tetapi, muncul pertanyaan lain: apakah kemarahan itu tepat? 

Sekarang, saya sedang berada di fase yang hampir mirip, hanya saja yang menjadi titik pembanding adalah kekasih saya. Memang kami belajar di jurusan yang sama, untungnya di peminatan yang berbeda. Kekasih yang sekarang jadi pengajar di universitas almamater kami, ternyata juga berpotensi untuk memunculkan celoteh orang-orang yang (saya tidak tahu mengapa mereka) tidak berpikir panjang.
"Oh, ini ya pacarnya mas Rendy? Pantesan pinter."
"Mas Rendy kan pinter, masak pacarnya nggak. Kan nggak pantes dong."
Saya sempat kehilangan kata-kata di saat pertama kali mendengar komentar seperti di atas. Secara logika, pembandingan dengan Ibu lebih pantas karena Ibu yang mewariskan gen kepada saya. Kalau Rendy? =D

Akun FB saya akhir-akhir ini mendadak banjir dengan permintaan pertemanan dari mahasiswa-mahasiswa yang diajar Rendy. Penasaran karena saya pacarnya Rendy, atau memang benar-benar ingin mengenal saya, sebagai seorang Vinka Maharani? 

Saya paham, jika dalam kehidupan sosial, seseorang tidak mungkin dilepaskan dari afiliasi terhadap relasi-relasi yang ia jalin. Tetapi, bukankah konyol jika afiliasi tersebut dijadikan dasar (mutlak) atas penilaian individu tersebut? Saya yakin, tiap-tiap individu telah berusaha sedemikian rupa sehingga ia berhak atas penghargaan yang setimpal dengan usahanya. 

Dan ternyata, jawaban atas pertanyaan sebelumnya:
kemarahan itu tidak tepat. 
Kemarahan atas dis-apresiasi yang diterima hanya menempatkan prestasi sebagai dendam. Dendam yang ketika telah terbalas, berhak untuk disombongkan. Pola pikir yang menaruh sebuah pencapaian sebagai sebuah alasan untuk jumawa, adidaya dan lebih baik dari yang lain adalah kesalahan mendasar. Saya, dulu, tidak meletakkan proses meraih prestasi sebagai sebuah kebutuhan, bagian alami dari daur hidup sehari-hari. Saya, dan rekan-rekan Ibu saya yang dulu itu sepertinya tidak paham bahwa apa yang Ibu lakukan adalah untuk memenuhi hajat hidupnya. Seberapa banyak kebutuhan individu yang satu dengan yang lain, sudah pasti nisbi. Tetapi jika proses pemenuhan kebutuhan berprestasi ini dimengerti dengan baik, pembandingan itu tidak ada, yang muncul adalah dukungan satu sama lain untuk produktif dalam berjuang meraih pencapaian(nya).

"Man has always needed to believe in some form of a continuity of achievement."
-- Robert Vaughn

Bop, Mom and me, at Mom's Master Graduation

*peningset: mahar atau bawaan pengantin untuk pernikahan yang dihias berbagai bentuk

lesson

Booboisie: Nampol!

23:30:00

Mungkin ia belum pernah mendengar ungkapan bahwa besar kecilnya jiwa seseorang tergantung bagaimana ketika ia merespon sebuah kritik; khususnya kritik yang menyangkut dirinya, baik secara pribadi atau kolektif. 
-- Danny Septriadi & Darminto M Sudarmo

Hari ini, kata sifat yang dapat seketika menggambarkan lajunya adalah Nampol. Bukan kata yang baku memang, tapi yang penting presisi untuk deskripsi. Kritik, belajar, proses adalah beberapa hal yang rasanya sedang dijejalkan Tuhan secara beruntun, agar saya tak lama-lama memahami seluruhnya. Tulisan ini akan panjang, silakan disudahi sekarang juga jika tak punya waktu membacanya. Setengah-setengah tidak akan membawa signifikansi untuk anda. *Loh, kok jadi ngancem? Haha*

fave

Tonight, I Made A Promise

22:30:00

As the day of heroes in Indonesia, I tried to contemplate and think deeper about what I have done to this country, to these people I loved. Having a dinner with close friends, rethought about what should we prepare to face the next phase of our life. And I realized, I made mistakes, fell several times to reach this point. Being grateful is great, but gratefulness without a real act is incomplete, in my own opinion. So I made a promise tonight, for the past passed and the future ahead. If there are benefits, I will certainly spread it as the widest. But if there's only loss, then let me fix it again and again.

I can't share it to you now, but I hope the d-day will come soon. Wish me luck fellas. 
Freedom or death! 
 Bandas Ledam's BTS photos. A movie that I produced with friends from Sinematografi UA. 
A hint of my promise. ;)